It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
iya gan. Dugaan ente bener kok, tapi bisa jadi ga bener. Hahaha. Liat aje ntar di episod berikutny ane lg proses ni gan @kristal_air makasih yak buat review dan komennya.
Makasih dah baca gan. Ntar ditunggu aja lanjutanny ane update lg.
Makasih dah baca ye gan. Nnti ane pikirin lg gmn cara pmcahan misterinya. Hehe... but makasih referensinya.
Yee, klo dikasih tahu skrg g seru dong jadinya (g kasih tahu jg mungkin ga seru, bikin pusing iya. Haha). Intinya biar tetap jadi misteri lah, jd fokus ane bikin crita misteri tlaksana *plaak
Makasih wish dan smngatny gan. Bener salah yg pnting pesan ato maksud baik agan @kristal_air ini tersampekan di ane dgn baik kok. ane lg cb buat episod lanjutanny, gergetan juga proses jalannya baru dikit tapi dah 6 lembar. Ckckck.
hmm.. msh misterius..
Makasih reviewny. Hmm ... mungkin bisa dianggap spt tu ya gan. Tapi coba dilihat nnti episod berikutnya.
Maap gan. Hektik ane gan, cuma keinget yg kemaren di mention aja. Maap banget yak. #Hug. Tar ane mention ente deh, smp ane PM juga gaann. Makasih reviewnya ya gan anyway.
Hehe ... makasih reviewnnya. Ane cm pengen mmperthankan ceritany tetep jd misteri.
Makasih Reviewnya gan. Yakin banget Ario dah tewas? Kan belum jelas. Bisa jadi kecelakaan tu ga smp tewas, ya kan? Hehe .... disimak episod berikutnya yaa.
Aku terfokus pada tulisan di lima nama tersebut. Rasanya tidak mungkin, karena aku telah bersama mereka, yang mana mereka telah membuat pesta kejutan di ulang tahunku. Seharian kemarin pun aku juga telah bersama Ario, semua terlihat sangat nyata.
“Ada yang salah denganmu, Rico? Aku tahu kau menangis karena melihat kebenaran yang terjadi, bukan?”, tanya Detective Fritz.
Aku hanya dapat menggangguk sambil menangis menjawab pertanyaan yang diajukan Detective Fritz kepadaku. Aku bingung apakah yang aku alami adalah kenyataan atau hanya mimpi belaka. Aku tidak gila, aku dapat melihat, merasakan bagaimana kelima orang dalam List Korban kecelakaan tragis ini. aku dapat berinteraksi dengan mereka. Aku berharap semua ini adalah mimpi, aku tidak dapat menerima sebuah kenyataan ini.
“Fritz, bisakah kau memberikan suatu pukulan kepadaku?”, pintaku kepada Detective Fritz.
“Kenapa aku harus melakukan itu?”, tanya kembali Detective Fritz.
“Agar aku dapat memahami yang mana adalah mimpi, yang mana kenyataan”, jawabku.
“Maaf aku tidak bisa. Ini adalah kenyataan, Rico”, kata Detective Fritz.
“Bagaimana aku tahu ini adalah kenyataan? Ario dan teman-temannya juga nyata. Aku merasakan bagaimana mereka datang, memberikan pesta kejutan di hari ulang tahunku. Aku dapat merasakan manisnya kue yang mereka beri, indahnya hadiah yang aku dapatkan dari Ario, dan banyak hal. Mereka nyata, dan aku tidak gila, kau harus mengerti ini semua Fritz. Aku tidak gila”, teriakku kepada Detective Fritz sambil menangis.
Kemudian Detective Fritz datang kepadaku sambil memindahkan kursinya tepat disampingku. Lalu mengubah posisi pandanganku yang berhadapan dengan meja menjadi berhadapan dengannya. Lalu ia memegang kedua pundakku.
“Rico, mereka semua tidak nyata. Ini semua adalah kenyataan, aku akan menunjukkan kepadamu dimana mereka berada sekarang. Maafkan aku telah mengatakan kau gila, tapi untuk kali ini aku percaya kepadamu, Rico. Mentalitasmu hanya terganggu, kau harus menerima semua ini, oke?”, kata Detective Fritz menenangkanku.
