BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

The Perfect Promises

18911131423

Comments

  • makin bingung.... cerita ini misterinya agak horor @-)
  • elul wrote: »
    makin bingung.... cerita ini misterinya agak horor @-)

    Makasih reviewnya. Hehe. Begitulah gan, misteri horror kacangan. Haha
  • Aku mau di mention ya kak!
  • Lee_4ndy wrote: »
    Aku mau di mention ya kak!

    Oke dik. Nanti ane mention ente juga :) makasih dah melipir dimari.
  • Hebat kau TS bikin byk pembaca tambah bingung n penasaran sama ceritamu ini.

    Moga diupdate berikutnya ada titik terang.
  • ********


    “Wahai Sang Penguasa, terima kasih telah mengembalikanku ke dalam rumaku yang sebenarnya”, Ujarku dalam hati dengan rasa penuh syukur.

    Aku langsung berdiri tegak dan pergi ke kamarku kembali. Aku berjalan menyusuri ruang tamu, kemudian aku melihat ke arah jam dinding yang terpasang, menunjukkan waktu pukul 02.00. kemudian aku pergi menuju tangga. saat aku sedang berada di beberapa anak tangga untuk naik ke lantai dua, aku mendengar suara bell pintu.

    “Ting-tong. Ting-tong. Ting-tong …”, Bell pintu berbunyi sangat gaduh.

    Aku terhenti sejenak. Aku terus mendengarkan bunyi bell pintu tersebut. sebenarnya, aku sangat ingin membukanya tapi aku takut. Aku coba menghiraukan bunyi bell pintu tersebut dengan kembali mengambil beberapa anak tangga untuk naik dan kembali ke kamarku. Tapi suara gaduh dari bunyi bell pintu tersebut tak kunjung berhenti. Bahkan temponya sangat amat cepat. Aku kembali terhenti dan berfikir apakah aku harus membuka pintu tersebut atau tidak. Dengan segala keraguan dalam hatiku, terpaksa aku berbalik menuruni tangga dan pergi ke ruang tamu untuk membuka pintu tersebut. Karena penuh dengan keraguan dan rasa takut, aku mengintip dari lubang kecil di pintu untuk mengetahui siapa gerangan yang mampir ke rumahku ini dini hari seperti ini. ternyata ada dua orang tamu, mereka adalah Edwin dan Michael. Aku langsung membukakan pintunya kepada mereka dan mempersilahkan mereka untuk masuk. Aku menyuruhnya untuk duduk, lalu aku pergi ke dapur untuk membuatkan minuman hangat untuk mereka.

    Aku kembali ke ruang tamu dengan membawakan coklat panas yang aku buat di dapur untuk mereka berdua. Aku pun memberikan minuman tersebut ke mereka dan meminta mereka untuk meminumnya. Kemudian aku duduk dan berbincang-bincang dengan mereka.

    “Maaf Rico, kami mengganggu mu malam-malam begini. Kami sangat minta maaf telah menggagumu”, kata Edwin.

    “Tidak apa. Kebetulan aku tadi habis dari dapur. Dan aku mendapatkan hal-hal aneh malam ini di rumahku sendiri. Aku sangat bingung”, jawabku.

    “Hal aneh seperti apa, Rico?”, tanya Michael.

    “Jika aku ceritakan, mungkin kalian tidak akan percaya. Aku masuk ke dunia lain yang pintu tembusnya ada di rumah ini. ada beberapa orang yang tidak aku kenal, namun didalamnya aku melihat diriku sendiri sedang berperan juga. Aku juga melihat Ario. Entah apa yang mereka inginkan dariku, mereka seolah menceritakan suatu kejadian kepadaku. mungkin tentang misteri rumah ini dulunya seperti apa, aku tidak tahu”, jawabku.

    “Dirimu ikut berperan dalam kejadian itu? Hmm … “, jawab Edwin berfikir.

    “iya, diriku berperan dalam umurku yang sekarang, berdiri di depan orang tua yang berbaring dan berbicara dengannya, padahal aku tidak mengenalnya. Dan berperan dalam umurku yang lebih muda, sedang bercermin disebuah ruangan”, aku menambahkan jawabanku.

    “Kenapa Edwin, kau terlihat memikirkan sesuatu?”, tanya Michael.

