BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

WANT ME LIKE YOU DO

145791020

Comments

  • Want me like you do… Chapter_5 *Nyawa di balas nyawa* “Seperti sebuah melodi yang begitu indah, hidup terlalu keras untukku sekarang. Tapi taukah lo rasanya hatiku begitu bersyukur bisa menerima sakit yang sedemikian rupa” Aku kembali berucap tapi kali ini tatapanku terarah ke tempat mati yang menjadi objek mataku. Sandi hanya menatapku dengan diam, mencoba mencari penjelasan lewat tatap yang ia berikan padaku. Hembusan nafasku terdengar berat, aku sungguh lelah dengan hidup seperti ini. Bangkit, dqari dulu sering ku suarakan hal seperti itu tapi aku benar-benar di batas keterpurukan. Seperti sebuah luka yang di taburi dengan garam, kepergian Nathan adalah puncak rasa sakit yang ku derita. Dulu aku mengira mimpi buruk tentang meninggalnya seorang Daniel adalah fase terberat yang aku hadapi dalam perjalanan hidupku tapi ternyata kepergian Nathanlah yang paling membuatku hancur. Kepergiaannya demi hidupku. Kepergian Nathan untuk melindungiku dari ancaman mamanya yang cukup tak mau melihat anaknya ada dalam ketersesatan. “Jika aku tidak pergi maka mama mengancam akan memberitahu mamamu tentang hubungan kita” Bahkan suara Nathan saat itu masih lancar terekam dalam otakku. Terekam dengan kekejaman yang membuat hidupku hancur. Bukan aku yang membunuhnya tapi kenapa aku yang harus di hantui rasa bersalah. Bukankah dia mengakhiri nyawanya atas kemauannya sendiri lantas kenapa malah aku yang di jadikan tersangka dengan menghukumku atas terror yang seringkali datang di mimpi dan nyataku. Aku tidak pernah menginginkan orang itu meninggal sama sekali tak ingin. Bagaimanapun tangan takdir telah ikut andil dalam pencabutan nyawa seseorang yang ku tahu begitu mencintaiku. “Memikirkan apa Icallll” Sandi berucap dengan nada cerianya, dia tahu aku sedang memikirkan masalalu yang membuatku begitu berubah total. Dalam sehat menjadi terkena asma, dalam tenang menjadi mematikan, dalam dia menjadi bayangan. Aku tahu ada sesuatu yang harus aku cari untuk membuat semua ini berhenti di titik terakhirnya. “Aku ingin ke makam Daniel” Ucapku dengan nada lirihku tapi kata-kataku sontak membuat keterkejutan dalam diri sahabatkmu yang memang tak ia tunjukkan secara langsung. “Kenapa harus ke makamnya?” Aku dan Sandi menatap kearah Riki yang baru saja muncul dan langsung menjawab ucapanku. Aku berani jamin pasti akan lebih sulit berbicara dengan Riki daripada orang lain. “Kamu mengira orang yang mencoba membunuhmu adalah Daniel?” Tanya Riki langsung tanpa mau berbasa-basi. Riki bukanlah orang yang akan santai kalau sudah membahas tentang Daniel. Kalau aku tanya dalam hatiku tentang pertanyaan yang di ajukan oleh Riki tentu saja jawabannya tidak. Aku bukanlah yang dulu yang dengan bodohnya mengira Daniel masih hidup dan mau membalaskan dendamnya padaku. “Dia sudah meninggal Rik, aku dengan jelas masih ingat itu” Ucapku datar. Aku bisa melihat hembusan lega dari mulut Riki. Dulu memang aku bagai orang gila mengira orang yang sudah meninggal masih hidup tapi sekarang sungguh aku waras adanya. “Terus kenapa ke makamnya?” Kali ini Sandi yang ikut bertanya, terlihat ikut penasaran dengan rencanaku yang tiba-tiba. “Meminta maaf mungkin” Aku melihat kedua sahabatku hanya diam dengan intensitas penasaran yang sama-sama besar. “Karena tidak pernah bisa membalas cintanya” Lanjutku membuat keduanya mengangguk mengerti. “Aku ikut denganmu, kita pergi besok” Kali ini Riki mengusulkan, mengingat sore ini kami akan kembali ke rumah. Aku setuju saja dan kulihat Sandi juga mengangguk. *** “Kak.. Aku datang!” Aku berteriak memanggil kakaku yang mungkin saja masih di kamar, aku memutuskan datang pagi-pagi karena sorenya malah harus ke makan Daniel. Kulihat kakaku keluar dengan membawa perut besarnya, dia