10 Juni 2014
Aku suka tempat ini, dimana aku bisa melihat luasnya lautan yang di selimuti birunya langit. Aku tersenyum untuk menanggapi suara ombak yang memecah kesunyianku, ku pegang dadaku, dapat aku rasakan debaran jantung yang berirama di dalamnya. Aku tidak pernah sendiri.
10 Juni 2007
"Tirta sayang..." Nenek langsung menyambut kedatanganku dan memeluku serta menciumiku. Ya sudah tiga tahun aku tidak mengunjungi nenek di kota tempat kelahiran mama.
"Nenek sehat kan?" Aku bertanya setelah menyalami tangan nenek yang kulitnya sudah berkerut.
Nenek tidak langsung menjawabku, beliau menatapku dengan mata yang berkaca-kaca, aku tahu apa yang ingin di katakan nenek tanpa harus mendengarnya langsung.
"Nenek sehat sayang, cucu nenek sudah besar ya, tambah ganteng aja.." Aku tersenyum membalas pujian nenek.
....
Setelah makan dan istirahat sebentar, aku meminta ijin pada nenek dan mama untuk berjalan-jalan melihat laut. Dengan sepeda kesayanganku yang aku bawa dari rumah tempat kota asalku, aku menggoes dengan perlahan menikmati perjalanan menuju pantai yang sudah di beri petunjuk jalannya oleh nenek. Di dekat rumah nenek ada pantai yang bagus, yang biasa menjadi tempat orang-orang berwisata. Tadinya mama ingin menemaniku, tetapi aku berhasil meyakininya untuk membiarkan aku sendiri.
Aku tersenyum melihat laut yang terbentang di hadapanku, aku sandarkan sepedaku dan duduk di pasir putih. Dari kejauhan aku melihat di sekitar ada beberapa muda-mudi berpasangan 'mungkin mereka sedang pacaran' pikirku, ada juga anak-anak yang sedang bermain pasir dan bercanda di pinggir pantai, serta beberapa orang dewasa. Ya aku memilih duduk di tepi ini, di sisi yang jauh dari mereka, aku suka tempat yang sunyi, agar aku bisa menikmati pemandangan laut tanpa ada yang menggangguku, kecuali suara ombak dan kicauan burung yang sesekali menghias langit biru.
"Boleh aku duduk sini?" Suara lembut seseorang memecah lamunanku, aku menoleh untuk melihat orang yang tanpa aku sadari sudah duduk di sampingku.
Comments
Ada cerita baru ini.
Kak @d_cetya
Ko @Tsunami
Kak @cute_inuyasha
Bang @balaka
Bro/Sis @Wita
Kak @lulu_75
"Sepertinya aku belum pernah melihatmu.." aku masih diam melihat laut di depanku. "Biasanya hanya aku sendiri yang memilih tepi ini." dia melanjutkan kalimatnya.
Aku menoleh lagi ke samping untuk melihat kembali wajahnya, dari samping wajahnya aku bisa melihat senyumannya.
"Apa tempat ini sudah kamu patenkan?"
"Ah? Apa?" dia sedikit terkejut mendengar jawabanku, aku bisa melihat ekspresinya dengan penuh tanda tanya. Aku terkekeh, sangat lucu.
"Kalau belum, berarti aku juga punya hak kan untuk duduk di tepi ini?" Aku tersenyum "Jangan melihatku dengan tatapan itu! Kamu sangat lucu..haha" aku tertawa kecil.
Dia tersenyum menanggapiku, memperlihatkan gigi kelincinya yang begitu imut menurutku. "Jadi bagaimana kalau kita mulai mematenkannya sekarang, jadi di tepi ini hanya milik kita berdua." cara dia bicara sangat lucu, dengan alisnya yang ikut naik turun.
"Baiklah, berdua sudah lebih dari cukup karna aku tidak suka bila tepi ini menjadi ramai nantinya." Dia tertawa kecil mendengar kata-kataku.
"Aku Rizky, Muhammad Rizky." dia yang bernama Rizky mengulurkan tangan kanannya.
"Tirta, Tirta aditya." Aku menyambut uluran tangannya.
