It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
makasih gan. stay tune kelajutannya yaak.
Jam tangan ku taruh kembali di atas meja, kemudian aku pergi ke tempat tidur, berbaring dan memasukkan tubuhku ke dalam selimut. Aku masih teringat apa yang terjadi pada hari ini. Sepertinya hari ulang tahunku ini perlu aku buatkan diarynya. Aku bergegas mengambil laptopku yang berada di dalam lemari, dan kembali ke tempat tidur. Aku menuliskan di dalam laptopku apa yang terjadi hari ini di hari ulangtahunku.
“Dear Diary, 15 July 2014. Jumat Bahagia dalam hidupku, dimana hari ini adalah hari dimana umurku sudah menginjak umur 28 tahun. Banyak hal yang kiranya perlu aku tuliskan, karena hari ini merupakan hari extra special dalam hidupku, entah apakah dikemudian hari aku masih menemukan seperti hari ini lagi atau tidak. Sebelum memasukki hari ini, aku diperingatkan dengan menaiki bus hantu dan aku turun di sebuah tempat yang aku tidak tahu. Lalu seorang superhero datang menjemputku dan membawaku pulang dengan selamat. Superhero itu adalah “Ario Gautama”, pria yang paling aku cintai. Entah bagaimana dia bisa tahu aku berada di tempat itu, namun ia dapat menemukanku yang sedang sendirian, bersama dengan dinding dan lampu yang ikut cemas melihatku. Entah bagaimana dia bisa menemukanku masih menjadi sebuah pertanyaan. Menurutnya, ini adalah kekuatan cinta, dimana feeling kita sangatlah kuat. Sesampainya di rumahku, dia membawakanku banyak sekali kejutan bersama dengan sahabat-sahabatnya, yaitu Edwin, Rangga, Ojan dan Michael. Ia membawakan sebuah kue ulang tahun yang didalamnya terdapat kotak kado yang berisi sebuah tempelan kulkas bertuliskan Rio, dimana setiap lubang pada huruf itu terdapat fotoku dan fotonya. Aku sangat suka dengan kado tersebut, sampai sekarang masih ku tempelkan pada pintu kulkasku. Tak hanya itu, bahkan saat-saat aku berada di kantor pun terdapat pesta kejutan untukku dari karyawan yang diorganisasi oleh Kevin, sobatku di kantor. Setelah itu melanjutkan aktivitasku seperti biasa, bahkan lebih sibuk karena aku harus pulang lebih awal, karena Ario memintaku untuk pergi bersamanya di hari ulang tahunku ini.
Sekitar jam 4 sore, aku pergi bersama Ario menuju tempat makan favorit kita, semua orang yang berada di kafe tertuju kepada kami, mungkin karena tingkah kami yang sedikit mencolok dalam hubungan sesame jenis ini, hehehe. Kami makan dan bercerita banyak hal, dan aku berlaku konyol hingga membuat salah satu petugas kafe datang menuju kami, dan kata-kata bodoh yang kuucapkan adalah “Aku bediri bukan meminta pertolongannmu, tapi karena aku sedang pegal”. Ario hanya tersenyum kecil dan meminta maaf kepada pelayan itu. Selepas kami makan, kami pergi ke suatu tempat yang masih dirahasiakan oleh Ario. tempatnya lumayan jauh, karena aku sampai tertidur dan bermimpi pergi ke tempat yang mana akan kami tuju. Ario lagi-lagi membuatku kejutan dengan memintaku hadir dalam acara pesta pertunjukannya. Sangat amat mengagumkan berada dalam pesta yang disetting di ruang outdoor, dengan tempat duduk yang strategis dan pemandangan yang Indah. Ditambah pada akhir terdapat pesta kembang api. Dan kami pun pasti berpenampilan glamour.
