It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Prolog
"Apa? Alfa - Alfa pantesan aja kamu betah banget nge-jomblo"kata Ica sambil terkikik geli.
"Nggak lucu, Ca!"sungutku sebal.
"Habis, 2 tahun naksir cowok, tapi nggak dapet - dapet juga"tawa Ica meledak seolah kehidupan percintaanku itu lucu.
"Ya, kan nggak gampang buat ngungkapin perasaanku ke dia"jawabku ngeles.
"Siapa suruh jadi gay"celetuk Jimmy telak.
Aku sedikit mendelik kesal padanya. Ada, ya, cowok yang mulutnya pedes gitu?
"Nggak ada yang nyuruh, sih. Tapi, ya, mau gimana lagi.."sahutku gelagapan.
"si Jimmy nggak usah dipikirin deh, Fa. Omongannya suka ngelantur, maklum lagi putus sama Ira"bisik Ica keras di telingaku.
"Kalo mau bisik - bisik yang becus dikit napa. Suara lu kedengaran tau"sungut Jimmy kesal. Ica tersenyum simpul.
"Kalian itu jadi cowok, ada ajaa.. masalahnya, ya. Kalo masalah si Jimmy gue yakin lu bisa cari cewek lain. Nah, kalo si Alfa"Ica menunjuk kearahku."kamu perlu bantuan ahli, deh"
"Bantuan ahli?"sahutku dan Jimmy barengan.
"Emang dimana kita cari orang yang ahli itu?"tanyaku semangat. Wajah Jimmy juga semangat tapi nggak terlalu excited sepertiku.
"Kalian pasti nggak nyangka"jawab Ica terkikik sambil menunjuk dirinya sendiri.
Jadi, dia ahlinya?
Wahh.. update! Walaupun cuma prolog
"Syarat awal untuk bisa dapetin seorang cowok adalah mengetahui siapa dia sebenarnya"ucap Ica tenang.
Aku memandang Ica lesu.
"Kenapa mukamu lesu gitu?"tanya Jimmy padaku.
"Apa saranku kesusahan, ya?"tanya Ica balik.
"Ya, nggak juga, sih. Gimana, ya.. aku tuh, nggak terlalu kenal dia"sahutku polos
"Nggak terlalu kenal?"jawab Ica keras.
"Jangan bilang kamu naksir cowok yang sama sekali nggak kenal kamu?"tanya Jimmy selidik. Aku terkekeh kecil dan mengangguk pasrah.
"Dasar kampret"celetuk Jimmy.
"Aku kan nggak tahu kalo naksir sama dia"sahutku ngeles
"Seenggaknya kalo mau dapetin cowok itu, kamu tuh minimal harus kenal sama dia. Ini, malah sama sekali nggak kenal. Gimana dia bisa ada rasa sama kamu?! Bego banget, sih jadi orang"hardik Jimmy padaku. Aku menatap Jimmy kesal. Tapi, aku jadi lemah sendiri.
"Ayo, dong. Bantuin aku.. aku nggak bisa kalo cuma sendiri. Aku butuh bantuan dari ahlinya? pleasee..."pintaku memohon. Ica dan Jimmy tampak menghembuskan nafas panjang.
BAGIAN #2
Selama jam pelajaran aku sama sekali tak bisa berkonsentrasi. Entah kenapa, setiap memikirkan rencana yang diberi tahu Ica padaku kemarin, perutku mendadak mulas. Bukan mulas karna pengen ke toilet, lho.
"Kenapa lu?"tanya Jimmy padaku. Aku menggeleng pelan.
"Nggak kenapa"sahutku singkat.
"Beneran? Dari tadi kamu gelisah gitu"tanyanya padaku. Aku menggeleng cepat.
"Aku nggak kenapa - napa. Cuma.."aku menggantung kalimatku. Jimmy masih tetap menatapku.
"Cuma apa?"
"Nggak apa - apa"sahutku cepat.
Bel istirahat berdering nyaring. Aku memasukkan bukuku kedalam tas. Aku segera memasang earphone di kuping kiriku. Aku segera memencet nomor hape Ica. Nada tunggu sebentar.
"Halo"
"Gue udah siap"kataku.
