BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Novel Pendek

LOVE ME STRANGER

Aku bukan manusia yang bisa bersabar, juga bukan cowok yang tidak laku dan mahluk yang membuatku menunggu bukanlah yang terbaik menurut dunia.

Tapi..

Cinta adalah bagian yang tak mudah untuk ku atur di hatiku. hatiku sudah memilihnya jadi sebisa mungkin seluruh tubuhku harus bisa menanggung resikonya.

Bukan aku tak punya cara untuk melupakan orang asing itu tapi aku tak mau. Aku tak ingin menghilangkannya walau aku harus menunggu sampai kapanpun itu.

Aku Zion Andhika Arlan dengan ini menyatakan hatiku muktamat hanya untuk dia seorang, pujaan hati yang hanya ku tahu bernama Effan...
«134567

Comments

  • Issshhh.. aku sungguh kesal sekarang, kesal karena aku sendiri. Sendiri dalam artian yang benar- benar sendiri. bagaiman bisa dua orang di depanku ini bermesraan sementara aku hanya bisa gigit jari kaki. Ralat, jari tangan maksudku.

    Oke, sudah ku jelaskan pada kaluan tidak, kalau aku bukan orang sabar bahkan mungkin kalau tingkat kesabaranku di uji di On the spot bisa ku pastikan itu akan ada di urutan kosong.

    "kalian ngajak aku kesini mau makan apa cuma lihat kalian saling kelitik tangan di bawah meja dengan senyum memuakkan kalian?" Mungkin kata-kata yang ku lontarka terlalu kasar sekarang tapi aku sungguh sangat tidak peduli karena dua mahluk ini telah membuatku marah. Marah kqarena iri. Ya aku akui iri sudah sering merajaiku. Aku tidak punyaorang yang bisa ku ajak bermesraan seperti yang dua orang ini lakukan.

    Aku kesal dan rasanya ingin kembali ke negara tempat aku meninggalkan separuh hatiku.

    "Sejak balik kamu jadi sering marah-marah kenapa?" aku hanya bisa memutar bola mataku dengan jengkel.

    "tidak ada" jawabku enteng. Toh memberitahunya tidak akan membuat Effan datang padaku.

  • waaaah kisah Zion ada kelanjutannya nih.
  • "kamu bisa cerita kok kekita." Erwin ikut bersuara.

    Aku menatapnya dengan tatapan kesalku dan semoga saja dia tak menyadari ikut. Kalau bukan karena dia, hidupku tak akan seperti ini. Camkan itu.

    "aku sungguh tak apa, mood lagi gak baik aja." jawabku sekenanya dan kulihat dua orang itu hanya bisa manggut-manggut.

    "besok kamu jadi magang di tempat kakak kan?" kakakku kembali bersuara membuat aku berhenti menyedot es jerukku.

    "lihat besok deh kak" jawabku malas.

    Jujur aku lebih suka magangnya di tempat lain daripada perusahaan keluarga.

    "awas aja kalau kamu ke tempat lain" kakakku mengancam membuatku hanya bisa cemberut.

    "iya" ucapku kentara dengan nada kesal.
  • @3ll0 tahu gak sih, capek buka tutup laptop jadi di lanjutinnya dgn cara gini.. haha
  • wah ada kisah zion mention ya mbak
    @yeniariani
  • Bolehkah aku benci dengan kakakku? Bolehin dong tuhan, yah yah?

    Adik sendiri di jadiin sekretaris, ckck sungguh tak bisa ku bayangkan.

    Aku ingin jadi orang yang memerintah bukan di perintah. Aku benci kamu kak, sungguh aku benci.

    "kenapa ngelamun? Lagi berpikir cara bunuh kakakmu ini" aku melihat kakakku sudah berdiri di depanku dengan bertolak pinggang.

    Kesallll

    "sepertinya begitu" Aku melihat kakakku menganga dan detik itu juga dia menjitak kepalaku.

    "Awww... sakit!" sewotku.

    "lain kali ubah cara pikirmu."

    "Aku bercanda"

    "ini waktu kerja, bukan waktu bercanda"

    "juga bukan waktunya menjitak" sungutku kesal dan kakakku memberikan tatapan mematikan. Aku hanya bisa senyum gak jelas.
  • @freeefujoushi heii.. aku post ni cerita asal"an dan juga updatenya asalan.. jadi malu ah buat mention siapapun
  • yeee...kok gitu sih mbak??? bagus kok mbak tapi q tetap pantengin nih cerita :)
    @yeniariani
  • Aku bergerak gusar di meja kerjaku, buka apa-apa hanya saja hatiku tak tenang. Sungguh aku ingin pergi tapi sialnya aku malah terikat.

    Papa, Mama, bantu anakmu yang terzolimi ini. Kalau mama memang mama kandungku pasti kita punya ikatan batin dan itu akan membuat mama tahu keadaanku.

    Bagaimana kalau batin mama sedang tidak beroperasi dengan baik? ahhh sial, aku harus bagaimana? menelpon mereka dan bercerita dengan jujur.