Sepulangnya dari pesta, kami pun pergi ke sebuah tempat yang bernama Camp Motel untuk bertemu dengan Rangga, karena ia meminta kami datang. Perjalanan yang cukup mencekam untuk pergi ke Camp Motel tersebut. awalnya Camp Motel terlihat sangat wajar, dari segi bangunan dan suasananya, tidak ada yang bermasalah. Apalagi pemandangan sekitar motel yang dilihat dari tempat parkir sangat Indah. Tapi dibalik itu semua, penghuni dari Camp Motel tersebut ku yakin bukan manusia. Mungkin hantu atau sejenisnya, yang membuatku sangat takut. Bus yang aku naiki kemarin malam pun berada disana, bersama dengan penumpang dan supirnya yang berperilaku aneh. Namun ketika aku ingin menanyakan sesuatu ke supir tersebut, namun ia mencengkramku dan wajahnya berubah menjadi menyeramkan. Dan ketika aku berteriak, semua penumpang yang sedang berjalan entah kemana, berbalik dan menuju ke arahku, dan juga memasang wajah yang menyeramkan. Sebisa mungkin, aku pergi meninggalkan mereka semua dan aku berhasil. Aku masuk ke dalam Motel dan pergi ke ruangan Rangga untuk menceritakan apa yang terjadi padaku. Tapi, hal seperti yang aku lakukan juga terjadi pada Ario, yang mana Rangga berubah menjadi sosok yang menyeramkan. Saat kami ingin keluar dari motel, kondisi bangunan motel berubah total, tidak seperti saat pertama kami memasuki motel itu. Tapi pada akhirnya, aku dan Ario dapat melarikan diri dari Motel berhantu itu. Kami pun pulang dengan selamat, berisitirahat sebentar, rapih-rapih dan menuliksan diary ini.
Tapi, dibalik semua kejadian ini, masih terdapat pertanyaan besar yang sampai saat ini masih belum dapat terjawab. Sementara ini aku hanya berasumsi dan berasumsi yang aku sendiri belum yakin apakah asumsiku benar atau salah.
1. Waktu yang tidak relevan dengan apa yang aku hadapi. Asumsiku karena jam tanganku yang rusak.
2. Tubuhku yang lusuh seolah aku seperti orang yang belum mandi. Aku mengetahui hal ini ketika aku bercermin di kantor.
3. Seorang pelayan yang terus melihat ke arah aku dan Ario disaat sedang menyantap makanan. Sebenarnya karena inilah kenapa aku berdiri sehingga membuat pelayan itu datang kepada kami. Tapi menurut Ario, orang itu melihat ke wanita diluar.
4. Pelayan yang memisahkan tempat makan yang aku makan, dengan yang Ario makan. Memang Ario makan dan minumnya tidak habis, tapi itu kan sudah jadi sisa seharusnya tidak perlu perapihannya dipisahkan. Baru kali ini selama aku pergi ke kafe tersebut bersama Ario melihat pelayan seperti itu.
5. Polisi yang berada di tengah kemacetan, ketakutan setelah mendengar jawabanku atas apa yang ia tanyakan.
6. Pembicaraan aneh dengan Ibu Grace, yang menganggapku sebagai orang yang metalnya sedang bermasalah. Bahasa kasarnya dia bilang aku gila.
7. Hubungan antara motel dan hantunya berserta dengan Rangga yang berubah sosoknya menjadi menyeramkan dengan aku dan Ario.
8. Ponsel yang aku temukan di Motel yang mirip persis seperti yang dimiliki Ario.
9. Cipratan Air yang membekas pada cermin di kamar mandi.
Ke delapan poin tersebut masih menjadi pertanyaanku hingga saat ini. Semoga ke kesembilan poin yang aku ringkas ini mendapatkan titik temunya.
Aku langsung mengesave diary ku tersebut yang kusimpan di desktop. Lalu aku teringat akan ponsel yang ku temukan. Aku langsung bergegas kembali ke meja yang berada di sebelah lemari menaruh laptop, kemudian mengecek ke kolongnya terdapat ember yang tertutup untuk menaruh pakaian kotor. Aku langsung merogoh tiap kantong di celana tersebut, dan aku temukan ponselnya. Aku langsung menyalakan ponsel itu, dan membuatku sangat terkejut. Saat ponsel itu dalam keadaan aktif, yang kulihat dari home screen di ponsel ku itu adalah fotoku bersama dengan Ario.