    “Aku tidak yakin. Semua cerita itu mungkin adalah sebuah peringatan untukmu. Boleh kau ceritakan detailnya agar aku coba artikan maksud dari cerita itu?”, tanya Edwin.

    “Aku punya videonya di handphone untuk cerita detailnya, namun hapeku sedang low battery jadi tidak bisa kalian melihatnya. Namun satu hal yang tidak aku videokan kejadian itu, yaitu disaat aku melihat seseorang yang lebih tua dan dewasa dari Ario, namun mirip dengan Ario. kemudian ada seorang anak yang memukul-mukul aku dari samping lalu anak itu menyodorkan kedua tangannya seolah minta digendong. Tak sengaja karena aku kaget, piala disebelah meja dekatku langsung jatuh. Tak lama ada wanita dengan bayinya mengajak anak itu pergi. Dan aku kembali melihat ke pria yang mirip Ario itu, lalu datang untuk memperbaiki piala yang terjatuh. Dan pria tua itu merubah wajahnya menjadi Ario, namun saat aku memeluknya, ia hilang. Tak lama cahaya datang mendekat dan aku hanya bisa pasrah dan semua kembali ke seperti semula, aku yang terduduk di ruangan TV. Aku seolah seperti sedang berhalusinasi”, aku menjelaskan.

    “Kau sempat memvideokannya, Rico?”, tanya Michael dengan kaget.

    “hmmm… apa hubungannya antara orang-orang yang tidak kau kenal dengan Ario dan kau. Aku perlu melihat videomu. Tapi yang jelas, akan ada permasalahan dengan dirimu sendiri, Rico. Kau sebaiknya berhati-hati saja”, jawab Edwin.

    “Sebentar Win, menanggapi cerita dari Rico, sore ini aku merasakan hal yang aneh tentang Ojan. Sore harinya sekitar pukul 17.00, ia datang ke kost-anku dan bercerita bahwa ia ditemui oleh seorang pria berjubah hitam tanpa wajah yang jelas. Ia pun ketakutan akhirnya masuk ke dalam rumahnya, mengunci kamarnya. Dan ternyata, pria berjubah itu ada di dalam kamarnya, dan berjalan mendekatinya kembali. Ia kemudian keluar dari kamarnya, dan pergi ke tempat-tempat lain yang masih tetap mengikutinya. Dan berakhir di kost-anku. Saat ia cerita, wajahnya sangat ketakutan, karena di kost-anku itu ada pria berjubah itu. Tapi aku tidak melihatnya sama sekali. Ia bertindak sangat aneh, berteriak-teriak di kost-anku. Lalu aku menenangkannya dengan memeluknya lalu menyuruhnya ia untuk duduk. Lalu aku memberikannya teh manis hangat agar ia tenang. Ia tenang sesaat, kemudian panik lagi. Ia mencengkram pergelangan tanganku dengan sangat erat, bersembunyi dibelakang punggungku dengan tangisan ketakutan kemudian ia berteriak kembali karena dia bilang bahwa pergelangan tangan satunya dipegang oleh pria berjubah itu. Dan tak lama cengkraman tangan Ojan di pergelangan tanganku semakin longgar dan ia langsung menghilang. Dan ternyata aku sendirian. semua kejadian itu sangat nyata, sulit jika dibilang aku berhalusinasi, tapi aku berfikir bahwa itulah kenyataannya. Aku berusaha menghubungi Ojan dengan ponsel, chat, email bahkan ke rumahnya, namun tidak ku temukan Ojan”, Michael menjelaskan.

    “Kenapa kau baru cerita sekarang, Michael?”, tanya Edwin.

    “Iya, tadi aku sudah bilang kalo ada hal yang ingin ku ceritakan, namun karena dirimu memotong pembicaraanku, makanya aku lupa ingin cerita apa”, jawab Michael.

    “Tapi yang aku alami berada di dunia yang lain. Aku tidak berhalusinasi, karena aku bisa memvideokan semuanya”, jawabku.

    “Kemana yaah perginya si Ojan? Besok kita cari dia. Oh iya, apa ada yang tahu kemana perginya si Rangga?”, tanya Edwin.

    “Malam ini aku dan Ario bertemu dengan Rangga yang berada di Camp Motel”, jawabku.

    “Camp Motel?”, tanya Michael dan Edwin dengan kaget secara berbarengan.