"Oke. Aku juga sudah sambungkan telepon ke Jimmy. Jadi rencananya bisa dimulai"kata Ica semangat. Aku melangkah keluar dari kelas dan segera menuju kantin. Sampai di kantin aku mencari keberadaan Arsha, dan seperti dugaanku, dia tengah duduk sendirian di salah satu meja paling pojok. Aku kumpulkan keberanianku dan menghampiri meja itu.
"Hei"
pas pulak baca nih tread yg tema nya sama dgn ILK TRANS 7 Mlm nih..
FRIEND ZONE wakwakwak
@yadi212 serius? Jangan - jangan ini tread jodoh sama ILK lagi, wkwk lol
BAGIAN #3
"Hei"
seorang laki - laki menyapa Arsha.
"Eh, elu Tom"sahut Arsha ceria. Aku kenal laki - laki itu. Dia Tommy, teman seperjuangan MOS dulu.
"Jarang banget lu ikutan futsal lagi"tanya Tommy pada Arsha.
"Abis gue sibuk. Jadi jarang kumpul sama yang lain"jawab Arsha.
"Fa, kok lama banget sih kamu mulainya?"tanya Ica
"Aku nggak mungkin mulai pendekatan kalo ada orang lain disana"sahutku.
"Orang lain? Bukannya kamu bilang dia biasanya makan siang sendiri?"
"Itu dah masalahnya. Tiba - tiba aja ada temennya yang dateng"
"Udah ketebak pasti bakalan gagal"ejek Jimmy.
" Pasti berhasil, kok"kataku sambil perlahan berbalik dan hendak kabur secepatnya.Baru tiga langkah aku pergi.
"Alfa!" Panggil Tommy padaku. Secara otomatis aku berhenti dan berbalik arah.
"Itu Arsha?"tanya Ica excited.
"Sini, Fa. Gabung sama kita"ajak Tommy sambil menunjuk bangku kosong di samping Arsha. Aku cuma terkekeh pelan dan buru - buru duduk disana.
"Eh, Sha, kenalin temen gue, Alfa"kata Tommy memperkenalkanku dan Arsha. Aku bener - bener merasa mau terbang ke awan saking girang dan bahagianya.
"Arsha"kata Arsha sambil mengulurkan tangan dan segera kubalas "Alfa"
Tidak ada sahutan ataupun komentar dari Ica ataupun Jimmy. Kayaknya mereka sedang menyimak obrolanku.
"Kamu anak kelas berapa, Fa?"
"2 IPA-1. Kalo kamu, Sha?"tanyaku balik.
"2 IPS-3.Sekelas sama Tommy"sahutnya ringan. Sambil menunggu pesanan aku cuma memperhatikan percakapan Arsha dan Tommy.
"Woi, kenapa sepi?"tanya Jimmy
"Jangan bilang lu kabur Fa"hardik Ica.
"Nggak. Gue nggak kabur, kok"
"Kabur? Siapa yang kabur, Fa?"tanya Tommy padaku.
Eh?
"Itu, lho.. apa namanya.. itu...mata! Mataku agak kabur - kabur gitu."sahutku gelagapan. Tommy dan Arsha memandangku sejenak.
"Mata kamu minus?"tanya Arsha
"Nggak tahu juga"sahutku lemah.
"Eh, Fa, kamu lusa mau ikut futsal nggak?"tanya Arsha padaku.
"Lusa? Hmm, bo..boleh"kataku gelagapan.
"Pas deh kalo gitu. Ntar jam 4 aku jemput kamu"tawar Arsha padaku.
"Hah?"sahutku refleks.
"Kamu keberatan?"
"Nggak! Sama sekali nggak keberatan!"sahutku ceria.
15 menit kemudian..
"BERHASIILL!"
Di kelas saat jam istirahat..
"Entar kita beli kado apa, ya buat si Mario?"tanyaku pada Jimmy yang sedang sibuk chating dengan seorang cewek.
"Nggak tau. Aku belum kepikiran apa - apa"sahutnya singkat.
"Hmm, gimana kalo hadiahnya jam tangan? Bagus, nggak?"tanyaku lagi.
Jimmy mengacuhkanku dan lebih serius pada iphonenya.
"Garing banget, Jim"celetukku sebal.
"Eh, kenapa?"
"Udah lewat. Nggak bisa di replay"
"Jangan terlalu di pusingin. Kita kan rencananya mau clubing, jadi nggak perlu lah, beli - beli kado segala. Pokoknya entar kamu siapin diri aja buat entar malam"kata Jimmy dan aku mengangguk setuju.
