BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Step by Step ( update 50 ) tamat +《 Spesial Tiar-kesibukan di suatu minggu pagi 》

1313234363741

Comments

  • Kece Badai
  • Di tunggu mention untuk cerita sambungan nya
  • 35

    ~ Hanhan Pov ~

    Gossip disekolah benar-benar membuatku takut. Jelas kalau mereka salah kaprah. Bagaimana bisa mereka bikin gossip kalau Niko itu selingkuhanku. Jadi Niko marah-marah sama aku gara-gara cemburu aku masih pacaran sama Mega. Gossip itu sudah menyebar di teman seangkatanku. Untunglah saat itu situasainya kurang jelas. Dan gossip itu cuma salah satu gossip dari sekian banyak gossip tentangku.

    Aku menghela nafas panjang.

    "Gilaaaaa...." dengusku, "dasar cewek sukanya bikin gossip nggak jelas."

    Ronni terkekeh.

    "Aku sih nggak percaya. Tapi..."

    "Tapi Niko nyebut kamu main belakang sama cowok. Jadi....siapa cowoknya???" Tiar memotong kata-kata Ronni.

    Aku hanya bisa memberi jitakanku pada Tiar. Tiar langsung terkekeh.

    "Aku aja kaget saat denger kalian berkelahi," Vio ikut angkat bicara, "kunci mobil Niko sampai di sita sama Papinya."

    "Papinya kan keras orangnya. Disiplin banget," Ronni menimpali.

    Aku hanya terdiam.

    "Iya bener. Tapi baik juga kok orangnya," Vio nampak setuju.

    Benar. Mereka berdua memang temannya si Niko. Entah sejak kapan mereka, Vio dan Ronni jadi sering nongkrong sama aku ketimbang sama Niko. Yang tetap setia sama Niko ya cuma Yongki.

    "Ya biar tau rasa dia. Itu tuh hukum karmaaaaaa..." Tiar nampak puas, "kan kasian Hanhan. Wajah cakepnya jadi ancur. Tuh...tuh liat, matanya jadi sipit sebelah hahaha..."

    Dan aku masih terdiam. Kalau aku yang biasanya, sudah aku jitak tuh Tiar. Tapi aku sedang badmood.

    Aku melihat hp ku. Hanya ada bbm dari Mega dan beberapa dari teman sekelas. Ada juga bbm dari Tiar yang belum sempat aku baca. Sejak kejadian itu Jemmy nggak pernah menghubungiku. Begitu juga denganku. Aku ingin mengiriminya pesan atau sekedar menyapanya tapi rasanya sulit. Apalagi saat ingat perkataan Niko. Aku...

    "Hai...bukankah kamu..."

    Seseorang menyapaku. Orang yang pernah beberapa kali bertemu denganku. Tapi siapa...??

    Sial kenapa otakku sangat malas mengingat orang asing yang cuma beberapa kali bertemu?

    Smile...

    "Cowok ganteng temennya Jemmy," senggol Tiar.

    "Aaahh...!! Hallo," sapaku balik saat ingatanku terbuka.

    Aku kembali tersenyum.

    Siapa ya namanya. Aku lupa.

    "Oh lagi ngumpul rupanya," dia...entah siapa namanya itu seperti mencari seseorang.

    "Jemmy nggak ikut," seakan aku bisa tahu siapa yang dia cari.

    "O..oh..gitu. Ya udah lanjutin aja. Aku mau kedalam dulu."

    Apa dia kerja di sini?

    Smile...

    Dia...teman Jemmy pun beranjak pergi. Apa benar mereka cuma berteman? Entah kenapa aku sedikit curiga. Apa Jemmy punya banyak teman seperti dia? Apa temannya itu normal atau tidak?

    ...

    ...

    Aku menghela nafas.

    Aku benar-benar khawatir.

    Beberapa orang nampak menyiapkan panggung. Mungkin sebentar lagi akan ada yang mengisi panggung.

