BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

WANT ME LIKE YOU DO

1679111220

Comments

  • Max suka ato gimana tu ama Rival?


    duuuh senengnya Yeni bisa comeback.
  • kabar yang tak sedap, tapii.. nape bisa berurutan gitu ye?
  • bener2 kabar buruk dan kabar baik, btw si max misterius nih orang
  • Lanjut hehe
    Tambah seruuuu :))
  • @3ll0 hmmm yes i'm back... seneng bisa lihat comment 3ll0 lgi :)

  • Kabar buruknya, nathan udah punya gebetan ya?? Kalo iya, kenapa nathan bisa jadi jahat gitu :/
  • yupp. btul bgt.
    kabar buruknya nathan udah punya pacar. mungkin cewek atau juga cowok.

    akhirnyaaa kamu kembali yen. kangen nih. kemana aja?
  • @balaka rada kesel aja liat tulisan di edit mlah dempet" jdi yahh menghilangkan pusing sjenak.. hehe
  • Hay cantik,ternyata ada yg menarik dsni,mention gue yah,pngen tak sbar tuk lhat cinta dri 2 ank adam
  • waduh Nathan kembali ... apa Max punya hubungan dengan Nadia ...
  • ayo nathan balik, pengen liat reaksi ical kalo ketemu
  • Apa max akan jd saingan nathan?
  • Maaf sudah membencimu dan maaf juga karena telah lancang mencintaimu dengan sangat”

    Aku mengerjap mata berusaha menyesuaikan diri dengan keterangan yang hadir di balik jendelaku, aku menatap nanar kearah jendelaku yang terbuka. Dengan hati yang penuh tanya aku menghampiri jendela tersebut, aku tidak terlalu pikun untuk lupa mengunci jendela kamarku jadi kenapa sekarang aku mendapati jendela ini terbuka dengan lebarnya.

    Suara itu, siapa pemiliknya? Apa itu hanya mimpi tapi kenapa seolah jendela ini berkata kalau itu nyata adanya. Seolah suara itu menyuruhku untuk tak menganggap suaranya mimpi. Apa memang itu nyata tapi bagaimana bisa? Siapa pemilik suara desahan dengan nada penuh luka itu. Ahhh sial,.

    Aku berjalan kekamar mandi, rasanya air dingin bisa membuat kepalaku dingin.

    langkah lebarku menuruni tangga dan ku dapati ruang makan kosong, aku lupa orangtuaku sedang tidak ada di rumah jadi ku putuskan untuk tak sarapan dirumah, sarapan sendiri rasanya sungguh tidak enak. Ku ambil kunci ducatiku dan mulai berjalan kegarasi tempat motor kesayanganku bersemayam.

    Aku memanaskannya di halaman rumah sembari kembali menghayalkan suara aneh yang menyelinap ke gendang telingaku. Sungguh semua aneh adanya.

    “Ical!” Aku mendongak melihat seorang lelaki berdiri di depanku, Aku tersenyum kearah tetanggaku yang baru kuketahui adalah Max.

    “Ya”

    “Sepertinya kamu lagi banyak pikiran sampai tak menyadari kedatanganku” Responnya membuatku hanya bisa tersenyum canggung. Suara itu memang terlalu menyita perhatianku.

    “Ada yang bisa kubantu?” Tanyaku tak ingin membahas tentang argumennya yang memang benar.

    “Kamu tahu aja kalau aku sedang butuh bantuan.” Cengiran lebarnya membuatku ikut tersenyum. “Nebeng ya? Mobilku mogok.”

    “Siip. Tapi aku pakai motor” Jawabku. dia hanya mengangguk.

    Aku menaiki ducatiku diikuti oleh Max yang langsung melingkarkan tangannya di pinggangku. Agak risih dengan cara intimnya tapi dia juga tidak salah dengan caranya mengingat motorku memang nungging.

    Entah kenapa aku ingin sekali menyingkirkan tangan Max di tubuhku, seolah de-javu menghampiriku. Daniel, yatuhan kenapa aku malah mengingat mahluk manis itu. Padahal Max dan Daniel jelas sangat jauh berbeda. Walau cara mereka menatap memang mempunyai kemiripan yang tak terlalu kentara.

    Jika boleh kujabarkan Max itu seolah mempunyai sisi manis tapi juga gentle dalam waktu yang hampir bersamaan, seolah ada diri Daniel di dalamnya tapi dalam versi yang berbeda. Versi yang lebih menakjubkan tentu yang dimiliki Max. Dan ngomong-ngomong aku satu kampus denganya. Dia baru pindah katanya dan gedungnya sama denganku, kebetulan yang sungguh membuatku heran. Kenapa seolah Max hadir dalam lingkaran hidupku dengan tiba-tiba seperti ranjau yang terinjak langsung meledak tanpa bisa menunggu.