“Mengapa bisa kutemukan di area motel? Apakah Ario sebelumnya sudah pernah ke Camp Motel tersebut, kemudian mengulangi kasus lama lagi?”, Pikirku negative.
“Mungkin hapenya terlempar dari jalanan dimana ia jatuh dari motornya, walaupun itu terlihat sengat kecil peluangnya, tapi kemungkinan masih tetap ada”, pikirku Positif.
Ario keluar dari kamar mandi dan langsung menuju ke lemari untuk berpakaian. Sambil siap-siap diri berpakaian sebelum tidur, ia menanyakan kepadaku “Apa yang kau lakukan disitu Ocky? Melihat pakaian-pakaian kotor, apakah kau akan mencucinya? Hahaha”.
“Iio, aku menemukan ponselku saat kita pergi ke Motel. Lihat ini”, kataku sambil menunjukkan home screen hapenya kepadanya.
“Astaga, bagaimana bisa?”, kata Ario.
“Seharusnya aku yang bertanya demikian, kenapa bisa? Jawab dengan jujur pertanyaaku iio Apa kau menyelingkuhi aku lagi dengan membawa seseorang di Motel. Atau, kau berselingkuh dengan Rangga, itulah alasan kenapa Rangga menginginkan aku pergi dan memintamu untuk tetap bersamanya.”, tanyaku.
Ario pun ikut jongkok di depanku, lalu memegang kedua pundakku. “Ocky sayang. Kamu percaya sama aku kan? Tatap mataku, apakah mataku ini mengatakan sebuah kebohongan? Aku sangat menyayangimu, sangat mencitaimu sayang. Tak ada satu priapun yang dapat menggantikan posisimu. Aku telah berubah Ocky, tolong jangan kau berfikir seperti aku yang dulu. Aku menyadari bahwa kaulah pria sejati yang sangat mencintaiku. Aku tidak tahu kenapa ponselku berada di sekitar Motel itu, aku pernah sekali kesana bersama keempat sahabatku saja, dan aku sama sekali tidak memiliki hubungan khusus apapun dengan Rangga selain sahabat. Kau tahu Rangga tadi berubah menjadi sosok yang menyeramkan. Aku yakin itu bukan dia, tapi hantu lain yang menyerupainya untuk memperangkap kita. Percayalah paaku, Ocky! Pria satu-satunya di hidupku”, Ario menjelaskan.
“Tak ada kebohongan yang terlihat dari matamu Iio. Maafkan aku yang meragukanmu, aku hanya takut kau menjadi seseorang yang seperti dulu lagi. Dan aku harus sakit lagi, dan kau meninggalkan aku untuk orang lain”, ungkapku sambil memeluk Ario yang masih menggunakan handuk di pinggangnya.
“jangan menangis Ocky. Kau memang pantas menilaiku seperti itu, aku memang pantas memohon kepadamu untuk percaya kepadaku atas apa yang telah kulakukan kepadamu Ocky. Sekarang berdirilah, kau terlalu lelah dan trauma atas apa yang kau temukan hari ini. malam ini, aku akan menjadi selimutmu, aku akan memelukmu sepanjang malam selama kau tidur. Aku ingin memastikan kau aman, Ocky”, kata Ario membuat aku berdiri.
Aku berdiri juga Ario, lalu melepas pelukannya. Ia langsung bergegas untuk berpakaian. Namun saat ia sedang menggunakan piyamanya aku mendorong Ario hingga terbentur pintu lemari yang sudah ia tutup, lalu membalikkan dirinya. Kami pun berhadapan. Pikiranku dipenuhi oleh dirinya. Aku tidak bisa mengendalikan diri ini menjadi diriku yang sebenarnya. Aku semakin dekat menatapnya hingga hidung kami bersentuhan. Aku memejamkan mata, dan memajukan bibirku menuju bibirnya. Aku mulai mencium bibir atasnya, dan ia memberikan respon dengan mengecup bibir bawahku. Tanganku melingkari lehernya, aku mengelus-elus rambut belakangnya dengan kasar sambil menciumnya lagi dan lagi, dan ia terus memberikan respon. Tangannya melingkar di pinggangku dan mendekatkan dadaku ke dadanya. Ia menyentuh punggungku, tangannya masuk ke dalam piyamaku dan mengelus-elus punggungku dengan lembut sambil mencium bibirku tanpa henti.
