It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
edwin bisa liat bahkan meluk ario. hmm semakin membingungkan.
dugaan2 terlintas di pikiran gw. hmm penasaran sama lanjutannya
Mkasih reviewny gan.
Sosok Edwin akn dibhas di episod brikutny, soalny posisi Rico disini udh pingsan dluan. Sdut pndang crita ni kan Rico, jd lbih mncritakan tntang keadaan Rico.
Mkasih pnilaianny gan.
Syukur deh dpt nilai yg ckup bgus dr agan yg 1 ini. Nnti ane update lg, ente baca, komen yg inspiring n nilai lg yee gan.
Mkasih reviewny gan. Waahh dugaan paan nih gan. Ane pnasaran. Kasus edwin bkal diceritakan di next chapter ya gan, soalny Rico keburu pingsan.
Tetep melipir di thread ni yee gan
duh... terlalu rumit yak gan? maap ya. ane bingung juga buat jelasinnya. :-(
Menurutku, kejadian aku tergeletak di lantai adalah mimpi, karena waktu begitu cepat. Baru saja aku memejamkan mata, dan sudah terbangun lagi. Anehnya, Ario sudah di depan mataku mengguncangkan badanku. Padahal aku baru saja membaringkannya untuk tidur. Lagipula aneh rasanya jika Ario meninggalkanku sendirian tergeletak di lantai, tidak mungkin rasanya. Tapi jika memang mimpi, mengapa seakan begitu nyata. Dingin dan kerasnya lantai dapat aku rasakan. Walaupun sakit akan luka yang terdapat pada beberapa titik di tubuhku sudah tidak terasa, namun rasa pegal ini masih terasa. Ingin sekali rasanya bertanya kepada Ario.
“Syukurlah, kau sudah bangun Ocky. Aku sangat cemas”, kata Ario dengan suara cemas.
“Kau terlihat memikirkan sesuatu Ocky, ada apa?”, Tanya Ario menambahkan.
“Iio … apa yang terjadi kepadaku setelah kecelakaan di tangga kemarin malam?”, tanyaku.
“Kau pingsan setelah kau terguling di tangga. Aku langsung mengangkatmu ke kamarmu dan meninggalkan Edwin yang terus panik karena Pria jubah hitamnya. Aku lebih memilihmu dibanding dia. Aku langsung mengobati semua luka-lukamu dan mengecek dengan semampuku bahwa dirimu baik-baik saja. Aku bersyukur bahwa kau hanya terluka kecil saja, denyut nadi dan detak jantung masih terlihat normal. Beberapa uratmu memang sedikit terkilir di pergelangan kaki. aku sudah mengurutnya”, kata Ario.
“Sudah kuduga, begitu aku terjatuh, Ario langsung mengangkatku ke dalam ruangan ini dan mengobati semua yang salah di tubuhku. Sudah kuduga bahwa aku bermimpi saat aku tergeletak di lantai dekat tangga”, pikirku.
“Ocky? Ada apa denganmu? Apa yang kau pikirkan? Kenapa kau melamun?”, tanya Ario.
“Tidak Iio. Aku hanya bingung apa yang terjadi padaku tadi malam. Aku sempat terbangun dari pingsanku karena kegerahan. Hubungan listrik di rumah ini mati. Ternyata saat aku terbangun, aku masih tergeletak di lantai. Kemudian aku pindah ke ruangan ini dan melihatmu yang tidur dalam keadaan terduduk sendirian sambil memegang kipas manual. Aku membaringkanmu agar tidurmu lebih nyaman, kemudian aku tidur disebelahmu. Aku baru saja memejamkan mata, dan begitu aku membuka mata kembali ternyata ada dirimu di depanku, Iio”, jawabku.
“Tak lama selesai mengobati luka dan mengurut uratmu yang terkilir, tak lama memang listrik di rumah ini padam. Aku langsung mencari sesuatu untuk dapat mencari sesuatu untuk dapat membuatmu tetap sejuk. Aku menemukan kipas manual di laci meja dekat lemarimu itu. Dengan kipas manual itu, aku mengipasimu sepanjang malam. Tapi karena aku kelelahan, akhirnya aku tertidur dalam keadaan terduduk, dan mungkin bergerak hingga aku terbaring disebelahmu. Maafkan aku Ocky. Aku mencoba untuk membuatmu siuman dengan memberikan wewangian di hidungmu, tapi kau tak kunjung sadar. Aku sangat cemas kepadamu, tapi lelah ini mengalahkan kecemasanku terhadapmu”, kata Ario.