Pelajaran terakhir sudah berakhir. Aku mencangklong tasku dan segera keluar kelas bersama murid - murid yang lain. Aku dan Jimmy berjalan menuju parkiran sekolah. Saat di jalan aku berpapasan dengan seorang laki - laki jangkung dengan wajah tirus yang sudah tak asing lagi buatku.
"ARSHA!"sapaku sambil melambaikan tangan.
"Eh, Alfa"katanya sambil menghampiriku. "Udah mau pulang?"
"Iya, nih. Kamu sendiri?"
"Aku mau mampir ke toko buku dulu. Besok jadi, kan aku jemput kamu?"
"Jadi, dong"kataku semangat. Aku hampir saja lupa kalo besok punya janji futsal sama Arsha.
"Berapa nomor hape kamu? Entar biar gampang kamu sms aku alamat rumahmu"
"Oh, iya. 087862275121"
Arsha mengetik nomorku di hapenya dan dia juga memberi tahuku nomor hapenya. Baru dua hari kenalan sudah bisa boncengan bareng plus dikasih nomor hape. Dan perlu dicatat, ini bukan aku yang minta. Tapi DIA YANG MINTA! Apa mungkin ini sebuah petunjuk? Petunjuk bahwa aku akan berhasil mendapatkan Arsha?
"Oke, sampai ketemu besok, Fa"kata Arsha berlalu pergi.
"Hati - hati di jalan, Sha"balasku dan Arsha mengacungkan jempolnya.
"Kamu lihat itu? Argh... dia care banget denganku"kataku pada Jimmy. Tidak ada yang menanggapi pertanyaanku. Dia tak berusaha menjawab dan terus berjalan melewatiku.
"Dasar kampret!"umpatku sambil mengejar Jimmy yang berjalan cepat.
Aku buru - buru masuk kedalam kamarku dengan perasaan gembira luar biasa.
"Ca, aku berhasil, Ca! Astaga, seneng banget rasanya"kataku lewat telepon.
"Haha.. bagus deh. Berarti kamu udah ada peluang buat deketin dia"jawab Ica.
"Jangan seneng dulu. Ini baru awal, belum ada apa - apanya"kata Jimmy.
"Tapi dari awal aja udah mulus gini, gimana nggak seneng. Ya, nggak, Ca?"kataku meminta dukungan Ica.
"Iyalah. Jarang - jarang baru PDKT sudah lancar gitu. Lu aja, kalo PDKT perlu berminggu - minggu buat ngajakin jalan"kata Ica menyindir Jimmy. Aku tergelak karna Ica mendukungku dan terlebih lagi, aku senang melihat Jimmy tak bisa membalas ucapan Ica.
"Oke, fine. Terserah kalian"kata Jimmy menyerah. Dia memilih sibuk memainkan iphonenya.
"Trus, rencana kita selanjutnya apa, Ca?"tanyaku pada Ica.
"Hmm,apa, ya?"kata Ica sembari berpikir.
"Dijalanin aja dulu yang sekarang. Entar ke depannya baru deh kita bikin rencana lagi"
"Siap bos"kataku bersemangat.
Aku memeluk Ica erat sambil tak henti mengucapkan terimakasih dan meluapkan semua rasa gembira dan bahagia. Ica membalas pelukanku dengan lebih erat. Lalu aku menghambur kearah Jimmy dengan tangan direntangkan. Jimmy menatapku dengan tatapan geli.
"Kalo cuma pelukan nggak berpengaruh apa - apa, kan?"tanya Jimmy dengan nada konyol. Aku pun segera memeluk Jimmy dan meluapkan semua rasa senangku.
"Walaupun lu sahabat gue yang paling ngejengkelin, tapi thanks ya, udah mau nemenin dan jadi sahabat gue"kataku pelan.
"Sama - sama. Gue kan anak baik, mana bisa gue ninggalin sahabat gue sendiri"lalu Jimmy memelukku erat.
"Ngeliat kalian, aku jadi terharu. Sini, kita pelukan bareng - bareng"seru Ica sambil memeluk kami berdua. Entah kenapa, tiba - tiba dari acara pelukan so sweet itu, bisa berubah jadi perang bantal gak jelas, terus berubah jadi battle dance abal - abal.
Kelihatannya persahabatan kita itu konyol, tapi justru kekonyolan itulah yang bikin persahabatan itu indah.