It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
~ Hanhan Pov ~
Aku hanya terpaku di depan kamar Tiar. Gadis yang baru saja membuka pintu kamarnya terlihat memakai selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Matanya merah dan sembab.
"Kamu...nangis?" itulah yang keluar dari bibirku.
Berbagai pikiran buruk tercampur aduk dibenakku.
"Kamu berantem sama mas mu? Diapain? Dipukul lagi?"
Tiar menggeleng.
"Han...gimana ini?!"
Tiar kembali mengeluarkan air matanya.
"A...apanya??"
Aku bingung. Masalahnya baru kali ini aku melihat Tiar yang seperti ini. Bahkan saat kakaknya sendiri memukulnya sampai ada memar di wajah, Tiar tidak pernah menangis.
"Masuk!!" Tiar menarik tanganku lalu menutup kamarnya.
"Ada apa sih? Aku nggak pernah liat kamu nangis gini Yar."
Aku memilih duduk di kursi.
"Si Vio ngajak aku makan."
????
"..."
"Ditempat yang mahal."
"Enak dong. Makan-makan."
Smile...
"Sama ortunyaaaaaaaaaaa....."
"..."
"..."
"..."
"..."
Hahahaha...gitu ya.
Di atas meja berserakan alat make up dan banyak baju yang berantakan di lantai.
"Aku udah nyoba make up sendiri tau nggak, jadinya aneh. Kayak badut. Aku juga nggak tahu harus pakai apa."
"Coba aku liat."
Ada mascara dan eyeliner. Ada lipstick juga. Ini apa? Eye shadow? Nggak...yang ini nggak usah.
"Sini duduk!!!" perintahku, "siapa yang nyuruh kamu duduk di kasur? Sini duduk di lantai!!"
"Cih..."
Aku terkekeh.
Saat Tiar sudah duduk dilantai, aku mulai mengoleskan Eyeliner. Susah ternyata. Saat aku lihat Ita memakaikan Eyeliner nampak mudah. Tapi kenyataannya...
"Jangan banyak gerak!"
"..."
"Jangan kedip-kedip."
"Gila...mataku panas goblok!! Kamu tuh bisa nggak sih?!"
Ck...
"Aku bilang jangan banyak gerak!!!"
...
...
...
"Selesai...hahahaha..."
Aku menutup lisptick miliknya. Aku mengoleskannya sangat tipis. Habisnya dia nggak punya lipsgloss.
"Gimana???"
"Hmm...."
"Gimana????"
"Hmm...hmmm..."
"HAAANN!!!!"
"Ahahahaha... bagus kok. Tuh ngaca aja."
Tiar langsung ngaca, sedangkan aku memilih baju untuk Tiar. Mungkin baju atasannya ini aja kali ya. Celananya aku pilihin warna hitam yang ketat. Sepatu...oh dia sudah punya.
"Coba pakai ini," aku menyodorkan baju yang sudah aku pilih.
"Kenapa celana? Apa nggak bagusnya pakai rok? Minidress mungkin."
"Kamu tinggi, kalau kamu pakai minidress jadinya aneh. Bajumu nanti kayak kekecilan. Lagian kamu nggak pernah pake rok. Takutnya kamu nggak bisa banyak gerak."
Tiar nampak manggut-manggut.
"Ya udah aku pakai ini aja. Oh ya, di makan tuh chikinya ada teh gelas tuh."
"Udah kamu ganti aja. Aku bisa ambil sendiri nanti."
Tiar keluar kamar.
Nah...aku mau nyemil dulu.
Nggak lama Tiar sudah kembali. Aku sampai tertegun melihatnya.
"Cantik," desisku.
"Ma...masa sih?? Nggak aneh?? Aku nggak pernah pakai baju kayak gini. Apalagi sepatunya, aku baru beli kemarin."
Aku tersenyum sambil mendekat ke arahnya.
"Cantik kok," tanganku bergerak ke belakang kepalanya.
Sruuutt...
Rambutnya kini terurai.
"Gini makin cantik."
Tiar menatapku malu-malu.
Ahahahahaha...aku berasa aneh.
Tiar langsung berlari ke jendela saat mendengar suara pintu mobil tertutup.
"Vio...Vio udah dateng. Gimana nih?? Aku deg-deg'an."
Tiar terlihat panik.
"Udah pede aja. Kamu udah cantik."