    “Rangga berada disana, memintaku pergi dan akan mengajak Ario bersamanya. Tubuhnya yang dingin dan pucat, wajahnya yang menyeramkan dengan mata tanpa pupil membuat kami takut. Aku tidak mengerti apakah itu Rangga atau hantu yang menyerupai Rangga. Dan dalam sekejap Camp Motel berubah menjadi suasana yang kacau, seolah habis diterpa angina tornado bagian lobby-nya”, aku menjelaskan.

    “Baiklah, kalau begitu fokus kita besok mencari Rangga dan Ojan. Karena sudah pagi dini hari seperti ini, kita semua harus istirahat”, jawab Edwin.

    Tiba-tiba Michael terbangun dari duduk dan berjalan menuju suatu sudut dalam ruangan itu. Aku dan Edwin hanya diam terduduk melihat kelakuan aneh Michael tersebut dengan wajah yang penuh tanya. Ia mengulurkan tangannya ke udara lalu menoleh ke kiri, kanan dan berbalik ke arah kami yang sedang terduduk.

    “Apa kau melihatnya?”, Tanya Michael.

    “Kami hanya melihatmu yang berkelakuan aneh. Tiba-tiba duduk,berjalan ke sudut ruangan dan menyodorkan tanganmu ke udara seolah kau ingin menyentuh sesuatu”, jawab Edwin.

    “Bukan aku. Seorang pria berjubah tanpa wajah, apa kalian melihatnya? Aku menghampirinya dan ingin menyentuhnya. Aku ingin berbicara dengannya namun dia hilang sesaat”, kata Michael.

    “Tak ada apapun disana Michael. Kau hanya lelah, berfikir terlalu keras terhadap Ojan yang hilang sehingga kau berhalusinasi. Sebaiknya kita istirahat dulu”, kata Edwin.

    Edwin dan Michael meninggalkan minumannya yang masih tersisa, aku pun langsung mengantar mereka ke ruangan di lantai dua, tepat disebelah kamarku dan Ario. Kami menaiki anak tangga menuju lantai dua, aku di posisi paling depan yang kemudian diikuti oleh Edwin dan Michael. Tiba-tiba, Michael berlari keatas mendahului Edwin dan aku. Lalu berhenti di lantai tengah, mungkin disebut sebagai lantai satu setengah. Ia mengulurkan tangan kanannya ke udara seperti menyentuh sebuah tembok di depannya.

    “Apa yang kau lakukan bodoh?”, tanya Edwin.

    “Kalian benar-benar tidak melihatnya? Ada seorang berjubah hitam di depan kalian persis, apa kalian buta?”, tanya Michael.

    “Tidak ada siapapun kecuali dirimu yang berdiri disitu, Michael”, jawabku.

    Kami berjalan terus hingga sampai ke lantai dua, Edwin merangkul Michael yang wajahnya sangat kebingungan.

    “Sudahlah kawan, kau hanya berhalusinasi saja. Istirahatkan dirimu!”, kata Edwin.

    “Aku tidak berhalusinasi Win, ini kedua kalinya di rumah ini aku ditemui oleh pria berjubah hitam tersebut. Aku pikir, mungkin apa yang telah terjadi malam ini denganku dan Ojan bukanlah halusinasi. Saat itu aku berada di posisi kalian yang mana tidak ada yang melihat pria berjubah itu. Dan sekarang aku berada di posisi Ojan”, jawab Michael.

    Sesampainya kami di lantai dua, kami langsung menuju kamar yang tersedia untuk Michael dan Edwin beristirahat. Aku pun membuka pintunya.

    “Aaaaahhh …!!!!!”, Teriak Michael karena terkejut.

    “Ada apa bodoh? Apa kau minta dihajar? Mengagetkan saja”, kata Edwin.

    “Maaf, aku kaget. Ku rasa, pria berjubah ini bukan manusia. Ia berada dimanapun mengikuti aku. Mulai dari lantai 1, di lantai satu setengah, dan sekarang ada di dalam kamar itu”, jawab Michael.

    “Cukup Michael. Hentikan candaanmu, ini tidak lucu. Tak ada apapun di dalam sini”, kataku.