Tangan Ario kemudian masuk ke dalam celanaku, lalu celana dalamku dan menyentuh bokongku. Aku langsung membuka piyama yang ia pakai yang belum sempat ia kancing, dan membuangnya entah ke mana. Ario begerak maju, dan aku bergerak mundur, dan terus mundur hingga aku terjatuh diatas tempat tidur. Kami masih dalam posisi berciuman mesra, aku tidak dapat menahan semua rasa Indah yang bercampur dengan nafsu ini. kenikmatan akan mesra dan hebatnya Ario dalam berciuman membuatku lupa.dia yang berada diatasku dengan tangan yang mengganjal leherku kemudian melepaskan kancing demi kancing piyamaku sambil menciumku, lalu mengangkatku untuk membukakan piyama yang aku pakai hingga membuatku dalam keadaan shirtless. Ia mulai memberikan lidahnya ke mulutku, dan aku melakukan hal yang sama. Sekitar dua menit, kemudian mencium leherku, kemudian turun ke dadaku, ia menghisap salah satu putingku, dan jarinya memainkan putingku yang satulagi. Aku tak dapat menggambarkan betapa nikmatnya diperlakukan seperti ini. aku hanya dapat memejamkan mata, sambil menikmati semua ini.
Ario membuka celana bahan yang baru saja ia kenakan. Dan ia pun juga membukakan celana piyamaku hingga kami berdua hanya menggunakan celana dalam saja. Ario mencium dan menjilat semua yang ada di dadaku, lalu mengigit-gigit kemaluanku yang sedang tegang dibalik celana dalam. Ia kembali mencium bibirku, dan aku memberikannya respon. Ia membangunkanku dengan menggendongku dan menjatuhkanku kembali ke tempat tidur, dengan memposisikanku agar nyaman saat berbaring. Ia berada diatasku, kita kembali berciuman. Ario kemudia menarik selimutnya menutupi bagian kaki hingga pinggang kami. Ciuman bibir masih terus terjadi diantara kita.
“Ocky, apakah kau mengizinkanku untuk menyentumu malam ini?”, tanya Ario.
“Aku sedikit gugup Iio. Ini merupakan pertama kalinya untukku”, ungkapku.
“Percayakan kepadaku, Ocky. Aku menyentuhmu dengan lembut, I will be gentle for you tonight, honey”, jawab Ario yang kemudian menindihku dan mencium bibirku.
“Aku percaya padamu Iio, sentuhlah tubuhku jika itu yang kau mau”, jawabku.
Ario masih terus menciumku, dan aku terus memberikannya respon. Kemudian ia menjatuhkan dirinya dan memiringkan badanku dan kami pun berciuman mesra. Kemudian Ario mencium pipiku dan keningku, lalu memelukku dengan sangat erat hingga sedikit sulit untukku bernafas, begitupun dengan aku yang ikut memeluknya. nafasnya terengah-engah.
“Ocky, walaupun kau mengizinkanku tapi aku tak akan menyentuhmu. Karena kita belum menikah. Aku akan menahan semua nafsuku. Aku dapat memeluk dan menciummu ku rasa itu sudah cukup”, kata Ario
“Tapi aku ingin kau melakukannya, Iio?”, jawab aku memaksanya.
“Ocky, control dirimu. maafkan aku yang terlalu meninggikan nafsu tadi. Jika kau merasa nafsumu belum usai, sebaiknya kita pergi ke kamar mandi saja, aku akan membantumu. Aku tidak ingin menyentuhmu terkecuali jika kau mau menikah denganku.
Ario menarik selimut kembali setinggi dadaku. Ia terus memelukku dengan erat. Kepalaku yang berada tepat didepan dadanya yang bidang, sangat nyaman untukku. Aku mencium dan menghisap salah satu putingnya, dan memainkan puting satunya lagi dengan jariku. Lalu selesai dan kembali memeluknya. Dan kami pun tertidur dalam keadaan saling memeluk.