    "Han diem aja daritadi," Tiar menegurku.

    Aku tersenyum.

    "Biarpun babak belur gitu kalau ganteng tetep aja ganteng ya," Ronni sukses membuatku terkekeh.

    Teman Jemmy tadi naik keatas panggung dan memulai aksinya. Dia bernyanyi diiringi petikan gitar temannya.

    "Suaranya bagus," puji Vio.

    Aku berhenti menatapnya karena orang itu, teman Jemmy, bernyanyi sambil terus menatap ke arahku.

    .
    ..
    ...
    ....
    .....
    ....
    ...
    ..
    .

    "Tunggu...bisa kita ngobrol sebentar?"

    Dia...

    Aku menatap teman Jemmy yang tiba-tiba memghampiriku saat aku dan gerombolanku mau pergi dari cafe.

    "Gi..ma..na ya..." aku menatap Tiar dan yang lainnya dengan bingung.

    "Aku traktir deh."

    Aku tersenyum canggung.

    "Gimana?" aku meminta pendapat teman-temanku.

    Jelas sekali kalau mereka penasaran.

    "Cuma mau ngorbol berdua atau..." Tiar menatap orang itu.

    "Berdua sih kalau Hanhan nggak keberatan."

    Dia tahu namaku. Apa saja yang sudah Jemmy ceritakan ke dia?

    "Ya...oke deh. Aku temani sebentar," aku menyetujuinya.

    Rasa penasaran ini menggangguku.

    Tiar dan lainnya pulang duluan. Dia...orang itu mengajakku duduk di pojokan. Kurang nyaman sih tapi mau bagaimana lagi.

    "Gimana? Tempatnya nyaman atau nggak?"

    Hmm...

    Aku melihat sekeliling.

    "Nyaman. Bersih."

    Orang itu tersenyum.

    "Ngggg...." aku menatapnya.

    "Leo. Aku Leo. Pasti kamu sudah lupa hahaha..."

    Ceria sekali.

    "Sorry otakku buruk untuk mengingat nama dan wajah orang yang hanya beberapa kali bertemu."

    Kasar? Entahlah. Aku tidak suka padanya.

    Leo kembali tersenyum.

    "Ah benar, mau pesan apa?"

    Aku menggeleng.

    "Aku nggak ingin pesan apa-apa."

    "Oh...baiklah."

    "..."

    "Jemmy. Teman yang baik kan?!"

    ...

    ...

    "Ya...seperti itulah."

    Leo nampak memperhatikanku.

    "Kalian berdua...berkelahi?!"

    "Huh??"

    Leo menunjuk mukanya sendiri.

    "Ah... Bukan. Ini...bukan sama dia."

    Aku bisa merasakan ujung kakiku menjadi dingin.

    Gugup?

    "Oh bagus kalau gitu. Jemmy memang nggak bisa melukai orang yang dia..."

    "..."

    "..."

    "..."

    "Jemmy. Dia bercerita banyak padaku tentangmu. Aku jadi sedikit penasaran."

    "Apa saja?"

    Aku menelan ludah. Mataku menatap lubang kecil di meja yang terbuat dari kayu itu.

    "Banyak. Tapi...mungkin...lebih baik kalau cuma aku saja yang tahu."

    "..."

    Cih...

    "Jemmy itu mantanku."

    "Apa?" aku langsung menatapnya.

    Leo...menatapku tajam. Tak ada keraguan di sana.

    "Aku dan Jemmy...dulu kami pacaran."

    Apa...apaan dia ini?!

    Wajahku rasanya menjadi panas.

    "..."

    "Dia anak yang lucu. Aku suka sama dia. Perasaanku nggak pernah berubah sampai saat ini."

    "Apa kamu nggak malu ngomong blak-blak'an gitu? Secara nggak langsung kamu bilang kalau kalian ini...gay."

