It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Seperti katamu fa, part ini absurb, ala abg labil gtu. Ntrar ditinggal ma arsha lo bru nangis darah. Jo lali mentione, matur nuwun
Alfa merajuk ni ceritanya...
Jgn dong say ntar Arsha jdi illfill loh. Nah tu si Jimmy nguping, feelingku Jimmy ska ma Alfa...
@Aurora_69 ini dilanjut, kok :v
@melkikusuma1 dimaafin, ya kalo ceritanya kentang abis :v Waduuh, jangan diembat semuanya dong :v
@lulu_75 iya, si Alfa pasti bertindak, kok. Nggak tahu deh keputusannya bakal bener ato salah :v
@kikyo Alfa: dasar pikun si komo -..- ntar bakal di mention, kok :v cerita absurd dan labil itu tanggung jawab si komo :v waduh, jangan sampe deh nangis darah gitu :v makasi lho udah sempet baca :v
@black_skies hahaha, mungkin part selanjutnya bakal dibuat segitu :v *nggak janji tapi :v
@tianswift26 dimaklumin aja kalo kentang dsb :v masih amatiran ini :v
@Lovelyozan hahaha :v abis karna udah habit jadi gk bisa diilangin :v *ngeles
Tuh, dengerin,Fa. Jangan ambekan mulu :v masa sih Jimmy suka Alfa? :v
Aku tak habis pikir dengan semua hal yang terjadi hari ini. Pertama, aku bertengkar dengan Arsha. Mungkin bukan bertengkar tapi cuma salah paham. Aku belum mencoba meluruskan kesalahpahaman ini. Apalagi Arsha. Padahal di dalam hati aku mau dia mengalah, meminta maaf dan meluruskan semua kesalahpahaman ini walaupun jelas - jelas kalo akulah biang keroknya.
Tapi aku begitu karna aku kesal padanya. Sedikit tidaknya Arsha juga bersalah, kan dalam hal ini?
Seharusnya dari awal aku nggak bersikap dingin padanya. Tapi kalo tidak begitu dia juga tidak tahu rasanya dicuekin.
Terkutuklah teleponku kemarin malam itu!
Tapi tunggu...
Bukankah Arsha marah padaku karna aku mengacuhkannya? Dan lagi dia juga sangat tidak terima saat aku bersikap dingin padanya?
Apa jangan - jangan secara diam - diam Arsha mulai menyukaiku?
Terlalu menyukaiku sampai dia marah saat kuacuhkan begitu saja?
Jantungku seketika mencelos. Nafasku mengalir deras memenuhi rongga dadaku. Pikiran tentang Arsha yang menyukaiku membuatku bersemangat. Tapi, apa tidak terlalu cepat untuknya menyukaiku?
Pertanyaan itu membuatku berpikir kembali. Benar juga. Hal hebat apa yang aku lakukan sampai bisa membuatnya menyukaiku? Aku tidak punya pengalaman hebat atau menarik dengannya. Salah. Aku punya.
Dia menciumku saat kutantang dia bermain ToD.
Dia juga membelikanku jam tangan sebagai hadiah. Dan itu bukan pada hari ulang tahunku.
Kalo dia tidak menyukaiku bagaimana mungkin dia mau melakukannya?
Jadi menurut pemikiranku sendiri kalo Arsha itu menyukaiku dan kesalahpahaman ini kuanggap selesai. Aku baru ingat dengan permasalahanku yang lain. Bukan masalah, sih sebenarnya. Tapi entah bagaimana kata - kata Jimmy tadi siang itu membuatku penasaran.
'Jangan menekan air dalam gelas'
Kira - kira apa, ya maksudnya?
Aku turun dari kamarku dan melenggang menuju dapur. Sinar keemasan matahari sore menembus kaca jendela dapur. Membuatku agak silau. Aku haus dan kuminum seteguk air. Lalu aku menatap lama sekali gelas yang setengah terisi itu dan tanpa sadar aku mengisinya hingga penuh. Setelahnya ku masukkan ketiga jariku ke dalamnya. Mencoba menekan air dalam gelas itu.
"Sial"ketusku saat air itu malah muncrat dan tumpah begitu saja. Aku masih terbengong sendiri seperti orang tolol. Aku sama sekali tak menemukan filosofinya. Kata - kata Jimmy itu pasti nggak ada maksud apa - apanya, kan?
Lagian dia kan orang yang suka ngaco kalo ngomong? Aku tergelak sendiri merasa bego dengan diriku sendiri. Aku kayak nggak tahu sifat si Jimmy aja.
Kalo tahu ngaco, kenapa repot buat dipikirin bahkan sampe dipraktekkan? Emang seberapa 'tahunya' aku soal Jimmy?
Aku kembali masuk ke dalam kamar. Meresapi kesenyuian yang biasa datang. Sunyi dalam artian sebenarnya. Sepi. Aku mengirim sms untuk Randy kalo aku nggak bisa ikut jalan - jalan sama dia. Alasanku lagi nggak enak badan.
Alasan basi.
Untuk mengusir sepi ku putar lagu di laptopku. Lagu berputar dan pikiranku melayang kemana - mana. Ku buka facebookku dan melihat - lihat berandaku. Ica mengirim fotonya bareng Jimmy yang sedang makan di Scoop Cafe. Lalu ku komen setelah nge-like postingan Ica.
-rese. Nggak ngajak - ngajak! -..--
Sibuk mengecek facebook handphoneku bergetar. Ada panggilan masuk.