Aku terbangun dari tidurku dalam posisi yang sudah telentang, namun Ario masih tertidur pulas, memiringkan badannya dan memelukku. Kamarku terlihat sangat gelap sekali. Yang aku tahu, sebelum kami tertidur, kami tidak mematikan lampu. Perlahan aku memindahkan tangan Ario yang berada di dadaku, lalu aku beranjak dari tempat tidur untuk mengambil minum di dapur. Aku pergi ke meja di sebelah Ario dan mengambil ponsel untuk menyinari aku selama perjalanan ke dapur. Aku berjalan menyusuri pintu dan membukanya, lalu aku keluar. Suasana di luar kamarku juga gelap. Aku berjalan ke arah tangga dan menuruni anak tangga tersebut hingga aku berada di lantai dasar. Lalu aku langsung menuju dapur. Semua perjalanan yang aku lalui dalam rumah ini dalam keadaan gelap, yang hanya disinari oleh cahaya dari Ponsel. “Ternyata sedang ada pemadaman”, ungkapku.
Sesampainya di dapur, aku langsung menuju kulkas. Sebelum membuka pintu kulkas tersebut, aku mencopot tempelan kulkas tersebut dan memandang fotoku dan foto Ario yang terpampang pada lingkaran huruf R dan O. aku mengelus-elus benda itu dan menciumnya lalu memasangkannya lagi di pintu kulkas. Aku membuka kulkas tersebut dan mengambil sebotol air, lalu aku menenggaknya.
“Pemadaman ini rasanya belum lama, karena Airnya masih dingin”, ungkapku.
Aku keluar dari dapur dan pergi menuju ke kamar kembali untuk tidur. Tiba-tiba, terdengar suara tangisan dari satu ruangan. Aku menuju sumber suara tersebut yang ternyata berada di ruang tidurku yang lainnya. Aku menguping dari pintu, terdengar suara tangisan wanita. Namun wanita tersebut sepertinya lebih dari satu. Dan seorang pria menyebut-nyebut nama “Ocky” dengan suara yang lirih, kemudian ada suara pria lain yang sedang berbincang dengan pria bersuara lirih lainnya yang aku tidak dapat memahami percakapan mereka. Aku sangat penasaran ingin melihat apa yang terjadi dalam ruangan itu. Aku mencoba membuka pintu ruangan itu dengan harapan pintunya tidak terkunci. Dan aku berhasil membukanya. Aku membuka pintu dengan sangat pelan sehingga suara engsel pintunya tidak terdengar. Aku mengintip apa yang ada di dalamnya.
“Haaahhhhhhhh ….”, teriakku dalam hati dengan wajah yang sangat terkejut sambil menutup mulutku yang terngaga dengan tangan.
Aku melihat pria bersuara lirih adalah pria tua yang sedang terbaring diatas tempat tidurnya. Dan yang paling membuat aku lebih terkejut, aku melihat duplikasiku berada disana yang mana dipanggil “Ocky” juga, berdiri disebelah kiri pria lirih yang terbaring itu. Disebelah duplikasi aku, ada wanita muda berambut panjang lurus berwarna hitam berkilau. Dan di sebelah kanan pria lirih yang terbarinng itu terduduk wanita tua yang sedang membelai kepala suaminya. Aku membalikkan badanku, menyenderkan badanku ke tembok disebelah pintu, lalu menampar wajahku untuk membuktikan apakah ini mimpi atau kenyataan. Dan tidak ada reaksi apapun, tamparanku di wajah terasa sakit. Aku berasumsi bahwa aku tidak mimpi. Aku memejamkan mata dan mengintip kembali di ruangan itu.
Kenyataan ini membuat aku bingung. Aku sangat amat terkejut melihat apa yang terjadi di ruangan itu, apalagi melihat diriku sendiri berperan disana, sedangkan sebenarnya aku mengintip disini. Siapakah mereka semua aku tidak mengenalnya, yang jelas pasti mereka bukan manusia menurutku. Entah hantu atau halusinasiku belaka. Aku mencoba membuktikan dengan melakukan rekaman menggunakan kamera ponselku. Aku mulai menyiapkan fitur video di ponselku dan memposisikannya ke arah mereka.