tersenyum antusias melihat kedatanganku. Tentu saja bukan karena kehadiran adiknya yang membuat ia terlampui antusias tapi lebih kepada apa yang aku bawakan. Nasi goreng buatan mama yang ia idamkan. Cukup repot juga dengan kakakku yang satu ini. “Adikku tersayang udah nyampai” Dia memperlihatkan giginya membuat aku hanya mendengus. “Pas gini aja manis banget sama adiknya” Cibirku membuat kakaku hanya menjulurkan lidahnya, hal yang biasa ia lakukan dan malah semakin sering saat mengandung. “Kamu ikut makan bareng kakak ya?” Ucapnya langsung berlalu meninggalkanku yang masih duduk di sofanya. Aku menatap sekeliling rumah yang cukup sederhana ini. Tatapanku tiba-tiba terhenti di kaca yang terlihat pecah dan belum di ganti. Apa mereka sengaja memecahkannya? Gila, mana mungkin. Aku berjalan menghampiri kakaku yang ada di dapur. “Kak, kacanya sengaja di pecahin yah?” Tanyaku penasaran. “Husshh kamu pikir kak Rudimu tidak ada kerjaan lain apa sampai kacanya sengaja di pecahin” Ucap kakaku tanpa mau sibuk menatap kearahku, masih sibuk dengan nasi goreng yang di tatatnya di atas piring. “Siapa tahu kakak ngidam kak Rudi pecahain kaca” Jawabku cuek sambil memegang timun yang ada di dekatku. Kulihat kakaku yang menggeleng. “Itu kemarin tidak sengaja di lempar sama orang iseng” Aku meletakkan timun di tanganku dan mulai menatap kakaku dengan tatapan serius, mulai tertarik dengan ceritanya. “Masak cuma orang iseng, lihat dari pecahannya kayak sengaja” Lontarku. “Gak tahu juga deh, kakakmu tidak mau permasalahinnya. Di lihat dari tulisannya sih emang agak serem tapi semoga saja tidak ada maksud apa-apa” Jawab kakakku cuek, aku mengerutkan alis. “Tulisan?” Tanyaku ngambang. “Iya ada kertas di lipas pada batu” “Bunyinya?” “Nyawa di balas nyawa” Deg.. apa aku tidak salah dengar, tidakkah surat itu berisi sama dengan suara yang di lontarkan calon pembunuhku yang gagal. Tenang.. aku tidak boleh panic jangan sampai kakakku ngelapor yang macam-macam pada mama. Aku akan cari tahu ini sendiri. *** Aku menatap lurus kedepan sementara Riki sibuk dengan gadgetnya dan Sandi sibuk menyetir mobil. Rencana kami datang ke makam Daniel berjalan dengan lancar. Mataku menangkap sesosok pria jangkung dengan tubuh tegapnya dan kacamata hitam yang ia kenakan. Aku hanya menatap malas melihat mobil yang ia gunakan, mobil sport warna putih. Terlalu mewah hanya untuk datang ke pemakaman. Tapi apa peduliku ucapku acuh. “MA 12 CEL” Ejaku dengan nada yang cuku terdengar, aku menatay Sandi yang sedang mencoba mencerna apa yang aku katakan. “Seperti sebuah nama” Lontar Sandi dan aku hanya mengangkat kedua bahuku tak peduli. Mobil itu melaju dengan kencang meninggalkan kami yang baru sampai. “Gila tu mobil bagus banget” Komentar Sandi lebay. “Pasti orang yang mati paling kaya yang ia datangi di sini” Ucap Sandi makin membuat aku dan Riki menatap malas ke arahnya. Sandi yang di tatap seperti itu hanya cengengesan. “Ayo cepat! Keburu malam” Ucap Riki membuat kami mengikuti langkahnya. Langkahku terhenti di depan makamnya Daniel dan cukup terkejut mendapati bunga mawar putih sudah tergeletak di atas pusaranya. Aku mempercepat langkahku dan meraba mawar itu. Baru saja di letakkan dan terlihat segar sekali. “Kenapa Cal, ucap Sandi yang baru saja sampai di dekatku” Aku memberikan bunga yang ku pegang padanya. Sandi hanya menerima dengan heran. “Kenapa dengan bunga itu?” Tanya Riki yang juga ikut heran. “Baru saja di letakkan” Komentarku datar, cukup terpengaruh dengan pria yang baru saja kami lihat di luar makam dan tentu saja aku tak mengenalnya. Bukankah Daniel tak memiliki orang lain selain Nadia, papa dan mama tirinya. “Sepertinya orang yang barusan yang datang kemari, lo kenal dia?” Tanya Riki dengan kerutan di dahinya. Dia juga terlihat berpikir. Ternyata kami sependapat. “Namanya pasti