Arsha calling...
Seperti sudah direncanakan lagu yang kuputar berhenti karna laptopku mati karna lowbat. Apakah itu sebuah pertanda?
"Hallo"katanya. Ditelingaku suaranya terdengar berat dan renyah. Aku menggigit bibirku sendiri seperti orang bodoh karna menerima telpon dari Arsha.
"Hallo, iya, Sha"balasku cepat. Jujur rasanya jantungku sedang berlompat - lompatan di perutku.
Please, Alfa tahan dirimu!
Lalu Arsha membuat jeda panjang. Cukup panjang sampai aku pikir sambungan telponnya sudah terputus.
"Sha? Kamu baik - baik aja, kan? Tumben menelponku"
"Baik, kok, Fa. Cuma sinyalnya kurang bagus aja tadi"aku cuma membalas 'ooh' panjang.
"Kamu lagi dimana, Fa?"tanya Arsha padaku. Aku bangkit menuju jendela kamarku dan membukanya. Angin sore menerpaku.
"Lagi di rumah. Kamu sendiri?"
"Sama. Aku juga di rumah"
Aku duduk di jendela menyandarkan punggungku ke dinding kamarku. Di kepalaku terbayang wajah Arsha yang tengah tersenyum seperti biasanya padaku.
"Hmm.. Sha. Soal yang tadi siang aku minta maaf"ujarku pelan. Kesalahpahaman ini bakal ku bereskan sekarang. Ku dengar Arsha berdeham.
"Aku yang harusnya minta maaf sama kamu, Fa. Waktu itu aku terlalu emosional sama kamu" sahutnya tak kalah pelan dariku. "Kalo kamu ada masalah kamu bisa cerita sama aku"
Aku mengangguk walau Arsha tak bisa melihatnya.
"Pasti. Mungkin aku capek atau moodku kurang baik waktu itu"kataku sambil menatap lurus langit yang kemerahan. Alasanku udah bagus belum?
"Yah, aku wajar, sih. Pantesan aja kamu cuek dan dingin sama aku" Aku tergelak pelan.
"Biasanya kamu itu kan periang banget kalo ketemu. Apalagi kamu sama sekali nggak melihatku padahal aku udah nyapa kamu. Aku pikir kamu sudah lupa sama aku"katanya sambil tergelak sendiri. Aku terkekeh sendiri mendengar penuturannya.
"Nggaklah, Sha. Aku masih inget kamu, kok. Gimana bisa lupa, biasanya kalo disekolah pasti bareng terus. Tapi, yaah karna bad mood makanya aku cuek sama kamu"
"Iya, aku ngerti, kok. Sehari nggak ada kamu itu rasanya ngebosenin banget"katanya dan aku terkekeh geli. Senyumku mengembang tanpa sebab.
"Masa? Kamu kan masih punya teman yang lain. Sama mereka aja biar nggak bosen"
"Iya, sih. Tapi jujur lho, Fa aku tuh lebih milih jalan sama kamu dibanding sama mereka. Kesannya kalo sama kamu itu lebih akrab" kata - kata Arsha sukses membuat otot perutku menegang saking manisnya kata - katanya. Lalu pikiran jahil melintas dikepalaku.
"Akrab? Tapi aku kok ngerasanya biasa aja, ya?"
"Dasar! Keakrabanku bertepuk sebelah tangan" dan kami tertawa bersama. Kita terus ngobrol sampai nggak terasa satu jam terlewati. Perutku sakit karna kebanyakan tertawa dan dipuji.
"Eh, Fa, minggu depan anak - anak mau ngajakin futsal. Kamu mau ikut nggak?"tanya Arsha. Aku langsung mengiyakan.
"Sekalian ntar malamnya kita bakar - bakaran di rumahnya Tommy"
"Ngapain bakar rumah Tommy? Nggak, ah, Sha. Aku nggak mau ikut tindak kriminal"kataku pura - pura bego.
"Bukan bakar rumah dodol! Bakar jagung, ayam, sosis atau ikan maksudnya" sahutnya gemas dan aku terkekeh pelan.
"Kamu itu orangnya asyik, lho, Fa. Makanya aku sedikit nggak terima kalo kamu cuek sama aku" entah bagaimana dipikiranku terbayang Arsha yang sedang berbicara di depanku dengan wajah super serius dan aku bakal dengan senang hati menciumnya.
"Sedikit? Ah, yang bener? Kok nanggung kayaknya"pancingku dan Arsha balas terkekeh.
"Emang maunya gimana?"tanyanya
"Ya, ungkapin dengan sejujur - jujurnya" kataku dan dia malah tertawa. "Kamu malah ketawa aku ngomong kayak gitu"
"Oke. Aku ngaku. Aku nggak suka kamu cuek dan dingin sama aku. Aku maunya kamu ceria dan selalu bersamaku. Kalo perlu kamu nggak aku kasih buat bad mood"
"Astaga, egoisnya"kataku bercanda.
"Aku emang egois. Abis, orang yang bisa bikin aku nyaman kayak kamu itu susah banget dicarinya" jawabnya disela gelak tawanya. Aku hanya terpana mendengar jawaban Arsha yang seperti bunyi patahan ranting kecil. Aku menggigit bibir bawahku dan senyumku mengembang.
Dasar Arsha! Paling jago bikin jantungku melompat nggak karuan!
Lanjut bang!!!