It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Bagi komo segitu udh panjang :v
@tianswift26 nanti dia pasti nongol kok :v
@gaybekasi168 kasi makasi
@lulu_75 ooo... diliat ajalah nanti :v
@Lovelyozan kayak silat aja pake jurus segala :v
@melkikusuma1 hahaha, dilihat aja ntar alfa sama siapa. Kalo ama icha setuju nggak? :v
BAGIAN #2
Randy bilang ada satu tempat lagi yang belum kita datangi. Aku bertanya pada Randy tempat apa itu tapi dia sama sekali tak memberitahuku.
"Surprise dong, sayang"godanya.
Aku naik ke boncengan dan kami meninggalkan Grand yang tampak mengecil di belakang kami. Aku nggak tahu kemana Randy akan membawaku, yang jelas dia terus memacu motornya ke selatan.
Randy tetap terdiam begitu juga aku. Kita sama - sama tak bicara apapun sepanjang perjalanan.
"Apa kita bakal diam membisu seperti patung seperti ini sampai kita sampai di tempat tujuan?"tanyaku dengan nada formal.
"Tentu saja kita bakal diam membisu selama perjalanan kita"balas Jimmy meniruku.
"Apakah kau tidak merasa bosan?"
"Untuk apa? Seluruh kesenanganku sekarang berada di dekatku"
"Maksudmu?"alisku bertautan.
"Kaulah seluruh kesenanganku"Randy terkekeh.
"Dasar gombal!"Dan kami tertawa.
Aku baru menyadari bahwa kalau jalan yang dipilih Randy mulai lengang. Aku melihat deretan pohon perindang di sepanjang jalan yang kelihatan merunduk ditengah hembusan angin senja. Aku mulai menebak - nebak kemana aku bakal dibawanya. Lalu di kejauhan aku melihat lautan yang menyatu dengan birunya langit. Dalam hati aku memekik.
"Sebentar lagi kita sampai"Randy berseru nyaring. Motor Randy diparkir 2 meter dari bibir pantai. Aku bisa merasakan bau lautan dan hangatnya pasir hitam pijakanku.
Randy menuntunku. Kami berdua berpegangan tangan sambil berjalan perlahan menghampiri ombak yang menyapu pasir. Aku tersenyum puas. Suasananya begitu tenang karna bisa kuhitung hanya aku dan Randy yang ada di pantai ini. Suasananya berubah sendu dan romantis. Entahlah, apa ini karna pemandangannya yang indah atau kenanganku di pantai ini yang kembali mengapung di permukaan.
"Randy, apa - apaan, sih. Basah tahu!"hardikku begitu dia memercikiku air laut. Dia cuma tertawa.
"Ayo, kesini kalo berani"tantangnya.
"Kamu pikir aku takut? Awas, kamu, ya!"Aku segera membalas Randy. Aku memercikinya air. Lalu aku teringat sesuatu.
"Stoop..!"teriakku dan Randy otomatis berhenti.
"Ada apa?"
"Udah main airnya entar hapeku rusak lagi"ketusku dan dia mengangguk. Kurasa dia juga baru ingat tentang handphonenya.
"Kita kesana, yuk?"Randy menunjuk batu karang besar yang agak menjorok di bibir pantai. Randy menarik tanganku dan aku menuruti langkahnya. Randy naik ke batu karang itu tanpa kesulitan. Aku agak kesulitan menaiki karang itu karang itu rupanya licin dan ditumbuhi lumut berwarna merah. Randy menarik tanganku dan walau agak sedikit kesusahan aku akhirnya bisa naik ke karang itu.
"Duh, berat juga badanmu, Fa"katanya sambil tersenyum mengejek. Aku cemberut lalu menonjok bahunya.
"Bilang aja kalo aku itu gendut"ketusku. Randy memandangku dalam. Dia memalingkan wajahnya lalu terkekeh, entah itu karna laut yang semburat jingga atau aku.
"Aku cuma bercanda. Liat, deh, Fa langitnya indah, kan?"tunjuknya.
Aku mengikutinya. Langit biru itu seperti merona dengan semburat jingga, merah dan ungu. Beberapa burung camar kelihatan beterbangan disana. Lalu laut yang kelihatan mulai pasang dengan buih - buih ombak yang melimpah. Deburan ombak yang keras menabrak karang, mencipratiku air laut yang asin. Disampingku Randy tersenyum. Tampak berkilau dengan latar belakang lukisan indah Yang Kuasa.
Aku tertegun.
"Indah"itu kataku. Dia menoleh padaku. Kami sama - sama membisu. Membiarkan keheningan mengendalikan kami. Kurasakan Randy bergeser dari tempatnya dan merapat padaku. Aku tak bereaksi apa - apa.
"Aku masih ingat pertama kali kita datang kesini.."Dia menatap mentari, nafasnya panjang. "Rasanya seperti baru kemarin aku kesini sama kamu. Dan.. yah, kamu tahu.. aku serasa 'ini' belum pernah terjadi"
"Aku tahu"ucapku datar. Angin laut menerpaku.
"Dulu aku juga pernah berpikir begitu. Menyangkal diri bahwa semua itu nggak pernah terjadi. Menyangkal kalo itu hanya mimpiku belaka"aku menarik nafas. Randy menatapku dan aku menatapnya kalem.