    Aku bukan cowok pengadu dan aku tak mau itu.

    "akhir-akhir ini aku lihat kamu suka ngelamun?" Suara dari sumber masalahku terdengar.Aku mengangkat wajah menatap matanya yang sayu dan dapat ku pastikan aku ingin beranjak segera dari sana.

    Lelaki itu menghentikanku yang bangun dari sofa, aku menatapnya dengan tatapan tak sukaku dan ku harap dia mau mengerti itu.

    "kita perlu bicara!" itu sebuah perintah.

    "aku sedang mogok bicara sekarang." Aku lagi-lagi bangun dari dudukku dan berjalan ke pintu keluar.

    Tanganku di cekal.

    "Argga stop!"
  • edited May 2015
    Aku berteriak dan menarik tanganku dengan kasar. Aku benci sentuhan dari cowok sialan ini. Kakakku benar-benar gila memasukkan dia di perusahaan ini dan malah menjadikan aku sebagai sekretarisnya. ahhhh sialan.

    Aku benci kontrak itu.

    "Apasih susahnya kita lupakan yang dulu dan mari kita mulai dari awal menjadi teman misalnya." Dia terdengar frustasi dan aku sama sekali tak butuh ber simpati pada sialan ini.

    "Kamu perusak dan selamanya akan jadi seperti itu" ku menunjuk tepat di dadanya dan dapat kurasakan ia mencoba menahan kesabarannya menghadapi kebencianku.

    "itu masalalu, semua orang bisa berubah." Nada suaranya terdengar datar.

    "Ini diri aku jadi aku berhak buat suka apa gak sama bajingan macam kamu"

    "Zion!!"
  • Aku menatap nanar ke arah teriakan yang begitu menggema. Tuhan apa lagi ini? Cobaan rasanya tak pernah berhenti menghampiri hidupku.

    Papa dan Rion mendekatiku. Untuk pertama kalinya aku mendengar bentakan dari papa dan itu sungguh menyakitkan buat hidup sialan ini.

    "Siapa yang ajarin kamu buat ucapin kata-kata kasar macam itu?" Papa berucap dengan nada dinginnya. Hatiku hancur rasanya.

    "Apa hebatnya orang ini sampai papa begitu belain dia?"

    pipi kananku sukses memanas akibat tamparan tak terduga dari papa, kulihat kak Rion juga kaget dengan kelakukan papa tersebut. Aku memegang pipiku dan menatap papa dengan tatapan datar.

    Saat itu juga ku pacu langkahku dengan setengah berlari.
  • wah tentang Zion ya ... kasihan ...
  • Aryakah?
  • Mataku menatap kosong ke arah Erwin yang sedang sibuk ngerjain skripsinya.

    Aku butuh teman dan hanya dia yang ku miliki.

    Desahan kembali terdengar di mulutku, rasanya aku ingin menghilang sekarang juga.

    "Kalau emang kamu tidak bisa memaafkan dia, so pura-pura baik aja. Itung-itung buat beli hati bokap kamu." Untuk pertama kalinya Erwin berkomentar atas keluh kesahku.

    "Berpura-pura baik sama dia adalah haram buatku." kulihat Erwin tersenyum dan ku akui senyum itu terlalu manis untuk di abaikan.

    "Ceritakan padaku masalah sebesar apa yang telah di buat oleh bajingan itu?" Mau tidak mau akhirnya aku senyum juga mendengar tanya yang ia lontarkan.
  • "Well kami dulu teman" aku mencoba memulai ceritaku.

    "Wow dari teman jadi benci pakai banget, menarik." Erwin menginterupsi ceritaku dan itu cukup menjengkelkan. Ku tatap Erwin dengan tatapan tak sukaku dan dia hanya mengangkat kedua tangannya.

    "Dia udah buat nama aku tercemar dan sampai sekarang aku tidak pernah berani menatap kawan SMA ku tanpa adanya rasa malu yang begitu menjijikkan. Dia bilang ke semua orang kalau aku gay." Aku mendesah lagi dan itu cukup membuat dadaku terasa sesak. Mengingat masalalu memang tidak baik.

    "Alasannya dia ngasih tahu ke semua orang itu apa? Tidak mungkin kan dia ngelakuin hal sepicik itu tanpa adanya alasan yang lebih masuk akal." Erwin berkomentar dan terlihat tertarik dengan cerita masalaluku. Erwin duduk di dekatku mulai mengabaikan skripsinya.

    "Sampai sekarang aku tidak tahu, setelah kejadian itu aku langsung di pindah sama mama"

    "mama kamu tahu sampai dia pindah kamu?"

    "tidak. Mama hanya mau aku sekolah di dekat tempat ia kerja." Aku melihat Erwin manggut-manggut dan memegang dagunya yang lancip.

    "Siapa nama cowok itu?" Aku baru sadar kalau sedari tadi aku tak menyebutkan namanya.

    "Argga, Argga Wicaksono." Erwin terlihat kaget. Mungkin kurasa tanggapannya terlalu berlebihan.
Sign In or Register to comment.