“Sungguh ini merupakan ketidakmungkinan diluar logikaku, Fritz. Mereka sangat nyata. Mentalku sama sekali tidak terganggu, bahkan kalau kau tidak datang kepadaku, aku takkan pernah tahu bahwa mereka, bahwa mereka …”, teriakku sambil menangis.
“Menangislah Rico jika itu membuatmu lebih baik”, kata Fritz sambil memelukku dan membelai rambutku.
“Bahkan pelukan ini, kata-kata yang kau sebutkan telah dilakukan oleh Edwin malam kemarin, sebelum terjadi kesalahpahaman dengan Ario. Aku bahkan tidak dapat memisahkan mana yang nyata mana yang halusinasi, Fritz. Semuanya adalah kenyataan”, kataku sambil melepaskan pelukan dari Detective Fritz.
“Sekarang, kau dapat memberikan sebuah pukulan sekeras-kerasnya di wajahku, Fritz. Untuk membuktikan bahwa ini semua adalah kenyataan. Kumohon Fritz”, pintaku kembali.
“Baiklah, akan aku lakukan jika itu adalah permintaanmu”, jawab Detective Fritz.
Detective Fritz langsung mengepalkan tangan kanannya dan menjauhi kepalannya dari wajahku, kemudian ia dekati kepalan tangannya ke wajahku. Aku menutup mataku untuk merasakan pukulan yang akan ia berikan ke wajahku. Tak lama terdengar suara nafas yang terengah-engah dari Detective Fritz. Aku pun langsung membuka mataku. Kepalan tangannya sudah berada sangat dekat di wajahku. Aku melihat wajahnya yang sangat terengah-engah.
“Aku tidak dapat melakukannya, Rico. Jangan melakukan hal gila lainnya. Ini semua adalah kenyataan Rico, kau harus percaya kepadaku”, kata Detective Fritz.
“Kau bahkan lebih lemah dari seorang banci, bahkan memukul orang sepertiku saja tidak mampu. Apakah ayahmu juga seorang banci sepertimu?”, kataku dengan keras.
“Hentikan Rico!”, teriak Detective Fritz.
“Haha, jujur saja. Ayahmu mengajarkan bagaimana cara menggunakan Rok Mini yang benar bukan? Bagaimana bertata rias menjadi seorang pria yang terlihat menjadi wanita cantik kepadamu, bukan? Bagaimana kau bisa merayu lelaki Stragiht dengan penampilan bancimu itu, semua diajarkan ayahmu bukan?”, tanyaku mengejek.
“Bedebah kau Rico!”, teriak Detective Fritz sambil memukul wajahku.
Ia memukul pipi kananku hingga aku terjatuh dari kursi dan terlentang di lantai. Detective Fritz kemudian menindihkanku yang sedang terlentang di lantai dengan nafas yang terengah. Rasa sakit atas pukulan yang ia berikan sangatlah terasa di wajahku.
“Lihat dirimu, banci Fritz. Pukulanmu jauh lebih lembut dibanding bantal yang terbuat dari sutera sekalipun. Ayahmu benar-benar banci yang professional”, kataku mengejek.
Tanpa kata, Detective Fritz langsung memberikan kepalan tangannya ke pipi kiriku, dilanjutkan pipi kananku, dan pipi kiriku begitulah seterusnya. Ia sangat bersemangat memukul wajahku ini. sangat amat sakit yang aku rasakan atas pukulannya itu, tapi hatiku berharap dan berdoa.
“Wahai Sang Penguasa, bangunkan aku dari mimpi buruk ini karena aku tidak gila. Karena aku yakin, Ario dan teman-temannya yang datang dalam hidupku dua hari kemarin adalah nyata. Dan semua yang aku alami sekarang adalah halusinasi”, doaku dalam hati.
Detective Fritz pun berhenti memukulku. Ia terdiam dengan nafas yang terengah-engah. Wajahku sangat amat terasa sakit karena pukulannya yang keras. Aku dapat mencium bau darah, dan merasakan bagaimana darah masuk ke mulut dan bisa disentuh oleh lidahku. Aku masih berharap bahwa aku sedang bermimpi, aku ingin bangun dari kejadian ini. entah kenapa, tapi sepertinya aku benar-benar tidak dapat menerima apa yang kutemukan hari ini.