"Tapi aku sadar kalo aku nggak bisa selamanya menyangkal. Nggak bisa selamanya berharap kalo kita masih baik - baik saja"lirihku menatap ombak
Randy menarik nafas panjang seolah dia yang tengah menahan gemuruh di dalam dadanya.
Atau mungkin memang itu kenyataannya.
"Aku minta maaf"balasnya tak kalah parau. Aku menatapnya bertanya - tanya.
"Harusnya dari dulu aku minta maaf sama kamu. Aku tahu sikapku benar - benar kelewat kasar dan nyakitin kamu, Fa.."Randy berhenti, jantungku berderu di dalam sana.
"Terkadang aku masih ingat saat - saat 'itu'. Setiap hari dalam masa - masa galau itu aku bertanya - tanya 'apa aku bakal bisa melewatinya? Atau aku bakal bunuh diri aja, ya? Melompat dari lantai dua?'"kataku dan Randy tertawa mendengarnya. Tawanya menularkan senyum padaku. Suasananya berubah mencair.
"Kenapa kamu ketawa? Kamu pikir itu lucu? Aku hampir bunuh diri, lho"aku pura - pura cemberut. Randy malah mengeraskan tawanya. Aku juga ikut tertawa bersamanya.
"Aku, nggak tahu mau ngomong apalagi, Fa"putus Randy.
"Memang ada ya, yang perlu 'diomongin' lagi? Buatku semuanya sudah berlalu"kataku riang. Randy mengangguk.
"Que sera - sera"katanya
"Yang berlalu biarlah berlalu"kataku dan Randy mengangguk mantap.
"Yup, bener banget"sahutnya mantap.
Langit itu tak lagi merona kemerahan. Melainkan berubah orange keemasan. Semburat ungu tampak seperti helaian kapas. Matahari hampir terbenam dan ombak kelihatan lebih ganas dari biasanya. Randy mengeluarkan handphonenya.
"Mau foto dengan latar belakang sunset?"tawarnya dan aku mengangguk semangat. Kami mengambil banyak foto. Entah itu foto sendiri atau foto kita bareng - bareng. Puas menyalurkan hasrat narsis terpendamku, aku mengecek fotoku di handphone Randy.
"Yang ini bagus, Fa"kata Randy memperlihatkan fotoku yang tengah berdiri di ujung karang. Di foto itu aku tengah memandang kesamping, tepat kearah laut. Wajah lonjongku jadi kelihatan lebih tirus dan mataku berubah keemasan karna cahaya matahari. Aku mengangguk setuju. Lalu aku menemukan foto selfieku dan Randy. Kurasa foto itu yang terbagus dari foto selfie bersamaku. Aku menatap lurus ke kamera, tersenyum cerah. Difoto ini mataku tampal lebih coklat. Rambutku kelihatan kecoklatan. Sementara Randy sedang menatap menyamping, tersenyum padaku. Matanya kelihatan sipit dan bibir tipisnya membentuk senyum tulus.
"Aku minta juga dong fotonya"kataku. Aku menghidupkan bluetooth dan Randy mengirim foto itu. Aku menunggu beberapa menit sebelum proses pengirimannya selesai. Kami berdua menuruni karang kembali ke bibir pantai.
"Jadi, gimana, Fa?"dia bertanya.
"Apanya yang gimana?"tanyaku polos.
"Apa aku sudah nggak punya kesempatan?"
Proses pengiriman selesai.
"Yah, bisa dibilang nggak"kataku pelan. Ragu - ragu untuk menegaskannya. Ekspresi Randy tampak tak terbaca. Lalu tiba - tiba dia merangkul bahuku.
"Oke, mungkin pintuku udah tertutup rapat. Tapi, gimana kalo hubungan pertemanan?"tawarnya. Aku melepaskan diri dari rangkulannya.
"Nggak ada. Pintunya udah rusak!" Ejekku sambil memeletkan lidah. Randy tertawa renyah. Aku tersenyum.
"Masa? Awas kamu, Fa berani merusak pintuku"ancamnya. Aku berlari darinya.
"Nggak takut, nggak takut"seruku.
"Aku bakal panggil tukang kayu buat memperbaikinya"
"Aku bakal rusak lagi. Wleek"aku memeletkan lidah dan Randy benar - benar mengejarku. Aku tertawa, melihat tingkah kami yang kekanakan. Aku tak henti tertawa mendengar Randy berteriak padaku, bahkan terkadang mengumpat karna aku berlari lebih cepat darinya.
Aku menghembuskan nafas panjang. Aku nggak pernah merasa selega ini sebelumnya. Kemarin aku ketakutan karna bakal menyakiti perasaan orang lain, tapi nyatanya?
Aku merasa telah menyembuhkan lukaku sendiri. Memperbaiki hubunganku yang rusak. Aku berbalik, mendapati Randy menangkap pundakku. Memelukku dalam tawa.
Dan, yah... menciptakan kelegaan dimata Randy.
Jadi, bagaimana aku bakal menyesal dengan keputusan yang aku ambil?
2 kata seperti dan 2 kata sampai~
Pemborosan kata~