    Haruskah ku akui jika aku sedikit takut dengan kehadiran Max, bukan takut dalam artian yang terlalu mengerikan tapi takut dalam artian bagaimana kalau kehadirannya di hidupku hanya untuk membuat aku mengingat luka yang bernama Cinta. Aku tak mau mengakui jika aku seringkali merasakan debaran aneh padanya yang walau sering kuingkari hanya saja rasa takutku seolah semakin menjadikannya nyata. Apa aku baru saja mengakui perasaanku? Tentu saja aku masih ingat dia kekasih sahabatku dan aku bukan penghancur hubungan orang.

    Aku membuka helm barui sekarang kurasakan waktu terasa begitu cepat berlalu, apa karena ada Max bersamaku dan jawabannya tidak, walau aku ragu atas jawaban itu. Waktu berlalu cepat karenqa aku daritadi melamun, ya semoga itu alasannya.

    “Terimakasih ya?” Aku tersenyum kearahnya dan mengambil helm yang ia sodorkan setelah aku meletakkan helm pada tempatnya aku beranjak dari parkiran dan masih di ikuti oleh Max. Salahkah kalau aku curiga saat kelas kita hampir sama dengan jurusan sama. Dia bagai versi Daniel yang menakutkan tapi dia lebih menyeramkan karena dia tak menunjukkannya seperti Daniel.

    “Cal, gue dari tadi nungguin lo.” Aku menatap pikri dengan alis bertaut, tumben dia menungguku.

    “Ada apa?”Ucapku menghentikan langkahku.

    “Kita satu kelompok jangan bilang lo kagak inget?” Pertanyaan sukses membuatku melongo, dan yah kami satu kelompok.

    “Sorry, gue pelupa” Aku cengengesan tidak jelas.

    “Ya udah yok” Aku mengikuti langkah Pikri sebelum lebih dulu melambai pada Max.

    ***

    “Ical!!” Teriakan itu membuatku langsung menoleh ke sumber suara yang sudah familiar di pendengaranku. Aku tersenyum selebar mungkin dan melambaikan tangan kearah Nadia yang sedang mendekap lengan Will dengan erat. Dua sejoli yang selalu membuatku cemburu itu sekarang menghampiriku di tempat dudukku.

    “Lo sendiri aja? Yang lain pada kemana?” Pertanyaan beruntunnya membuatku hanya menggelangkan kepala dengan senyuman geli. Nada antusiasnya selalu membuatku heran seolah ia tak peranah mengalami masa paling buruk di hidupnya.

    “Gue lagi pengen sendiri.” Jawabku seadanya, mataku menangkap Will yang masih setia berdiri di depan kasir menunggu pesanannya.

    “Gue lagi senang banget hari ini. Masa paling menyenangkan di hidupku. Coba tebak?” Dia mulai lega dengan sifat sok misteriusnya.

    “Lo dapet promosi jabatan?” Ucapku mulai menebak.

    Nadia menggeleng.

    “Will ngelamar lo?”

    Lagi-lagi gelengan.

    “Mainstream banget sih Cal” Ucapnya sedikit kesal kurasa dengan tebakanku.

    “Lalu apa?”

    “Adik gue balikkkkkk” Serun ya dengan nada terdengar riang tak tertahan dan hal itu mampu membuat gue membeku. Tunggu, adik? Daniel.

    Nadia melihat perubahanku dan langsung mengusap lembut tangan yang kutaruh di meja. “Bukan Daniel Cal, bukan. Tapi adik gue yang satu lagi” Ucapnya dengan nada khawatir, kata-katanya berasur-asur membuat perasaanku membaik.

    “Lalu?”

    “Ceritanya panjang tapi yang pasti dia sekarang sudah balik, Marcel tidak akan ninggalin gue lagi dan gue bahagia benget.” Perasaanku yang tadinya membaik langsung kembali bergejolak hebat.

    “Marcel?” Tanyaku kurang percaya.

    “Ya namanya Marcel. Kami saudara bertiga, dulu mama melahirkan anak kembar tapi tidak terlalu mirip sih. Entar lo harus kenal dia. Eh setauku dia daftar di kampus lo deh, lo tidak kenal gitu?” TUhan apa maksud semua ini. Marcel.

    “Orangnya setinggi Nathan, dengan bola mata hitam mirip Daniel dan juga rambut panjang menutupi kening. Kulit putih pucat memiliki aksen yang aneh saat ngomong.” Aku mencoba menjabarkan ke Nadia.

    “Kok lo tahu sih? Udah kenal ya?” Nadia cemberut dan aku bagaikan di sambar petir saat itu juga bagaiamana tidak orang yang ku jabarkan itu adalah Max.

    “Namanya Max,” Gumamku.

    “Itu memang nama panggilannya tapi kebanyakan kami keluarga memanggilnya Marcel. “ Dan saat itu juga aku tak bisa merasakan detak jantungku. Seolah kerja jantungku berhenti hanya untuk berdetak lebih kuat dari biasanya.

    ***

Sign In or Register to comment.