    Michael pun langsung masuk ke dalam ruangan tidurnya, lalu mengulurkan tangannya ke udara. Ruangan itu gelap, namun masih bisa terlihat keadaannya seperti apa. Ia masih mengulurkan tangannya ke udara seolah ingin menggapai sesuatu. Aku langsung menyalakan lampu ruangan itu untuk melihat apa yang gapai dan kosong, tak ada apapun.

    “Hilang lagi”, kata Michael dengan suara ketus.

    “Hey pria berjubah, apa yang kau inginkan dariku? Bedebah, tunjukkan wujudmu aku tidak takut. Katakan apa yang kau minta dariku?”, kata Michael sambil berteriak-teriak.

    Dengan cepat Edwin datang sambil mengepalkan tangannya untuk memukulnya, namun aku langsung menahannya agar tidak terjadi pertengkaran.

    “Michael bisa kau tutup mulutmu! Bisa kau tetap tenang? Bisakah kau tidur dan hentikan semua peran gilamu ini? tak ada apapun disini, bodoh! Jika tidak bisa, aku yang akan menghentikan semua kegilaan yang ada pada dirimu, dan kau bisa tertidur”, kata Edwin dengan suara lantang dan wajah penuh amarah sambil menunjuk-nunjuk ke Michael.

    “Sudah-sudah Edwin. Sebaiknya kau keluar dulu dari ruangan ini, biar aku yang bicara dengan Michael. Semua ini harus diselesaikan dengan kepala dingin. Pergilah ke Teras, agar kau bisa mendapatkan udara alam dan mendinginkan suasana dirimu”, aku menengahkan.

    Dengan perasaan yang sangat kesal, Edwin langsung keluar ruangan dan pergi ke teras tanpa sepatah katapun. Aku langsung menyuruh Michael untuk berbaring diatas tempat tidur yang tersedia. Namun ia hanya terduduk diatas tempat duduk, lalu menghadap ke aku yang sedang berdiri di depannya.

    “Apa yang kau lihat dariku, Michael?”, tanyaku.

    “Tidak apa, aku hanya menatapmu sementara saja”, jawab Michael.

    ia masih terduduk menghadapku. Aku memintanya untuk berbaring namun ia tidak mau. Tapi tiba-tiba Michael langsung berbalik dariku dan memukul-mukul tempat tidur tersebut.

    “Mati kau, bedebah. Pria berjubah tunjukkan wujudmu kepada teman-temanku?”, kata Michael dengan kesal.

    “Berhenti Michael, itu hanya kasur”, kata aku sambil memeganginya.

    Michael langsung berdiri dari duduknya diatas tempat tidur tersebut, lalu marah dengan sendirinya atas apa yang ia telah lakukan.

    “Oh tidaaaakkk… aku sama sekali tidak bergurau, aku benar-benar melihat pria berjubah hitam itu di atas kasur tadi. Dan tak seorangpun percaya kepadaku. karena kau tidak melihatnya Rico”, kata Michael dengan sangat amat kesal.

    Tiba-tiba, Michael yang sedang emosi tersebut berubah menjadi sosok Michael yang diam selama sekitar satu menit lamanya.

    “Ada apa denganmu Michael? Apakah sudah selesai marah-marahnya?”, tanya aku.

    “Rico. Kau harus percaya denganku. Aku tidak tahu siapa pria berjubah hitam ini. namun sekarang ia berada di sebelah kiriku, mencengkram pergelangan tanganku. Aku tidak mengerti ia akan membawaku kemana nantinya. Aku melihat tanganku yang perlahan berubah menjadi serpihan abu, lalu menyebar ke kakiku dan terus naik hingga diriku menjadi abu. Rico, selamatkan dirimu. secepatnya kau harus pergi dari rumah ini”, kata Michael.

    “Apa yang kau bicarakan Michael? Aku tidak mengerti. Tangan dan kakimu masih utuh, tak ada yang berubah menjadi abu. Hentikan semua ini Michael”, jawabku.

    Aku langsung berdiri menuju Michael berada, kemudian aku memegang pergelangan tangannya. “Kau harus istirahat Michael”, suruh aku.

    “Terima kasih Rico, tapi maaf aku tidak bisa. Seluruh badanku dari kaki naik hingga leher sudah menjadi abu. Aku akan merindukanmu, Rico. Tetaplah menjadi seseorang yang terbaik untuk Ario. Aku ingin kau menikah dengannya”, kata Michael.