"Jadi dari mana asal mu? Sepertinya aku belum pernah melihatmu." dia ingin menuntaskan penasarannya ternyata..hehe
"Ya, aku dari Jakarta, dan baru tadi pagi aku sampai di kota ini." kami melepaskan tangan kami "nenekku tinggal didekat sini, dan aku akan tinggal disini melanjutkan sekolahku satu tahun lagi sampai aku lulus SMA." kataku melanjutkan.
"Heemm begitu.. Berarti kamu satu tahun di bawahku, karna sebentar lagi aku sudah resmi menjadi mahasiswa." Dia kembali melihat kedepan, dan aku masih memperhatikannya dari samping wajahnya. Wajahnya sangat cerah, dengan rambut lurusnya yg sedikit acak-acakan akibat angin laut, dia terlihat berkharisma, gigi kelinci yang membuat wajahnya kelihatan imut, di tambah hidungnya yang kecil, membuatnya terlihat mempesona.
"Kalau aku tidak menunda satu tahun sekolahku, saat ini aku juga sudah menanggalkan seragam putih abu-abu itu." ku lengkungkan ujung bibirku.
"Maksudnya? Kamu pernah gak naik kelas? Atau kamu tidak lulus ujian tahun ini?"
Aku tertawa menanggapi pertanyaannya, dan membuang kembali tatapanku ke depan. "Bukan begitu, ada alasan yang buat aku harus menunda sekolahku selama satu tahun, dan aku memilih melanjutkan sekolahku disini, karna Jakarta terlalu sesak sehingga untuk bernafas saja aku merasa kesulitan..haha"
"Ooo begitu ya.." dia tidak bertanya lagi, mungkin dia masih segan untuk bertanya lebih lanjut dan kami pun terdiam. Untuk beberapa lama tidak terdengar apapun kecuali suara ombak.
Tidak lama suara adzan ashar terdengar dari kejauhan dan dia pamit untuk melaksanakan sholat ashar.
"Ta, aku pamit dulu ya, udah ashar nih.." Rizky berdiri dan membersihkan sisa-sisa pasir dari celananya.
"Oke.." jawabku singkat mendongakan kepalaku untuk melihatnya dan tersenyum simpul.
"Kamu gak pulang?"
"Bentar lagi deh.."
"Gak sholat?" aku sedikit gregetan menanggapinya.
"Iya kan waktunya juga masih lama, aku masih mau sini!" dengan sedikit ketus aku menjawabnya, 'malas' fikirku.
Rizky kembali duduk di sampingku, dan menatap ku dalam seolah mencari sesuatu di dalam mataku, dan dadaku berdesir melihat tatapannya. "Kamu suka disini karena bisa bebas melihat laut dan langit kan?" Rizky tersenyum, aku hanya bisa mengangguk. Kenapa ini, tiba-tiba jantungku yang lemah berdetak lebih cepat, bahkan aku bisa mendengar suara detakannya.
"Laut dan langit itu Allah yang menciptakan, kalau kita terlalu mengaguminya sampai membuat kita melupakan DIA yang menciptakannya, DIA bisa cemburu dan bisa saja mengambilnya dari penglihatan kita." suara lembutnya tidak terdengar seperti orang yang sedang ceramah, tetapi lebih seperti sesuatu yang lembut menyentuh hatiku. Dia tersenyum lagi memperlihatkan gigi kelincinya yang imut itu, dan aku masih terdiam menahan gejolak dalam dadaku. Dan aku tidak mengelak, kalau saat ini aku sudah jatuh suka kepadanya.
Dia berdiri lagi, mengulurkan tangannya lagi padaku. "Ayo!" dia menarikku untuk ikut berdiri saat aku menyambut tangannya.
"Ini sepedamu?" Dia menunjuk kearah sepedaku.
"Iya." jawabku singkat.
"Baguslah aku tidak perlu memboncengmu dengan sepedaku, karena kamu pasti sangat berat..haha" Dia tertawa berjalan mengambil sepedanya.
"Berat mu pasti lebih berat dari ku karena badanmu lebih gede dan tinggi dariku." Aku balas ledekannya, atau malah aku memujinya? Terlepas dari wajahnya yang terlihat imut dengan gigi kelincinya, dia memiliki aura yang berkharisma, wajahnya cerah pasti karena air wudhu yang sering membasuhnya, dan aku baru sadari tubuhnya yang aku perkirakan dengan tinggi 178cm dan beratnya aku tidak tahu berapa, yang jelas tubuhnya lebih berisi dari pada tubuhku yang bisa di bilang kurus dengan tinggi 170cm.