“Kenapa berhenti memukulku? Hanya sebatas itu kah kemampuanmu memukulku? Kau tak lebih dari seorang banci, Fritz. Sama sekali tidak terasa sakit pukulanmu. Dan aku dapat berasumsi bahwa ini adalah mimpi. Kau dapat memukulku kembali hingga aku terbangun dari tidurku, Fritz. Lakukan lagi!”, kataku dengan lemah sambil menangis meminta kepada Detective Fritz.
“Rico, apa-apaan ini. Kau tidak perlu berbohong seperti itu. Yang kau perlu hanyalah menerima keadaan yang nyata Rico. Sangat jenius kau, membuatku menjadi seseorang yang penuh dengan emosi sehingga aku memukulmu hingga memar dan berdarah seperti ini”, jawab Detective Fritz.
“Pukulanmu benar-benar tidak terasa apapun, Fritz. Sakit dari pukulanmu tidak ada apa-apanya dibanding aku harus kehilangan Ario. dibanding selama ini aku melakukan halusinasi, hidup dalam kegilaan bersamanya dan tak satupun orang yang percaya bahwa semua itu adalah nyata. Kau dapat berkata aku gila karena kau tidak merasakannya, Fritz”, jawabku.
“Aku memang tidak merasakan apa yang kau rasakan. Rasanya sangat aneh, tidak dapat diukur dengan logikaku, jika kau kemarin menghabiskan dengan seseorang yang sampai sekarang masih terkapar di rumah sakit. Kumohon Rico, kau harus menerima kenyataan”, kata Detective Fritz yang kemudian terbangun dan membantuku bangun dari lantai.
“Aku akan mereka yang terbaring di rumah sakit kepadamu. Aku ingin, kau tahu ini adalah sebuah kenyataan. Sekalian lukamu agar segera diobati”, Detective Fritz menambahkan.
Detective Fritz merangkulku dan berjalan menuju pintu. Tak lama terdengar suara robot berbunyi “Acces Allowed”, lalu terdengar suara besi yang dibanting ke besi lainnya. Dengan mudahnya, Detective Fritz membuka pintu. menurutku suara besi itu adalah suara kunci yang tebuka. Ia masih merangkulku, membuat aku berjalan menuju suatu tempat. setelah keluar, yang kulihat adalah koridor panjang berwarna putih, dari segi pencahayaannya, tembok kiri kanannya serta lantai dan atasnya, semua berwarna putih. Setelah aku keluar, Pintu tidak ia tutup, tapi tak lama terdengar suara besi lagi yang menurutku itu adalah bunyi pintu tertutup.
Kami berjalan menyusuri koridor panjang ini bernuansa putih ini. Di depan kami, terdapat sebuah pintu besi dengan tombol yang tiba-tiba berwarna merah disebelah kanannya. Menurutku pintu itu adalah lift. Dan kami semakin mendekati pintu itu. Dugaanku benar, ujung koridor yang merupakan pintu adalah sebuah lift. Pintu lift pun terbuka, dan kami masuk. Tombol “B” tiba-tiba berwarna merah dengan sendirinya, begitupun tombol penutup pintu lift. Semua sudah serba otomatis.
“Kita akan pergi ke Basement untuk mengambil mobil, lalu aku akan membawamu ke Lake Hospital. Letaknya tidak jauh dari Camp Motel”, kata Detective Fritz yang sambil merogoh saku celananya untuk mengambil handphone. Aku sambil mencuri pandangan ke handphone yang ia sedang lihat tiba-tiba layar handphone berubah menjadi “Calling Inspector Unit 8”, padahal ia tidak menyentuh apapun di handphonenya.
“Apakah semuanya bekerja berdasarkan pemikiranmu saja?”, tanyaku.
“Benar. Dia menciptakan sistem yang dikendalikan dengan kendali otak. Sistem ini disebut sebagai BCS, atau Brain Control System. Kau tahu siapa yang menciptakannya?”, tanya Detective Fritz.