    Aku melemparkan pandanganku ke arah lain.

    Menjijikkan. Harusnya aku tolak saja ajakannya tadi.

    Sial.

    "Untuk apa malu? Aku malah berharap kami bisa kembali seperti dulu."

    "..."

    Menjijikkan.

    Kedua tanganku mengepal erat. Jantungku berdetak kencang. Wajahku terus saja memanas. Darahku seakan mengalir menuju otakku secara perlahan.

    Aku menelan ludah.

    "Aku akan membuatnya kembali padaku...lagi."

    "Menjijikkan," desisku.

    Aku langsung berdiri.

    "Lakukan sesukamu. Aku nggak peduli sama hubungan sesama jenis kalian."

    Ini...benar-benar menjijikkan.

    Aku beranjak pergi.

    Dasar brengsek!!
  • good...ternyata ada pesaing...mampus lu han
  • Hanhan cemburu ...?
  • good job Leo.

    Denial aja trus Han..
  • 36

    ~ Jemmy pov ~

    Setelah izin pulang dengan alasan sakit, disinilah aku sekarang. Di depan pintu kamar Hanhan. Untunglah Omanya Hanhan nggak bertanya macam-macam dan langsung menyuruhku ke kamar Hanhan.

    Aku menghela nafas panjang sebelum mengetuk pintu kamarnya.

    "Siapa sih? Jam segini ju...oh kamu Jem."

    Aku terdiam saat Hanhan membuka pintu kamarnya.

    "Aku kira kamu sakit. Tapi kayaknya sehat-sehat aja tuh."

    Hanhan menempelkan jari telunjuk di bibirnya.

    "Sorry," desisku sambil melihat kebelakang.

    Aman. Oma nggak ada.

    "Masuk gih."

    Aku menutup pintu kamarnya sambil melempar tasku ke lantai.

    "Jam segini kok udah pulang?!" Hanhan menjatuhkan tubuhnya di kasur.

    "Izin pulang tadi."

    Dia menatapku. Tangannya menepuk-nepuk tepi kasur. Aku duduk di sana.

    "Kenapa? Kangen sama aku?"

    "..."

    Terakhir ngobrol dia sangat marah karena perlakuan Niko. Tapi sekarang...kayaknya moodnya membaik.

    "Aku nggak sakit cuma males aja mau masuk sekolah."

    "Oh..."

    Suasana macam apa ini. Canggung banget. Aku nggak bisa mencairkan suasana. Ya biarpun Hanhan mencobanya tapi tetap saja...

    Aku merasakan tangan kiri Hanhan melingkar di perutku.

    "Jem..."

    "Hem?"

    "Kamu naik angkot kan belakangan ini?"

    Aku mengangguk.

    "Kemana motormu?"

    "Dipakai Niko."

    "Jadi bener Niko adikmu?"

    Aku mengangguk.

    Hanhan menghela nafas sambil melepaskan pinggangku. Dia berguling menghadap dinding.

    "Kalau mau aku bisa anter jemput kamu."

    "Nggak usah. Kalau kamu anter jemput aku, Mega gimana?"

    "Dia kan punya motor. Mobil juga ada kok."

    "Tapi dia pacarmu kan?! Masa kamu tega sama dia?!"

    "..."

    "..."

    "..."

    "..."

    "Jem...tolong...nggak usah bahas Mega dulu."

    Aku tersenyum.

    Aku mencoba untuk merebahkan tubuhku di samping Hanhan lalu memeluknya dari belakang.

    "Kenapa? Lagi ada masalah? Masih mikirin Niko?"

    "Huh?"

    "Aku kira kamu udah nggak badmood tapi kayaknya masih badmood ya?!"

    "..."

    "Kenapa? Mau cerita?"

    "..."

    "..."

    "..."

    "..."

    "Leo..."

    Huh...??

    "Kamu masih hubungan sama dia?"