    “Hentikan Michael. Baiklah, aku janji akan menjadi yang terbaik buat Ario, aku akan menikahinya, namun kau harus behenti berkata hal-hal yang aneh seperti ini Michael”, ujarku sambil memegang tangannya dan merangkulnya.

    Tiba-tiba Michael hilang begitu saja. Aku mencengkram dan merangkul udara. Tak ada seorangpun di dalam ruangan ini. aku terkejut atas kejadian aneh ini. aku menampar diriku untuk membuktikan apakah ini merupakan mimpi. Namun tidak, aku merasakan sakitnya tamparanku sendiri di pipi. Aku bagaikan orang gila yang kaya akan imajinasi dan halusinasi. Apakah itu adalah hantu yang berwujud Michael. Aku memegangi kepalaku dengan kedua tanganku, lalu berjalan sempoyongan dan terduduk di atas kasur, dan akupun berteriak sekencang-kencangnya yang aku bisa.

    “tidaaaaaaaakkkk … hentikan ini semuaaaaaaaaa … aku lelaaah akan semua ini”, teriakku dalam tangisan yang sangat hebat.

    Tak lama datanglah Edwin yang berlari, masuk ke dalam ruangan tersebut dan menghampiriku.

    “Apa yang terjadi disini Rico? Ada apa denganmu? Kau terlihat sangat stress”, tanya Edwin.

    “Pergi kamu! Siapa kamu? Edwin atau hantu berwujud Edwin, jawab aku sekarang?”, tanya aku berteriak ke Edwin.

    “Aku tidak mengerti Rico, ada apa denganmu. Kemana perginya Michael? Apa yang ia lakukan kepadamu?”, tanya Edwin.

    “Jawab aku! Siapa kamu? Jawab dengan jujur, tunjukkan wujud aslimu? Aku tidak ingin bermain dalam permainan gila ini? hentikan semua ini!”, teriak aku ke Edwin.

    “Oke. Aku Edwin, salah satu sahabat Ario. aku tidak bermain atau menciptakan sebuah permainan gila”, jawab Edwin mendekati aku. Lalu aku pun mendorongnya.

    “Bohoong! Pergi, jangan dekati aku. Kau adalah hantu yang berwujud Edwin bukan? Hentikan ini semua! Sama seperti apa yang telah hantu berwujud Michael tadi”, kataku dengan teriakan.

    “Aku tidak mengetahui apa yang kau bicarakan. Malam ini Michael memang sedang gila. Aku tidak tahu dimana dia sekarang”, kata Edwin.

    “Bohong bohong bohooong, kau pasti salah satu dari Michael. Kau pasti salah satu dari Rangga. Kau adalah hantu. Tidak, hentikan!”, kataku sambil menangis.

    Aku terduduk diatas tempat tidur dengan posisi bungkuk, dimana dadaku menyentuh pahaku sambil memeluk tulang keringku dan menaruh kedua mataku diantara kedua dengkulku. Edwin pun mendekatiku kemudian ikut duduk di atas tempat tidur. Lalu Ia membelai rambutku dengan lembut, dan memelukku. Ia menarik tubuhku, menaruh wajah dan kepalaku di dadanya. Aku hanya dapat menangis di dadanya atas apa yang terjadi padaku malam ini. ia terus membelai-belai rambutku dan punggungku juga.

    “Menangislah jika itu memang membuatmu lebih baik. Aku harap kau dapat lebih baik dengan seperti ini. aku mengerti apa yang terjadi padamu malam ini, Rico. Kau menghadapi masa-masa sulit dimana kau memasukki alammu. Mungkin Michael sedang pergi keluar tanpa kau sadari, dan kau berhalusinasi akan Michael di ruangan ini. atau kau menemukan hantu lain yang menyerupai Michael, aku akan mencarinya dan membunuhnya jika kutemukan ia membuatmu takut dan tidak nyaman begini”, kata Edwin menenangkanku.

    “Sama sekali aku tidak berhalusinasi Win. Selepas kau pergi ke teras, ia tidak pergi kemanapun. Ia berada di ruangan ini bersamaku. Tingkahnya aneh, bercerita tentang pria jubbah hitam yang ia temui dari tadi, tapi aku tak melihatnya. Dan ia berkata hal yang aneh, selanjutnya ia menghilang begitu saja disaat aku merangkul dan memegang tangannya untuk membantunya istirahat seolah aku memegang dan merangkul udara”, jawabku menangis.