Aku menggeleng sebagai jawaban tidak tahu atas apa yang ditanyakan Detective Fritz.
“Ibumu. Dia adalah Ilmuwan yang sangat hebat. Namun sayang sekali, dia sudah pergi entah kemana. Tak ada seorangpun yang tahu kemana dia menghilang. Kau adalah satu-satunya keluarga Biesch yang masih tersisa”, kata Detective Fritz.
“Tak sedikitpun aku dapat mengingat kenangan tentang Ayah Ibuku. Dapatkah kau memberitahuku tentang siapa mereka sesungguhnya? Bahkan, masa kecilku sendiri, aku tidak ingat sama sekali”, jawab aku.
“Hello Inspector, Tolong dipersiapkan penemuan atas kecelakaan tragis yang terjadi pada tanggal 21 Oktober 2014”, Kata Detective Fritz sambil menelpon.
Lift memasuki lantai basement yang kami tuju. Tombol pintu terbuka lift tiba-tiba menyala warna merah, sepertinya otak Detective memerintahkan tombol tersebut untuk menyala dan terbuka lah pintunya. Dan di depan kami sudah ada mobil Lamborghini berwarna hitam berkilau yang tiba-tiba alarm dari mobil tersebut berbunyi dan kedip lampu berwarna kuning juga mnyeala. Mungkin itu menandakan Mobil sudah tidak dalam keadaan terkunci. Aku berjalan masih dalam rangkulannya. Detective yang berjalan merangkulku masih dalam bertelepon dengan Inspector Unit 8, yang merupakan bagian dari Kepolisian.
Detective Fritz pun selesai bertelepon dengan Inspector Unit 8 tersebut lalu menaruh handphonenya ke sakunya. Kami pun berjalan menuju mobil tersebut. sesampainya disana, ia membukakan pintu depan dan membantuku untuk duduk di kursi sebelah supir. Dia juga membantuku untuk memasang Safe Belt. Pintu yang terbuka dan safe belt yang terpasang dengan otomatis, hanya dengan kendali otaknya saja. Kemudian ia memutar melalui depan mobil dan masuk dari arah sebaliknya. Pintu yang tertutup dan safe belt yang terpasang juga dikendalikan hanya dengan otaknya saja. Mobil pun melaju dengan cepatnya, keluar dari garasi basement menuju ground floor dan keluar, memasuki jalan raya.
“Fritz, semua barang-barangmu ini otomatis, hanya dikendalikan dengan otakmu saja. Keren sekali. Dan kau bilang BCS ini diciptakan oleh Ibuku, sepertinya kau mengenalnya. Dapatkan kau ceritakan kepadaku, Fritz?”, pintaku.
“Ibumu itu seorang Ilmuwan. Penduduk kota menyebutnya sebagai ilmuwan gila. Sebagian lainnya menyebutkan sebagai tukang sihir. Tak hanya ibumu, tapi juga ayahmu, dia juga seorang Ilmuwan gila. Jika Ibumu menciptakan alat-alat otomasi dengan BCS, Ayahmu mengarang sebuah dunia yang tersembunyi. Namun Ayahmu mati karena diracun oleh orang yang tidak senang terhadapnya”, kata Detective menjelaskan.
“Ayahku? Diracun? Bagaimana bisa?”, tanyaku.
“Dia orang yang terlalu jujur, sehingga menjatuhkan ilmuwan-ilmuwan terkenal lainnya. Ia menganggap penemuan ilmuwan terkenal tersebut adalah hasil pencurian dan ia dapat membuktikan semuanya”, jawab Detective Fritz
“Oh tidak, sepertinya aku bercerita terlalu jauh kepadamu, Rico. Tak seharusnya aku menceritakan banyak hal kepadamu”, Detective Fritz menambahkan yang kemudian memberhentikan mobil.
“Apa maksudmu, Fritz?”, kataku sambil memperhatikan Detective Fritz yang sedang sibuk mencari sesuatu di mobilnya. “Apa yang kau cari Fritz?”, tanyaku.
“Tidak ada, aku sepertinya meninggalkan sesuatu”, Jawab Detective Fritz.