"Oke Han. Thanks udah bantuin aku. Doain aku ya."
"Sip..."
Aku menunjukkan jempolku.
"EEEHHHHH...!!!! TUNGGU-TUNGGU!!!" aku langsung menarik tangan Tiar.
"He??"
"Udah cantik-cantik masa tas nya tas ransel?!"
Tiar melihat tas yang baru disambarnya tadi. Tas ransel yang biasa di bawa ke sekolah. Udah sobek dibeberapa tempat dan banyak coretan sana sini. Ada juga coretanku yang berbentuk pup menjulang ke atas.
"Mendingan kamu pakai tasnya mama mu deh."
"Iya juga ya."
Aku menghela nafas.
Akhirnya Tiar menemui Vio setelah meminjam tas mamanya. Aku melihat mereka dari lantai dua kamar Tiar. Dari jendela aku bisa melihat kalau Tiar dan Vio sedang malu-malu kucing.
"Heh....imut banget sih mereka itu."
Aku masih nggak menyangka kalau Tiar bisa nangis karena masalah sepele. Imut banget kan?!
...
...
...
...
....
....
Kencan ya...
Aku merogoh kantong celanaku. Mencari nama yang ingin aku telfon.
Jemmy...
...
...
...
Aku memejamkan mataku sebentar sebelum aku mencari nama yang lain.
"Hallo Mega..."
~ Jemmy Pov ~
Sial. Harusnya sabtu gini aku santai dirumah. Bukannya kelayapan di mall setelah pulang sekolah.
"Nik...kalau udah selesai beruan pulang. Aku laper. Aku juga mau tidur."
Aku capek. Ngantuk.
Niko yang nasih memilih baju hanya diam.
Sialan anak ini.
Aku heran kenapa dia mengajakku. Jarang banget dia ngajak aku keluar.
"Ini bagus nggak?"
"Nggak usah kayak cewek deh! Ambil aja kalau emang menurutmu bagus."
"Aku mau ngasih ini buat kado. Jadi harus milih yang bener-bener bagus."
Niko masih memilih-milih pakaian bermerk itu. Harganya aja ratusan ribu bahkan ada yang mencapai jutaan. Aku aja kalau beli baju milih yang paling murah.
Aku menghela nafas.
"Kamu itu terlalu boros tau nggak."
"Nggak juga. Papi ngasih aku uang buat beli ini kok."
"..."
"Atau aku beliin jam tangan aja?"
Jam ya...
Aku jadi inget saat aku beliin Hanhan jam. Aku sampai rela nggak jajan buat beliin jam.
"Siapa sih yang ultah??"
Kayaknya penting banget.
"Yongki."
"..."
...
"..."
...
"Kamu...nggak punya perasaan khusus sama dia kan?! Suka gitu mi...sal...nya."
Niko melirik ke arahku.
"Sorry ya, aku nggak homo kayak kamu."
Jleb...
Anak ini kalau ngomong nggak pernah di pikir dulu. Brengsek emang. Kalau dia bukan adikku, sudah aku tonjok dia.
Tapi bagus sih dia nggak punya perasaan khusus sama Yongki. Aku kira dia suka sama Yongki. Habisnya yang paling akrab sama dia menurutku cuma Yongki. Ya biarpun aku suka ama cowok bukan berarti aku setuju kalau adikku juga suka sama cowok. Mungkin aku orang pertama yang akan menentangnya.
Haha...
Lucu kan?!
Aku menghela nafas panjang.
"Jam tangan aja lah," desisnya.
...
"Ya...ya terserah lah. Buruan!!"
Akhirnya aku dan Niko mencari tempat yang menjual jam tangan.
Langkahku terhenti saat mataku menatap dua sosok yang aku kenal.
"Kenapa? Kok berhenti?"
"..."
Sedang kencan ya...Hanhan sama Mega. Mereka ada di seberang sana. Hanhan nampak menjilat es yang dibawa Mega.
....
....
....
....
Tiba-tiba saja Niko menarik tanganku. Dia terus menyeretku ke tempat yang sepi. Nampaknya dia sama sekali nggak peduli saat beberapa pasang mata menatap kami.
"Apa??" tanyaku saat Niko menatapku.
"..."
"Ada apa sih??"
"..."
Niko menghela nafas panjang.