“Oh, tidaaak…”, teriakku dengan suara yang sangat pelan panik.
Aku mengatur fitur video ini dengan mode malam, dimana terdapat cahaya yang menyenter mereka.
“Ahh bodoh, aku salah setting”, ujarku dengan suara berbisik sambil mengatur ponsel.
Aku mengatur kembali fitur video ini dengan mode infrared kemudian merekam aktivitas yang mereka lakukan kembali.
Aktivitas dalam ruangan 1
Seorang wanita tua yang terduduk kemudian terbangun dan membuka gorden melihat keadaan diluar. Terdapat cahaya terang diluar, kemudian menutup gorden itu kembali dan duduk disebelah kanan pria yang terbaring itu. Ia masih membelai kepala pria tua itu, dan bebicara kepada pria tua itu. Seorang wanita muda yang sedang berdiri, kemudia ia duduk disebelah pria tua terbaring itu, lalu seorang pria duplikasiku tiba-tiba jongkok dan memegang tangan pria tua itu dan mencium tangannya. Lalu ia berdiri lagi, dan duduk di sebelah kanan paha pria tua itu. Mereka bertiga terlihat membicarakan sesuatu.
Dikarenakan aku terlalu focus mengambil video ke ruangan itu, tiba-tiba pintu terbuka lebar. Suara engsel pintu terdengar keras dan terdobrak ke tembok pintu itu. Dengan secepat kilat, aku langsung membalikkan diriku dan menyenderkan punggungku dibalik tembok dan aku langsung menyetop aktivitas video yang aku lakukan, lalu mengesavenya. Aku berharap semua orang di ruangan itu tidak tahu apa yang aku lakukan. Aku ingin pergi langsung ke kamar, namun harus melewati ruangan yang sudah terbuka itu. Aku berharap, orang-orang dalam ruangan itu langsung menutup pintu dan aku bisa kembali ke kamarku. Setidaknya video ini membuktikan bahwa adanya hantu di rumah ini, bahwa aku tidak berhalusinasi.
Nafasku terengah-engah, jantungku berdetak sangat amat cepat, darahku seakan semua naik ke kepala, kakiku gemetaran menunggu kapan pintu ruangan itu ditutup. Tidak mungkin jika aku harus menutup pintu. Bermenit-menit sudah, namun tidak ada yang menutup pintu itu, tiba-tiba ponselku berdering sangat kencang karena ada panggilan masuk.
“Bodooh, siapa yang menelpon malam-malam seperti ini?”, ujarku kembali dengan suara berbisik. Aku langsung mereject panggilan tersebut dan mengaktifkan mode pesawat.
Jantungku berdetak semakin kencang hingga membuat seluruh tubuhku gemetar. Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari kembali ke dapur secepat yang aku bisa. Aku mengintip ruangan itu dari dapur dengan penuh harapan hantu tersebut tidak datang ke dapur. Dengan tangan yang gemetar, aku mem-videokan kembali kondisi ruangan tersebut. seorang wanita tua keluar dari ruangan dan menutup pintunya. Ia pergi ke arah yang berlawanan.
“Syukurlah ia tidak kemari”, Ujarku dalam hati.
aku masih terus memvideokan kondisi ruangan tersebut. Sambil videokan, aku mendekati ruangan tersebut hingga aku sampai kembali di posisi sebelumnya, yaitu tepat di depan pintu. aku membuka pintu ruangan kembali dengan sangat amat pelan sehingga engsel pintu pun tidak berbunyi. Karena aku merasa kurang nyaman, perlahan ku buka pintu lebih lebar hingga kepalaku masuk ke dalam ruangan tersebut. Aku videokan kembali apa yang terjadi dalam ruangan itu.
Aktivitas dalam ruangan 2
Ketiga orang dalam ruangan itu terlihat sedang memperbincangkan sesuatu. Tiba-tiba pria tua tersebut menunjuk kearahku dan berteriak dengan suara yang sangat serak namun kasihan, menyebut-nyebut namaku berulang kali. “Ocky, Ocky, Ocky”.