    Tak lama terdengar seperti adanya tamparan pada anggota tubuh. Suaranya berada dibelakang Edwin. Aku yang sedang berada dalam pelukan Edwin pun langsung melirik ke arah suara tamparan itu. Edwin pun langsung berbalik dan melihat ke arah sumber suara tersebut. Edwin langsung kaget melihat siapa yang membuat suara tersebut. aku pun langsung melepaskan pelukan Edwin atas apa yang aku lihat. aku sangat terkejut.

    “Aww, sakit. Ternyata ini bukan mimpi. Edwin, apa maksud dari semua ini?”, kata Ario.

    “Iio, ini bukan seperti yang kau bayangkan. Kami hanya …”, jawabku dengan gugup.

    “Teganya kau melakukan ini kepadaku, Ocky? Jadi ini yang kau lakukan, meninggalkan aku sendiri yang tertidur di kamar sebelah, dan bermesraan dengan sahabatku di kamar ini?”, Potong Ario dengan suara kecewa dan meneteslah air matanya.


    niatnya sih pengen lanjutin cerita lebih dari ini, kalo dalam konsepnya pikirnya cuma singkat jalan ceritanya, tapi kok ditulis malah jadi banyak yak? gak kerasa udah 6 lembar kalo diketik Ms.Word ckckck ...

    oke, berikut updateannya. silahkan disimak.
    komentar tragis untuk mengembangkan ane punya story dipersilahkan. :) :)

    Invitation for :
    @Lee_4ndy @adamy @Tsunami @sinjai @kristal_air @haha5 @lulu_75 @elul @hananta @balaka @3ll0 @d_cetya @polos @cute_inuyasha @Aji_DrV
  • oow gituu. okaay.
    pasti mampir laa, selalu

    baca lanjutannya nanti yee.
  • balaka wrote: »
    oow gituu. okaay.
    pasti mampir laa, selalu

    baca lanjutannya nanti yee.

    Hehe ... makasih banyak yak gan dah mampir dan baca selalu dimari. Seneng dngerny.
    Gapapa gan, nnti dibaca dan komen juga yee, ditunggu komentar tragisnya.
  • makin ribet ah
  • d_cetya wrote: »
    makin ribet ah

    Iya. Sbnernya mau dilanjut smp problem solvingnya tapi dah kepanjangan lembaran di ms.wordnya ... :( :'(
    Tapi gpp nih ane mention ente gan? Merasa terganggu ga gan?
  • anjir makin keren.. lanjuuutttttt
  • jangan-jangan yang berjubah hitam itu Rangga ...
  • haha5 wrote: »
    anjir makin keren.. lanjuuutttttt

    Syukurlaah, ada yg bilang ane keren. Eh mksdny crita ane. Hehe. :D
    Makasih gan pnilaiannta. :) 86 gan. Tar ane update lg.
    lulu_75 wrote: »
    jangan-jangan yang berjubah hitam itu Rangga ...

    Hehe ... hmmm, iya iya. Tidak tidak. Bisa jadi bisa jadi. :D makasih ya gan buat pnilaiannya.
  • Hahaha..... aku sampe bener-bener merinding baca ini cerita. Kayak aku berasa beneran ada dalam cerita. Jadi kesimpulan aku, cerita kakak penjiwaan nya hebat, nggak tau istilahnya apa :-D

    Oh iya, tadi aku baca ada typo. Kalo nggak salah pas yg michel di ruang tamu yg jalan ke pojok deh.

    Sorry ya kak, aku ikut ngomentarin. Padahal aku cuma pembaca. Bukan penulis.
    Di tunggu lanjutannya ya kak. Jangan lupa mention :-)




  • Hahaha..... aku sampe bener-bener merinding baca ini cerita. Kayak aku berasa beneran ada dalam cerita. Jadi kesimpulan aku, cerita kakak penjiwaan nya hebat, nggak tau istilahnya apa :-D

    Oh iya, tadi aku baca ada typo. Kalo nggak salah pas yg michel di ruang tamu yg jalan ke pojok deh.

    Sorry ya kak, aku ikut ngomentarin. Padahal aku cuma pembaca. Bukan penulis.
    Di tunggu lanjutannya ya kak. Jangan lupa mention :-)




Sign In or Register to comment.