Kemudian dia menoleh kearahku. Lalu menatap sesuatu dibelakangku, menatap ke arah luar. Lalu wajahnya mendekati aku, kemudian berkata “Diluar sana terlihat sangat aneh”.
Aku langsung membalikkan kepalaku ke arah luar jendela mobil.
“Ahh”, teriak kecilku.
Tak lama terasa sedikit sakit di lenganku. Seperti ada semut yang mengigit lenganku. Aku langsung memegang lenganku. Ternyata ada besi kecil yang menusuk lenganku. Aku melanjutkan rabaanku ke sekitar besi kecil yang menusuk, terdapat besi besar. Kemudian rabaanku bergerak lagi dan aku merasakan sebuah jari. Dengan sangat cepat aku langsung menoleh ke lenganku tentang apa yang telah aku pegang, ternyata tangan Detective Fritz yang sedang menyuntikanku.
“Kau harus melupakan semuanya, Rico. Aku terlalu jauh menceritakan tentang keluargamu. Kau tidak seharusnya tahu tentang hal ini. reaksi kimia dari suntikkan ini akan membuatmu amnesia”, kata Detective Fritz berbisik.
“Lepaskan, Fritz. Biadab kau!”, kata aku sambil mendorongnya dan melepaskan suntikkan ini, lalu menjatuhkannya. Aku berusaha untuk keluar dari mobil, namun tidak bisa karena terkunci. “Keluarkan aku dari mobilmu ini, Fritz!”, teriakku.
Detective Fritz mengacuhkan teriakanku, ia kembali menyalakan mesin mobilnya, kemudian kembali mengendarai mobilnya. Aku masih dalam teriakkan meminta Fritz untuk menurunkan aku dari mobilnya. Setelah beberapa menit aku berteriak, kepalaku terasa sangat pusing, pandanganku semakin lama semakin kabur dan kemudian menjadi gelap.
Aku membuka mataku dari kegelepan ini. aku melihat beberapa orang didepanku. Ada 3 pria termasuk Detective Fritz dan dua wanita, yang salah satunya adalah Chika, pacar Rangga. Badanku sangat lemas, terasa sangat pegal, sepertinya aku sedang terbaring. Udaranya cukup dingin, dan tempat aku bersandar juga sangat empuk.
“Hallo Tampan, boleh kami tahu siapa namamu?”, tanya seseorang berjas biru gelap.
“Rico. Rico Biesch”, jawabku.
“Boleh ceritakan apapun itu tentang dirimu, Rico. Seperti tanggal kau ulang tahun, nama pacarmu, apapun itu?”, kata pria berjas biru gelap tadi.
“Aku berulang tahun pada tanggal 22 Oktober. Umurku baru saja menginjak umur 28 tahun. Pacarku adalah Ario Gautama, seorang pria berumur 30 tahun yang berulang tahun setiap tanggal 10 April”, jawabku.
“Apa ada orang yang kau kenal dari kami disini?”, tanya Pria berjas biru gelap itu.
“Tentu saja, ada dua yang aku kenal. Ini Fritz. Maksudku Detective Moscow Fritz. Lalu wanita itu adalah pacar Rangga, Chika Orlanda”, Jawabku sambil menunjuk kedua orang itu.
“Riccooo … syukurlah, aku sangat khawatir. Aku sangat senang kau masih mengingatku. Sungguh aku bingung tentang kecelakaan tragis ini, aku baru mengetahuinya”, kata Chika dengan suara yang sangat manis, dia menghampiriku yang kemudian mencium pipiku.
“Syukurlah Rico. Kami sangat khawatir ingatanmu rusak karena zat kimia yang membuatmu amnesia yang telah disuntikkan kepadamu karena gangguan mentalmu yang sangat parah. Kau memberontak, meminta Detective Fritz untuk memukulmu berulang kali, dan kau berfikir kau akan terbangun. Sebenarnya dia tidak ingin memukulmu, tapi kau kerap kali menghinanya. Dan akhirnya, ia berhenti memukulmu dan kau disuntikkan zat kimia amnesia, namun tidak keseluruhan. Dia lupa bahwa seharusnya yang ia suntikkan adalah zat kimia peredam. Kami minta maaf akan hal ini. semua pengobatan di wajah dan lenganmu sudah dilakukan, dan kau akan baik-baik saja”, kata Pria berjas biru gelap itu.