“Tidak perlu meminta maaf Iio, aku yang berterima kasih karena kamu telah menjagaku sepanjang malam hingga kau lelah dan tertidur. Dan sampai pagi ini kau masih berada didekatku, Iio”, jawabku.
“Tidak perlu berterima kasih. Itu memang kewajibanku untuk selalu menjagamu, Sayang”, kata Ario dengan senyuman yang sangat Indah sambil membelai rambutku. Aku pun ikut tersenyum melihatnya memanjakanku seperti ini.
“Lihat dirimu Ocky, kamu seperti matahari yang menerangi malam yang gelap ketika dirimu tersenyum. Aku sangat senang melihatmu seperti ini. Aku sudah menyiapkan makanan untukumu, bangun dan duduklah, biar aku suapin”, kata Ario.
“Aaahh … terima kasih Iio. Kau ini yah, selalu membuatku melted”, jawabku
Dia hanya tersenyum sambil membelai rambutku. Kemudian ia terbangun sambil membantuku untuk duduk. Ia menaruh bantal berdiri tegak agar aku bisa bersandar dengan nyaman. Kemudian ia memberikan ku segelas teh manis. Aku meminum teh tersebut. kemudian aku memberikan gelas yang berisi sebagian air teh kepadanya, dan ia menaruhnya diatas meja. Kemudian ia mengambil piring yang berisi nasi goreng dengan telur setengah matang. Ia menyendok sejumlah makanan dan menyuapkannya kepadaku. aku membuka mulutku dan memakannya.
“Bagaimana rasa teh dan nasi gorengnya? Aku memasaknya sendiri”, tanya Ario.
“Enak Iio. Pedas dan Asinnya pas. Kau memang laki-laki yang berbakat memasak. Tapi lebih enak lagi kalau masih hangat ya Iio”, jawabku.
“Iya, nasi goreng dan teh manis ini sudah terdiam selama kurang lebih 3 jam setelah aku memasaknya. Aku berusaha membangunkanmu setelah makanan siap, tapi tak ada respon dari dirimu. namun satu ketika dirimu mengigau seakan ada terjadi sesuatu dalam tidurmu, aku langsung mengguncang-guncang tubuhmu, berbisik meyakinkanmu bahwa kau sedang tertidur dan memintamu segera bangun berulang kali, dan akhirnya kau bangun juga. Aku sangat panik terjadi sesuatu dalam tidurmu”, kata Ario.
“Ya, aku mendengar bisikkanmu. Aku merasakan guncangan dalam tubuhku. Tapi aku tak dapat membuka mata ini dan terbangun dari tidurku. Seluruh tubuhku seakan lumpuh, seperti ada yang merantaiku”, jawabku sambil mengunyah makanan. Ario hanya tersenyum, kemudian aku bertanya kembali “Apa kau sudah makan, Iio”.
“Belum. Tapi aku tidak lapar sama sekali, aku sangat khawatir padamu, Ocky”, jawab Ario.
“Kau tidak boleh seperti itu, Iio. Sini biar aku bantu menyuapkan makanan ini kepadamu” kataku sambil mengambil sendok dan menyuapkan makanan kepadanya. Ario hanya menggelengkan kepalanya. Aku melotot kepadanya dan akhirnya ia membuka mulutnya. Dia kembali merebut sendokku dan menyuapkan ku makanan kembali.
“Lihat dirimu, sangat menyeramkan ketika melotot seperti itu. Aku menjadi takut dan menuruti kemauanmu. Haha, kau sangat lucu Ocky. Sini aku suapkan lagi. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku, Ocky. Kalau aku lapar, aku akan habiskan makanan ini tanpa sisa untukmu”, kata Ario bercanda kepadaku.
“Oh Iya Iio, sebelum aku pingsan, aku melihat ada Edwin. Kemana perginya dia? Apakah dia menghilang dengan sekejap?”, tanyaku.
Ario hanya terdiam, ia menundukkan kepalanya beberapa saat, kemudian mengangkat kepalanya kembali dan menyuapkan aku makanan.
“Habiskan dulu makanan ini, aku akan menceritakan semuanya”, kata Ario.
“Kau bantu aku lah untuk menghabiskan makanan ini Iio. Aku kenyang”, jawabku.