Marcel, lihat dari nomor kendaraannya tidak akan salah lagi” Kali ini aku membenarkan semua ucapan Sandi, kulihat Riki juga mengangguk. “Gue curiga tentang batu yang di lempar ke rumah kakak ipar Gue”Aku duduk dengan ucapan itu, membuat Riki semakin berpikir keras. “Lo tidak cerita soal itu, apa yang buat lo nyangkutin hal ini sama lemparan batu itu?” Tanya Riki semakin intens menatapku sedangkan Sandi masih sibuk mengamati bunga yang ada di pegangannya dan juga aku gak tahu apa yang sedang di pikirkan cowok pelontos itu. “Di lemparan batu itu ada tulisannya yang bunyinya `Nyawa di balas nyawa`” Jelasku membuat Riki hanya mengangguk. “Saat gue mau di bunuh, orang yang coba ngebunuh gue juga ngelontarin ucapan yang sama dengan tulisan di batu itu” Lanjutku hati-hati dan dapat di pastikan kedua temanku hanya melongo mengingat aku tidak memberitahu mereka sama sekali. “Gila lo gak cerita ke kita” Sandi melontarkan protes dan aku hanya bisa menatapnya dengan tatapan meminta maaf. “Mawar putih kesukaan Daniel, pas hari pemakaman nyokapnya ngeletakin mawar putih dan aku sempat mendengar beliau berucap demikian.” Sandi melontarkan kata-kata yang membuat kami langsung focus kearahnya. Tapi yang di tatap masih sibuk dengan terawangannya pada bunga mati itu. “Sialan, kalau menurut gue orang yang ngelakuin itu sama lo pasti benar-benar mau ngebunuh lo dan juga orang yang memberikan bunga ini sudah tentu sangat mengenal Daniel. Intinya semua ini berhubungan dengan Daniel. Lagian juga hanya Daniel yang mati di karenakan lo” Riki menatap dengan tatapan tajamnya membuat aku bergidik ngeri. Daniel mati karena aku, berarti nyawaku sebagai balasannya, tuhan akankah semudah itu hokum timbal balikmu berlaku. “Ki, lo buat dia takut” Ucap Sandi mengusap bahuku. Aku hanya tersenyum kearahnya mengatakan aku tidak apa-apa. “Lo kuatkan buat ngupas tuntas semua ini?” Tanya Riki yang tak menghiraukan ucapan Sandi dan kali ini aku cukup bahagia dengan cara Riki karena dia tak memperlakukan aku bagai orang raouh. Aku mengangguk. “ Sepertinya harus di mulai dari kejujuran” Ucapku menyuarakan ke anehan yang pernah aku alami. Aku menatap Sandi yang menatap bingung kearahku. “Lo gak nuduh gue ikut andil dalam hal inikan?” Tanya Sandi hati-hati. “Tidak. Pada malam pesta Kak Mey waktu itu apa yang di bicarakan Juna dan Nathan. Aku tahu itu bukan hal biasa. Aku tahu apa yang kulihat waktu itu adalah benar, aku tahu kepalaku memang sakit tapi tidak dengan mataku.” “Ap-apa maksudmu?” Sandi terlihat susah sendiri sedangkan Riki hanya dia memperhatikan. “Aku melihat mata hitam itu, itu sama persis dengan mata Daniel dan ada nada ganjil saat Nathan berucap kalau Daniel sudah meninggal. Setelah itu Nathan bersikap beda, selalu bersamaku bahkan ia tak memberikan aku sendiri.” Aku berucap dengan sopan semoga Sandi mengerti dengan keingintahuanku. “Sebenarnya.. sebenarnya ada.. yang mencoba menggali kuburan Daniel dan Juna di beritahukan oleh temannya makanya dia memberitahu Nathan. Nathan tidak mau kamu kahwatir” Aku menjambak rambutku. Tuhan,, jadi mereka nyembunyiin semuanya dariku. Tapi kejadian itu memang sudah lama juga. “Seperti apa yang kamu lihat? Tidakkah tingginya sama dengan yang kita lihat barusan?” Riki bertanya menginterupsi membuat aku kembali mengadahkan kepala mengingat malam itu. “Di pandanganku orang itu adalah Daniel tapi aku tahu dia bukan Daniel. Hati kecilku bilang dia orang lain tapi matanya sama persis. Aku bingung sekarang, siapa sebenarnya yang membuat permainan gila ini” Kami terdiam sama-sama mengembara di pikiran kami masing-masing. Sementara aku malah memikirkan Nathan, andai dia bersamaku pasti semua akan lebih mudah. *** Aku menggeliat dan mencoba menyesuaikan mataku dengan cahaya yang telah menerobos di jendelaku. Aku bangun dan baru menyadari kalau hari ini