"Aku kira kamu mau nangis tadi. Habis wajahmu tadi kayak orang mau nangis."
Eh???
"Nggak mungkin lah. Gila apa aku nangis di tempat umum gini."
Lagian aku nggak cengeng. Cuma karena liat Hanhan sama pacarnya bukan berarti aku langsung nangis lebay ditempat umum.
Niko masih menatapku was-was.
"Itu tadi...Hanhan kan?!"
Jadi dia juga lihat ya.
Aku mengangguk.
"Sama pacarnya kan?!"
Aku kembali menggangguk.
"Gitu...jadi kamu ditelantarin."
"Apaan sih? Dia nggak pernah nelantarin aku. Kami itu cuma temen biasa."
Niko menatapku dingin.
"Masa?"
"..."
Aku menunduk.
...
...
...
Aku bisa mendengar dia menghela nafas.
"Kita pulang aja lah."
"Aku setuju," sahutku.
@JimaeVian_Fujo
@harya_kei
@alexislexis
@cabemerah
@andre_patiatama
@boboibot
@lulu_75
@Tsu_no_YanYan
@tianswift26
@Gaebara
@black_skies
@handikautama
@Yirly
@Gabriel_Valiant
@alvin21
@fian_gundah
@Einstein
Sehat selalu @3ll0
Buuugghhh...
Tubuhku terhuyung. Bisa aku rasakan sakit yang nyata di rahangku. Aku mendengar suara jeritan dari beberapa cewek yang ada disekitarku.
"Eh..." Tiar masih kaget dengan insiden pemukulan ini.
Dia hanya mematung menatapku.
Aku melihat pemukulku.
Niko.
Kedua matanya menatapku dingin.
Aku dan Tiar baru dari kantin dan mau kembali kekelas. Tapi saat berpapasan dengan Yongki dan Niko, tiba-tiba saja Niko memukulku tanpa alasan.
"NIK!!! NIIIKK!!!" Yongki berusaha menahan Niko yang tiba-tiba mencengkeram kerahku.
"Apaan nih?!" aku menatap Niko tak kalah dingin, "apa masalahmu? Huh!!" tanganku mencengkeram erat pergelangan tangannya yang tidak mau melepaskan kerahku.
"Hei..!! Udah!! Apaan sih ini?!" Tiar mendorong tubuh Niko tapi Niko bergeming.
"Udah punya pacar masih main belakang. Sama cowok lagi. Otakmu kemana? Bisa mikir nggak?"
Wajahku langsung memanas. Entah itu karena rasa malu atau karena emosiku yang memuncak.
Duuugghhh...
"HAAAN!!!!"
Tanpa pikir panjang aku membenturkan keningku kekeningnya. Akhirnya Niko melepaskan kerahku. Dia mengumpat sambil memegang keningnya, begitu juga denganku.
"Han...kamu nggak apa-apa?!" Tiar nampak kebingungan.
"Minggir!!" Niko mendorong tubuh Tiar.
"APA SIH MAUMU?!" Tiar berdiri dihadapanku, "NGGAK ADA HUJAN NGGAK ADA ANGIN MAIN TONJOK AJA."
"Jangan sampai aku mukul cewek."
"NIK!!! UDAH!!! UDAH!!!"
Buuugghh...
"HAN!!!"
Kali ini aku yang menonjoknya. Hidungnya sampai berdarah. Dia mimisan. Dan nggak butuh waktu lama kami terlibat adu pukul. Tiar dan Yongki yang berusaha memisahkan kami juga ikut kena pukul beberapa kali.
Akhirnya kami bisa dipisahkan saat beberapa guru datang untuk turun tangan. Aku cuma bisa terdiam saat digelandang ke ruang BP. Begitu juga dengan Niko. Tiar dan Yongki jadi kena imbasnya. Saat kami berjalan melewati lorong, aku melihat Jemmy yang kebingungan. Dia sampai menyusul ke ruang BP.
~ Jemmy Pov ~
Aku mondar-mandir di depan ruang BP. Sudah sekitar setengah jam mereka ada di dalam sana. Ada apa sebenarnya? Kenapa mereka sampai adu jotos gitu? Niko bukan orang yang suka adu jotos, begitu juga dengan Hanhan. Tapi...
Darah. Niko tadi mimisan kan?! Darahnya sampai mengenai bajunya.