Aku memakan sebagian makanan yang terdapat diatas piring, lalu sebagian lainnya dimakan Ario karena aku tidak sanggup menghabiskannya. Ario memberikanku minum dan aku hanya meminum sebagian, sebagian lainnya kuberikan kepada Ario untuk diminum. Ario langsung menaruh piring dan gelas kosong tersebut di atas meja, dan kembali duduk di depanku.
“Baiklah Ario, makanan yang telah kau persiapkan sudah habis. Sekarang, kau dapat bercerita tentang Edwin”, kata Aku.
“Oke Ocky, jadi begini ceritanya … :
Tak lama setelah listrik padam, Aku mendengar Edwin berteriak sangat keras. Awalnya aku tidak memperdulikan teriakkannya. Namun teriakan Edwin tetang halusinasinya mengenai Pria Jubah Hitam sangat mengganguku. Aku langsung mencari senter di kamar ini, dan aku menemukannya di lemari. Aku meninggalkanmu sejenak untuk mengurus bedebah satu itu. Aku keluar dari kamar ini, suaranya terdengar dari teras atas, aku langsung pergi ke teras atas. Namun belum sampai aku disana, ia kembali masuk ke dalam rumah ini dan menutup pintu. aku langsung menghampirinya.
“Oh Ario. tolonglah aku Iio. Bayangan pria berjubah itu terus mengikuti aku. Setelah Rico terjatuh dan kau membawanya ke lantai atas, pria jubah hitam itu tiba-tiba menghilang. Aku langsung pergi ke lantai atas untuk menyusulmu dan Rico yang tidak berdaya. Tapi di tangga, aku melihat pria jubah itu. Aku kembali turun, berbalik dan membuka pintu untuk keluar dari rumah ini. begitu aku membuka pintu, pria jubah itu berada di taman dan menjulurkan tangannya kepadaku. Akhirnya aku kembali masuk dan pergi ke setiap ruangan di lantai satu. Tapi tak satupun ada tempat yang tenang untukku. Pria jubah hitam itu selalu hadir kemanapun aku pergi. Kemudian aku berlari ke lantai dua, ia mengejarku dari belakang. Aku yang panik melihatnya mengejarku, aku terpleset di tangga namun aku berhasil perpegangan pada pegangan tangga. kemudian ia mendekati ku dan memegang leher belakangku. Tak lama setelah ia menyentuh leher belakangku, aku langsung berlari ke lantai dua menuju teras. Kemudian ku temukan dia lagi di pojok berada d
i belakang bangku. Aku kemudian masuk lagi ke dalam rumah dan menutup pintu ini dan kau datang”, Edwin menjelaskan.
“Hentikan halusinasimu ini Win. Tidak ada sama sekali pria berjubah hitam”, kata Ario.
“Sungguh aku tidak berbohong. Kumohon percayalah kepadaku. awalnya aku juga sepertimu ketika Michael bertingkah laku aneh, tapi posisiku sekarang berada sama seperti Michael tadi. Kau dapat tanyakan Rico ketika ia terbangun”, kata Edwin dengan ketakutan.
“Rico memang menceritakan sesuatu tentang Michael dan kau menganggap Rico berhalusinasi bukan? Dan ku pikir memang agak aneh tiba-tiba seseorang menghilang sekejap seperti asap karena pria berjubah hitam dalam halusinasi mereka. Dalam cerita Rico kepadaku, aku mempercayaimu kemungkinan Michael pergi keluar tanpa Rico sadari. Itu lebih masuk akal”, jawabku.
“Tapi ini benar-benar terjadi. aku belum tahu mengenai hilangnya seseorang menghilang seperti asap dalam sekejap. Apa yang Michael alami tentang pertemuan dengan Pria berjubah hitam ini nyata. Michael pernah bercerita tentang Ojan yang juga menghilang karena bertemu dengan Pria Berjubah Hitam itu. Dalam cerita Rico dan Michael, mereka menghilang setelah pria itu mencengkram salah satu anggota tubuh mereka. Untuk itu, sebisa mungkin aku tidak membiarkan pria itu mencengkramku, walau awalnya sempat menyentuh leher belakangku”, Edwin menceritakan semuanya dengan wajah yang ketakutan.
“Baiklah. Sini biar aku bantu, aku sangat khawatir Rico berada sendirian di kamarnya. Sebaiknya kita berada disana saja. Biar aku bantu kau bangun, Win”, kata Ario.