Sepertinya aku terlihat, aku langsung menarik tubuhku dan kamera hingga di depan pintu. nafasku terengah-engah. Karena tidak ada respon di pintu, aku kembali memvideokan ada yang terjadi dalam ruangan itu. Kali ini lebih hati-hati, hanya tangan dan ponselku saja yang masuk ke dalam ruangan, dan aku melihat dari layar ponsel.
Aktivitas dalam ruangan 3
Pria tua yang berbaring itu masih menunjuk-nunjuk ke arah pintu tempat aku merekam, namun pria duplikasi diriku dan wanita tersebut tidak menghiraukannya. Dua orang itu justru mencoba berbicara kepada pria itu, menurutku meyakinkan pria tua itu bahwa di pintu tidak ada apapun. Namun pria tua itu masih menunjuk ke arah pintu. pria duplikasi diriku itu menurunkan tangan pria tua itu dan berbicara kepada pria itu. Dia berkata sesuatu dengan menunjuk tangannya ke dada. Begitupun untuk wanita itu, ia berulang kali berbicara kepada pria tua yang berbaring itu dan menunjuk-nunjuk duplikasi diriku itu.
Karena kejadiannya sama seperti ini, kurasa cukup untuk aku memvideokan. Aku menarik tangan dan ponselku, lalu aku save video tersebut. aku langsung berbalik untuk kembali ke kamarku. Namun saat aku berbalik, ada sesuatu yang mengejutkanku.
“Aaaaahhhhhh … Hantuuuu”, teriakku sambil berlari menuju kamarku.
Saat aku berbalik, aku berpapasan persis dengan wanita tua yang tadi keluar dari kamar tersebut. Wajah wanita itu tepat berada di depan wajahku. Kulitnya yang putih pucat dengan tatapan hampa membuatku takut. Aku berlari menuju kamarku dalam keadaan gelap gulita, karena senter dalam ponselku tidak aku nyalakan. Aku sangat panik dan ketakutan.
Well done. maaf sebelumnya agan-agan, karena dalam episod kali ini agak sedikit porno di awal. dan maap juga ceritanya jadi diperumit. tiba-tiba muncul imajinasi yang diluar konsep sebelumnya, jadi langsung tuangin deh ke word. dalam episod ini, Rico yang kebingungan antara dunia nyatanya dengan dunia lain yang dianggap sebagai alam hantu. ia mencoba mencari tahu alam hantu itu dengan berbagai teknik. ia juga meyakinkan diri bahwa dirinya sedang tidak dalam keadaan mimpi. silahkan disimak.
oh iya, karena ane sibuk kerja weekday, jadi kemungkinan bisa post update-an ceritanya di weekend aja.
invitation for :
@adamy @Tsunami @sinjai @kristal_air @haha5 @lulu_75 @elul @hananta @balaka @3ll0 @d_cetya @polos @cute_inuyasha @Aji_DrV
apakah...???
Hehehe ... makasih gan dah baca. Cepet juga ya ente. Yap, nanti ane mention lg lanjutannya.
Halo sinjai. Makasih review dan komen yg membangunnya. Iyaa ya, ane harusnya kasih tahu diarynya di belakang aja. Tadi siang soalnya ane bikin konsep kedepanny ada hubungan tentang diarynya, baru kepikir pas ente komen,bakal lebih seru kalo diceritain di belakang. Wuiihh,mantep lu gan. Ganteng banget dah. Haha. Tetap spt ini ya gan.
Makasih udah baca ya gan. Tetep melipir dimari yak gan.
Halo Hato. Makasih reviewnya. Maap kalo cerita ane ini ga menginspirasi. Untuk endingnya tinggal lihat nanto happy ato engga hehe. Cerita ini ane buat berdasarkan imajinasi ane yg terinspirasi juga dari banyak sumber.
Makasih reviewnya. Hmmm... gk dijelasin pnyebabny sih. Blm kepikir juga. Tp nnti cb ane pikirin lg. Mkasih komenny gan.
Hehhe ... tetep mampir dimari yak gan.