    DEG...

    Aku langsung merubah posisiku menjadi duduk.

    "Ka...kamu...ketemu Leo?" tanyaku.

    Kapan? Dimana? Ngomong apa aja dia???

    ...

    ...

    Hanhan menatapku. Raut wajahnya tidak bisa kubaca.

    "Kamu...suka sama aku kan?"

    !!!!!

    "Yang kamu sukai itu...aku kan?!"

    ...

    ...

    Aku hampir tertawa senang.

    "Han...kamu cemburu?" tanyaku pelan.

    !!!!

    Ha..haha...hahahaha....

    Wajah Hanhan...aku menyukai ekpresinya saat ini.

    Aku langsung mencium keningnya. Aku menghujani wajahnya dengan ciumanku. Terakhir ciumanku bersarang bibirnya. Karena tidak ada penolakan aku terus menciumnya. Memperdalam ciuman kami. Basah. Lembab. Kami saling bertukar saliva. Lidahku menerobos masuk kedalam mulut Hanhan. Bisa aku rasakan nafas kami memburu.

    Aku menyukainya.

    Tanganku menyusup kedalam kaos yang ia kenakan. Menyentuh langsung permukaan kulit tubuhnya. Hanhan tersentak kaget saat tangan dinginku menyentuhnya. Tangannya mencengkeram erat lenganku sampai aku bisa merasakan sakit terkena kukunya. Aku melepaskan ciuman untuk melihat wajahnya.

    Srraaaakk...

    Aku bergerak menjauh. Tubuhnya gemetar hebat.

    "Sorry," desisku, "aku...aku...."

    Nafasku masih tersendat.

    Harusnya aku bisa mengendalikan diri.

    "Nggak masalah," sahut Hanhan sambil bersandar di dinding, "aku...cuma kaget. Aku belum...aku belum terbiasa."

    Senyumnya terukir di bibirnya. Seperti paksaan.

    Dia mengepalkan kedua tangannya. Tapi aku masih bisa melihat kalau dia gemetaran.

    Aku terlalu terburu-buru.

    "Mending aku pulang. Aku bener-bener minta maaf."

    Hanhan tertunduk.

    "..."

    Aku menggigit bibir bawahku.

    Aku menutup pintu kamar Hanhan sambil menghela nafas panjang. Aku juga memukul kepalaku sendiri karena kesal.

    Setelah pamit sama Oma aku beranjak keluar. Tapi langkahku terhenti aaat melihat Mega di luar sana. Mega terlihat kaget melihatku.

    "Jem..." desisnya.

    Aku kembali melangkahkan kakiku melewatinya.

    "Aku...aku masih ingat kamu pernah bilang ke aku kalau kamu mau menjauhinya."

    Langkahku terhenti.

    "..."

    "Jem, Hanhan itu pacarku."

    "..."

    Brengsek.

    Aku kembali melangkahkan kakiku meninggalkan rumah Hanhan.

    Aku juga tahu dia pacarmu. Tapi aku juga menyukai pacarmu. Bukan cuma kamu...yang menyukainya.
  • lama² kesian ama Mega
  • @3ll0 km g mention yg lainx? Hahahaha...aq susah klo suruh tag stu2 ~.~
  • Yeay update
  • @3ll0 eh d tag bnran...cm bercandaaaaaaaa... ~.~ haha...dr dl aq blm ucapin makasih..makasih ya @3ll0
  • cuman segitu.
    takut yg lain keganggu krn udah lama gak nongolnya.

    iya sama² ^_^
  • @3ll0 g mslh brp yg baca...aq cm pngn ngobrol ama org aja haha...
  • sebenarnya Hanhan suka sama Jemmy tapi seperti ada yang menahan ... bagaimana perasaan Hanhan kalo Mega sebenarnya tau tentang dia sama Jemmy... terima kasih ya @3ll0 ...
Sign In or Register to comment.