"Kamu berat karena kebanyakan dosa..hahaha" Dia tertawa sambil menggoes sepedanya dengan cepat.
"Apaa? Awas kamu ya! Tungguin akuu!!" Aku berteriak mengejarnya dengan goesan sepedaku tidak kalah cepat.
"Hahaha" tawanya kencang terdengar darinya yang masih berada di depanku.
thank's ya didi @3ll0
Mention salah jd gak masuk.
Mama sudah kembali ke jakarta dari hari ketiga aku di sini, karena mama harus bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta, karena papaku sudah meninggal 5 tahun lalu akibat kecelakaan lalu lintas. Di sini aku hanya tinggal dengan nenekku, setelah setahun aku menjalani perawatanku, aku ingin melanjutkan sekolahku di kota ini, dan mamaku mengabulkannya, mama setuju karna ada nenek yang bisa menjagaku. Tentang penyakitku, aku baru akan sembuh, jika hanya ada manusia berhati malaikat yang bersedia mendonorkan jantungnya padaku. Tapi aku tidak begitu mengharapkan akan donor jantung itu, entahlah semenjak kematian papa dan mama mulai sibuk bekerja sampai tiga tahu lalu dokter mengatakan jantungku bermasalah. Aku tidak lagi datang pada Tuhan, aku fikir kalo sudah waktunya mati ya mati aja, buktinya papaku yang berangkat bekerja dengan sehat wal'afiat, tetapi papa pulang dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Karena itu aku tidak begitu ingin tahu akan penyakitku, dan hanya menuruti apa yang di suruh mama dan dokter tanpa semangat yang berarti. Sampai aku bertemu Rizky, yang entah dari mana semangat untuk hidupku perlahan aku dapat darinya.
Rumah rizky tidak jauh dari rumah nenekku, dari yang aku tahu Rizky 3 tahun masa SMPnya di habiskan di lingkungan pesantren. Pantas suaranya Rizky begitu merdu saat mengalunkan ayat suci al'quran. Saat pertama aku kerumah Rizky, aura religi begitu kuat aku rasakan, bunda dan abinya begitu ramah dan baik padaku, Rara adik perempuan satu-satunya yang masih duduk di bangku TK begitu lucu dan menggemaskan.
Rizky sangat cerewet hanya untuk mengingatkan aku sholat, terkadang dia langsung datang ke rumah nenekku saat adzan, hanya untuk mengajakku sholat berjama'ah di masjid. Sholat adalah kebiasaan yang sudah lama aku tinggalkan, tetapi semenjak aku mengenal Rizky, aku mulai meninggalkan kebiasaan buruk itu, walupun mngerjakannya kadang masih agak malas-malasan..hehe
Sms Rizky..
R: Sholat Ta..!
T: Siip
R: Jangan sip sip aj
T: Iya bawel.... Lagi dimana Ky?
R: Masih di kampus, pulang jam berapa Ta?
T: Jam 2 Ky.
R: Oke nanti aku jemput!
T: Siiip ojek gratis nih..hihi
R: Huh nggak jadilah!
T: Yah jangan ngambek dong, hehe yudah aku tunggu
Dan gak di bales lagi sama si Rizky, dan aku pun melangkah menuju musolah sekolah.
......
"Buru-buru banget Ta.." Rika menegurku yang buru-buru membereskan buku-buku pelajaran dan memasukannya kedalam tas.
"Iya aku udah di tungguin." kataku tanpa menghentikan kegiatanku, lima belas menit yang lalu Rizky sudah sms aku.
Tiba-tiba botol kecil berisikan pil obat jatuh dari kantong tasku.
"Apa ini?" Rika mengambil botol itu yang berada tepat di dekat sepatunya.
"Vitamin.." jawabku langsung menyambar botol itu dari tangannya "aku duluan ya!" kataku melempar senyum pada Rika dan langsung berlalu dari hadapannya.
Penasaran ama masa lalu Tirta.