minggu dan waktunya bersantai ria tapi perutku malah berteriak minta di isi akhirnya dengan malas ku sibak selimut dan keluar dari tangga. Indra pendengaranku menangkap bunyi sendok beradu dengan piring. Mama sudah tentu makan lebih dulu daripada harus repot-repot membangunkan anaknya. Aku melangkah dengan cemberut dan kulihat papa juga sudah ada di meja makan. Aku melangkah cepat dan lamngsung menarik selimut. “Anak mama sudah bangun” Ucap Mamaku dengan nada antusias. “Anaknya mama lapar” Balasku menyindirnya dengan halus, kulihat mama hanya cekikikan. Papa malah hanya senyum dalam diam makannya. “Makan yang banyak sayang dan temani mama menemui tetangga baru kita” Lontar mamaku lagi dengan mengambil piring kosong untukku dan menyendokkan aku nasi goreng. Aku mengerutkan alis. “Tetangga baru, dimana?” “Nih, di depan rumah. Dia hanya anak muda yang tinggal sendiri tapi Karena cukup dekat dengan kita jadi mama tidak bisa cuek begitu aja.” Jawab Mamaku memberikan aku piring yang sudah berisi nasi goreng. “Ohh dia membeli rumah tante Sindi, Ahh mama tidak punya teman bergosif donk” Lontarku membuat aku menadapat tatapan kesal dari mamaku. “Papa rasa dia anak yang cukup kaya, lihatlah mobil sport putihnya. Mewah sekali” Aku membelalakkan mata dengan nasi goreng yang belum sempat aku masukkan ke mulutku, dadaku berdebar saat ini. “Papa lihat nomor kendaraannya?” Tanyaku mencoba menghilangkan kemungkinan yang ada dan papaku menggeleng. Alamat kematian ada di depan mata. NB: So Sorry jika kalian nemuin banyak typo or sejenisnya dengan sangat menunduk malu-malu aku katakan kalau aku malas baca jadi jangan lihat typonya anggap aja sudah hilang…

    :*
  • ciyeeeeeeeeeeee adaaaaaaaaaaa pemerannnnnnn baru...... semoga pemilik mobil putih itu malah ntar jatuh cinta ama desmondddddddddd.. ciyeee... ciyeeeeeeeee @yeniariani
  • Apakah marcel itu pacar atau kakak lain dari daniel yah mbak @yeniariani ?
  • itu siapa ya yg ngincer ical
  • @nakashima @Pradipta24 mau nanya nih, gak k ganggu apa sama tulisanku. haha tiba" tulisan rapi udah kayak gitu aja
  • kecewaaaaaaaaaaaaaaa sihhhhhh iyaaaaaaaa.... udah bagus2 nathan ama icallllllll eh malah diputusin... tak kira happy ending ini.. yang bkal ical ama nathan sampe nikah dan ortu udah merestui.. trnyata crita classic gk direstui ortu... harusny ini kan cerita fiktif harusnya imajinasi bisa lebih liar dan dimainkan agar ada keselarasan yang cetyar badai membahenoll... huft.. -_- @yeniariani
  • @nakashima Belum ending kelesss... hahaha
  • Walau tulisannya dempet-dempet plus mefet-mefet tapi tetap jelas kebaca dan ngerti ke arah mana tuh cerita hihihi ....
    Berarti Daniel lum mati ya..atau jgn2 tuh kembarannya Daniel yang terpisah....penasaran banget siapa yang tinggal di depan rumah Ical, moga saja bukan cowok yang mau ngebunuh Ical
  • iya tahuuu.. tapi. arghhh.. kakaak cetarrr membuat ku jadi gegana lagi.. >.< @yeniariani
  • @yeniariani
    karena kamu udah bilang lagi malas ngurusin typo, jadi aku abaikan typonya....cuma sedikit bingung aja dengan kalimat ini ( Aku
    melangkah dengan cemberut dan kulihat papa juga
    sudah ada di meja makan. *Aku melangkah cepat dan
    lamngsung menarik selimut*. “Anak mama sudah
    bangun” Ucap Mamaku dengan nada antusias.) ical bawa selimut ya ke ruang makan? o.O
    yang mencoba membunuh ical si pendatang baru itu ya....? apa hubungannya dengan daniel, kakaknya kah?
    #makin penasaran# si nathan juga belum muncul lagi #kasian ical :3
  • sepertinya Ical curiga sama Sandi ... apa Marcel ya ... siapa dia ...
  • duuh misterinya bikin penasaran
  • Nathan ada dimanaa?, siapa Marcel ini?
    Ko tulisannya dempet2? Hehe
    @yeniariani Keep spirit ya, aku suka karyamu. Bagus2
  • Sebetulnya risih mbak...hehe... maaf mbak... @yeniariani
Sign In or Register to comment.