"Nik!!" aku langsung menghampiri Niko saat dia keluar dari ruang BP.
Tapi Niko hanya mendorongku kasar tanpa mengatakan apapun. Benar juga, dia nggak suka kalau aku sok kenal dengannya. Apalagi saat di sekolah.
Bisa aku lihat Yongki yang bingung menatapku. Ya jelas, dia kan nggak tahu kalau Niko itu adikku.
Kali ini Hanhan yang keluar ditemani oleh Tiar.
"Brengsek banget tuh anak. Main pukul. Apaan tuh alesannya. Nggak suka liat wajahmu? Hahaha...yang bener aja."
"Kamu nggak apa-apa?" tanyaku.
Hanhan menatapku dan tersenyum masam.
"Nggak apa-apa. Tapi yang ini perih banget."
Jelas. Sobek. Berdarah. Pasti kena gigi tadi.
"Tapi masa aku ikutan kena. Aku kan cuma mau ngelerai. Sial. Mas ku pasti marah besar sama aku nih."
"Sorry ya Yar. Gara-gara aku nggak bisa nahan emosi."
"Halah biasa aja! Toh yang salah kan emang dia. Dia yang mulai duluan. Main tonjok gitu. Siapa sih yang nggak emosi?!"
Wajah Hanhan yang keren jadi penuh dengan luka lebam. Pelipisnya sobek dan mengeluarkan darah.
Hanhan mendesis saat aku memegang bibirnya yang sobek.
"Sakit banget ya?"
Hanhan mengangguk.
"Ke UKS yuk!"
Kini Hanhan menggeleng.
"Udah ke UKS aja!! Toh guru-guru juga udah tahu kamu luka-luka."
Hanhan terdiam sebelum mengangguk.
Aku mengantar Hanhan ke UKS. Di sana aku mengambil betadine dan kapas.
"Aahh..." Hanhan kembali menjauhkan kepalanya saat kapasku menyentuh luka dipelipisnya.
Dia juga mendesis saat aku mengoles betadine ke bibirnya.
Aku nggak tega liat dia kayak gini.
"Sorry ya Han."
"Ngapain kamu minta maaf?"
Aku yang duduk didepannya hanya menggeser badanku menjauh darinya.
"Dia...si Niko. Dia mukul kamu pasti karena aku."
Itu sudah pasti.
"Kenapa gitu??"
"..."
"..."
"..."
"..."
"Karena...karena dia adikku."
Aku melirik Hanhan. Dia menatapku kaget. Ada rasa tak percaya disana.
Aku tersenyum masam.
"Beda ibu," jelasku, "dia tahu aku...aku sama kamu...itu..."
Sebisa mungkin aku menghindari kalimat 'aku suka kamu'.
Kali ini Hanhan memejamkan kedua matanya. Sepertinya dia menyadari sesuatu.
"Aku pasti marahin dia karena ini. Dia nggak bisa main pukul gini."
"..."
"Dia ha..."
"Sorry. Bisa tinggalin aku sendiri nggak? Aku mau tidur," potong Hanhan.
...
Aku menghela nafas.
"Oke," desisku, "aku juga harus kembali kekelas."
Aku mengembalikan betadine dan kapas ke kotaknya sebelum aku melangkah pergi.
Aku kembali menghela nafas.
Aku harap ini nggak berbuntut panjang.
~ Author Pov ~
Hanhan menatap kepergian Jemmy. Dia menghela nafas saat sosok Jemmy benar-benar menghilang. Setelah itu dia menjatuhkan tubuhnya telentang di kasur. Kedua matanya kembali terpejam. Lengan kirinya menutupi kedua matanya.
"Brengsek!!" umpatnya, "brengsek!! Brengsek!!!"
Kali ini dia memukul kasur dengan tangan kanannya yang mengepal.
"Brengsek!!!"
~ Whoami pov ~
ty y yg udah bca ^^ pasti kesel bngt kan ama tipe kyk hanhan. tp klo org udah ska ama tipe model hanhan tuh susah lo mw lupain. malah bawaanx pngn bsa dapetin 100% htix or malah lbh milih mw aja d sakitin trz2an..tp jujur aq lbh ska karakter hanhan. g tw knp hahaha...
Sebel nih sama hanhan yang labilll.. Bisa gak hanhan gak egois gini.. Q kan jdi kasian sma jemmy.....