Aku hanya mengangguk sambil berfikir. Kenyataannya tidak seperti itu. Dia tidak menyuntikanku saat dia selesai memukulku. Dia menyuntikanku disaat dia bercerita tentang keluargaku. Kenapa dia harus memutarbalikkan fakta? Apa yang ia rencanakan? Rasanya aku ingin berbicara bahwa dia telah berbohong, tapi sepertinya untuk saat ini dia lebih jenius, pasti akan menjadi boomerang bagiku. Jadi sebaiknya aku diam dulu, ikuti permainannya.
“Terima kasih, pak …”, kataku sambil menunjukkan wajah yang seolah bertanya nama dari pria ber jas biru gelap itu.
“Aku Ken Shinoda, Inspector Unit 8”, kata Pria ber jas biru gelap itu.
“Ah, Inspector Ken. Terima kasih atas bantuannya”, jawabku.
“Dan juga, aku minta maaf atas semua kejadian yang telah terjadi kepadamu karena kebodohanku, Rico”, kata Detective Fritz sambil membungkukkan badannya.
“Tidak apa. Terima kasih atas interograsinya, dan menyadarkanku tentang realita yang sebenarnya. Apa yang telah kau ingin tanyakan kepadaku sudah selesai bukan? Jika sudah, kita selesai disini. Kau tidak perlu khawatir, aku akan bersama Chika”, jawabku.
“Sebenarnya belum selesai, kami masih ingin menanyakan satu hal lagi, Rico. Apa yang menyebabkan kau bisa berada di Camp Motel yang sudah terkunci itu? Dari hasil cctv yang masih hidup, kau menyusuri Camp Motel seorang diri. Kau sangat mudah membuka gerbang yang terkunci. Padahal saat pagi hari kami coba membukanya dengan menggunakan kunci”, Tanya Inspector Ken.
“Aku sudah bercerita pada Detective Fritz bahwa sebenarnya aku kesana bersama dengan Ario. aku juga menemukan hantu yang menyerupai Rangga. Aku bertemu hantu-hantu yang menurutku adalah awak bus yang terjatuh dari jalan diatas tebing dan menimpa Lobby Camp Motel. Dan beberapa hantu di dalam Lobby Camp Motel”, jawabku.
“Sangat Mustahil, Rico. Sejak kecelakaan itu, Ario dan Rangga berada di rumah sakit ini. bagaimana bisa kau bersamanya? Kau hanya berhalusinasi bahwa kau bersama dengannya. Kalaupun kau pergi bersamanya, harusnya dapat terekam dalam cctv”, kata Inspector Ken.
“Jika memang kenyataannya seperti itu, berarti aku bersama dengan hantunya Ario dan Rangga, hanya saja aku belum tahu tentang keadaan mereka. Tapi kalopun Ario adalah hantu, harusnya menjadi sosok yang menyeramkan seperti yang terjadi pada Rangga”, kata aku.
“Hantu itu tidak nyata, Rico”, kata Detective Fritz.
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar. Wanita selain Chika dalam ruangan itu berbalik dan membukakan pintu. kemudian ia kembali dengan membawa beberapa barang. Amplop berwarna coklat, dan sebuah kotak. Kedua barang tersebut diberikan kepada Inspector Ken. Kemudian Inspector Ken memberikan amplop coklat itu kepadaku.
“Ini adalah foto yang kami ambil saat kami berada di TKP kecelakaan tragis itu. Silahkan dibuka”, kata Inspector Ken.
Aku menerima amplop coklat itu dan membukanya. Aku melihat beberapa foto yang diambil. Di dalam foto tersebut terdapat semua foto. Dalam foto-foto tersebut, terlihat wajah-wajah penumpang yang tertidur dan terdiam sewaktu aku menaikki bus Hantu. Dan disana juga ada foto kelima teman-temanku. Chika pun menangis melihat keadaan Rangga di dalam foto itu. Begitupun aku yang menangis melihat keadaan foto Ario. Inspector Ken kemudian memberikan ku sebuah kotak. Aku langsung menerima dan membukanya. Dan aku sangat terkejut apa yang ada didalamnya.