Aku membantunya bangun dari posisi duduknya yang ketakutan akan Pria Jubah Hitam itu. Namun ketika aku membantunya berdiri, tiba-tiba ia jatuh dan kembali duduk. Sepertinya kakinya terkilir, karena ia tak sanggup bediri. Aku merangkulnya dengan tangan kiriku dan membantunya berdiri dalam keadaan kaki terkilir. Tangan kananku menyenter ruangan untuk kami pergi ke kamarmu. Dalam perjalanan kami aku berbincang-bincang dengan Edwin.
“Oh iya Win, ngomong-ngomong ada apa kau tiba-tiba datang ke rumah Rico dini hari seperti ini?”, kata Ario.
“Hari kemarin adalah hari yang aneh. Saat itu, Michael sedang berada di rumahku karena menceritakan Ojan yang hilang dengan sekejap. Menurut Michael, ia berhalusinasi, seolah pertanda Ojan bahwa terjadi sesuatu dengannya. Tapi aku tidak memperdulikannya, karena aku langsung mengajaknya bermain video games terbaru. Ia berusaha untuk memberitahuku, tapi aku mengabaikannya hingga ia lupa akan tujuannya ke rumahku. Aku sangat bosan di dalam rumah sendirian, untungnya Michael datang dan menemaniku bermain video games. Setelah sekitar 2 jam, tiba-tiba terdengar suara sirine mobil polisi di depan rumahku. Aku langsung menghentikan permainan video gamesku, kemudian menengok keluar. Terdapat beberapa orang polisi keluar dari mobil menuju rumahku, lalu mengetuk pintu. Polisi itu mengetuk pintu dengan sangat keras, sepertinya polisi itu ingin menyergapku. Entah apa kesalahanku, tapi aku takut. Aku dan Michael langsung bersembunyi. Polisi itu mendobrak pintu rumahku. Aku sangat takut, karena aku belum sempat mematikan video games yang aku mainkan. Para polisi itu memeriksa seluruh tempat, entah apa yang mereka cari, tapi akhirnya polisi tersebut keluar dari rumahku dengan membawa catatan kecil yang mereka bawa. Begitu polisi itu keluar, aku dan Michael langsung mengecek kondisi rumahku bahwa sudah aman dari polisi tersebut. setelah aman, kami pergi ke rumah Rico tapi sedang tidak ada orang di rumah. Untuk itu, kami pergi ke tempat club dan kembali ke rumah Rico saat dini hari”, Edwin menjelaskan.
“Hmm … hari yang cukup menegangkan untuk kalian ya. Kemarin seharian kami memang sedang pergi keluar hingga larut malam”, Jawab aku.
“Eh iya, Dan malam kemarin juga kami beruntung, kami dapat masuk ke club tanpa dimintai identity card dan membayar sejumlah uang. Sepertinya orang itu tidak melihat kami, karena mengecek sesuatu dibawah mejanya. Atau memang melihat kami namun memang sedang gratis, karena di club tersebut sedang ada acara ulang tahun club. Mungkin tahun ini manajemen club sedang berbaik hati menggratiskan pengunjung. Karena dari tahun ke tahun mereka justru menaikkan harga karena pesta ulang tahun lebih ramai dibanding dengan club di hari biasanya”, kata Edwin.
“haha, how lucky you are, Edwin!”, jawab aku.
“aahhh…”, teriak Edwin yang terjatuh dari rangkulanku.
“Kenapa Win?”, tanya aku.
“Aku tak sanggup berdiri yo. Kakiku. Kakiku hilang yo, bagaimana ini?”, kata Edwin terbata-bata dengan wajah yang takut sambil menunjuk-nunjuk kakinya.
“Hentikan halusinasimu lagi, kakimu masih disana, lihatlah cahaya dari senter ini yang mengarah ke kakimu itu. Ini bukan waktunya untuk bercanda”, kata Ario kesal.
“Sungguh yo, kakiku hilang. Aku tidak berbohong. Aku tak dapat berdiri ataupun berjalan lagi yo”, kata Edwin sambil menangis.
“Kau seperti bocah, mungkin kau hanya terkilir. Kakimu masih disana. Baiklah, aku akan menggendongmu hingga kamar Rico”, kata Ario.
“Sebentar yo, apa kau memegang lenganku sepanjang kau merangkulku?”, kata Edwin.