“Oh Tidak. Ini tidak mungkin!”, kata aku dengan sangat terkejut yang masih menangis.
Di dalam kotak itu terdapat kotak kue ulang tahun yang diberikan kepadaku malam itu, dari Ario dan teman-temannya. Dengan cepat aku langsung membuka kotak kue itu, dan terdapat kue yang sudah dalam keadaan berantakan. Aku langsung mamasukkan tanganku ke dasar kue itu. Aku merogoh, terdapat sesuatu yang keras didalamnya, yaitu sebuah kotak kecil. aku langsung mengambil kotak kecil itu dan aku angkat, ku tunjukkan ke semua yang berada di ruangan itu.
“Ini adalah kue ulang tahun yang diberikan kepadaku malam itu. Dan kadonya berada di dalam kue, yaitu kotak kecil berwarna merah ini. Dan kado dalam kotak kecil berwarna merah ini adalah Magnet kulkas berwarna silver keemasan bertuliskan RIO, dimana tiap lingkaran pada huruf R dan O ada Fotoku dan Foto Ario. Magnet kulkas itu terbuat dari campuran emas putih dan emas kuning. Aku sudah mengetahuinya, karena malam itu mereka datang. Mereka sangat nyata, jika memang kalian menganggap aku berhalusinasi, bagaimana aku bisa berhalusinasi sangat sempurna seperti itu? Hal ini mustahil”, kata Aku dalam tangis.
Aku membuka kotak kecil berwarna merah yang baru saja ku ambil dari kue tersebut. aku tidak memperdulikan bagaimana kotornya tangan ku itu. Perlahan ku buka kotaknya, dan semuanya adalah benar, seperti yang aku ceritakan kepada orang-orang di ruangan itu. Aku terus menangis melihat semuanya begitu nyata. Aku bahkan masih mengingat saat terakhir magnet kulkas ini masih menempel di pintu kulkasku. Aku merapihkan semua magnet kulkas lainnya, dengan memposisikan magnet kulkas Ario dipaling atas. Aku hanya bisa menangis.
“Awalnya aku berfikir bahwa aku berhalusinasi setelah team polisi datang ke rumahku mengenai kecelakaan tragis itu. Tapi aku benar-benar bertemu dengan Rangga siang kemarin. Rangga bukanlah sosok yang menyeramkan yang telah diceritakan Rico. Kami memang tidak melakukan hal-hal special, semua terlihat seperti biasa. Aku juga sibuk hari itu. Akhirnya ia pergi dari rumahku. dan beberapa jam kemudian tim polisi datang ke rumahku tentang kecelakaan tragis ini. aku merasa, semua adalah halusinasi saja. Tapi sekarang aku jadi berfikir, bahwa sebenarnya aku bertemu dengan Rangga. Dia sangat nyata”, kata Chika.
“Kau merasakannya juga, Chika?”, tanyaku.
“Iya, dia datang kerumah ku seorang diri siang kemarin. Dan saat aku ingin pergi ke Rumah Sakit ini, aku sempat mengunjungimu tapi kau tidak ada di rumah. Handphonemu juga tidak aktif”, kata Chika.
“Apakah kalian masih menganggap kami berhalusinasi, Fritz, Inspector Ken? Kami belum mengetahui tentang kecelakaan ini, tapi kami bertemu dengan pacar kami. Dan satu hal, Fritz. Tidak semuanya kau dapat kaitkan dengan logika. Hantu itu nyata”, kata aku.
Plot : Semakin jelas fakta yang datang mendatangi kehidupan Rico, semakin membuat Rico menjadi sedih. Detective Fritz yang aneh ternyata menyimpan rahasia tentang keluarga Biesch membuat Rico semakin penasaran. Dua buah kenyataan yang dihadapi Rico, juga terjadi pada Chika.
Invitation for :
@octavfelix @Lee_4ndy @adamy @Tsunami @sinjai @kristal_air @haha5 @lulu_75 @elul @hananta @balaka @3ll0 @d_cetya @polos @cute_inuyasha @Aji_DrV