“Aku hanya menaruh lenganmu di pundakku, dan aku memegang dada sebelah kirimu agar kau tetap bisa berjalan. Dari tadi sampai saat ini aku tak memegang lenganmu, selain pundakku yang menyentuh lenganmu sebagai sandaran”, Aku menjawab.
“Lalu siapa? Apakah …? Yo, dapatkah kau mengarahkan cahaya senter itu ke wajahku?”, pinta Edwin.
Aku langsung mengarahkan cahaya senter ke wajahnya. Ia pun langsung menoleh, membuang wajahnya dari tatapanku dan untuk melihat sesuatu di samping kirinya, dan kembali menatapku yang berada di samping kanannya.
“Oh Shit Man! Pria berjubah hitam itu yang memegang lenganku. Dan sekarang aku mengerti, mengapa kakiku hilang. Ini seperti yang terjadi pada Ojan yang diceritakan Michael, dan terjadi juga pada Michael seperti yang diceritakan Rico. Dan kau akan berfikir bahwa kau menganggapku sebagai hantu atau sebagainya. Atau kau menganggap dirimu berhalusinasi bertemu denganku”, kata Edwin dengan wajah yang menyedihkan.
“Disamping kirimu tidak ada apapun, kakimu juga masih utuh”, kata aku bingung.
“Yo, sebaiknya kau tinggalkan aku disini. Kakiku sudah hilang, berubah menjadi abu yang berterbangan, sekarang sudah naik hingga ke paha dan akan terus naik hingga tubuhku hilang semuanya. Kau harus percaya aku yo. Aku minta maaf atas semua salah yang telah aku lakukan kepadamu, tapi kau harus mengetahuinya. Sebenarnya dari dulu sebelum kau mengenal Rico, aku sudah menyayanginya lebih dulu. Tapi aku terlalu takut untuk ungkapkan perasaanku sehingga kau merebutnya dariku. Hingga disaat kau sakiti dia, aku masuk dalam kesendiriannya tapi dia tetap setia menunggumu, dia seperti mempunyai keyakinan di masa depan kau akan sadar bahwa dialah yang terbaik untukmu. Dialah jodohmu. Sampai akhirnya aku mengungkapkan apa yang kurasakan, dia malah menjauhiku. Dia tidak berkontak denganku lagi. Dia lebih memilih kesendiriannya daripada sharing kepadaku, karena dia tidak ingin aku mencintainya. Sulit bagiku untuk kehilangannya. Tapi seiring dengan bergulirnya waktu dan jarak yang dia berikan kepadaku, semuanya berubah. Sampai akhirnya dia menegurku lebih dulu setelah sangat lama kita jauh. Senang rasanya dia kembali kepadaku, tapi perasaan ini sudah berubah. Namun jika dia memaksaku untuk mencintai dia lagi akan aku lakukan, tapi dia tak pernah melakukan itu selain menunggumu. dan kejadian tadi dimana aku bisa memeluknya, dia menyandarkan kepalanya ke dadaku adalah kejadian yang aku tunggu selama bertahun-tahun. Seperti yang aku inginkan dulu, bukan saat ini”, kata Edwin dengan suara yang semakin lemah sambil menangis.
Aku hanya terdiam dan ikut menangis melihat menangis. Aku terasa sangat jahat karena aku seolah merebut seseorang yang ia cintai. Aku menganggukan kepala sambil menangis.
“Keinginanku saat ini adalah jangan kau sakiti Rico lagi. Dia bagaikan padi dalam rantai makanan, yang tumbuh di sawah, semakin tinggi ia semakin merunduk tumbuhan padi tersebut. semakin menyentuh ke tanah, semakin mudah tikus melahap padi tersebut, yang kemudian sang tikus dimakan oleh ular, dan ular dimakan oleh dirimu, Elang yang memiliki cengkraman yang sangat kuat. Dan Elang akan mati dengan sendirinya. Ku harap, Engkau dapat menjadi Elang yang membunuh semua tikus dan ular dalam sawah tersebut, sehingga tak satupun padi yang runtuh. Biarkan padi tersebut runtuh untuk orang-orang yang telah membuatnya tumbuh. Kau tahu apa yang ku maksud? Jadi, walaupun dia memintamu untuk menikah dengan seorang wanita, kau juga harus berfikir apa yang akan dia rasakan. Aku ingin kau menikah dengannya, yo. Jadilah seorang pendamping yang baik”, kata Edwin.
Lagi-lagi aku hanya dapat menganggukkan kepala sebagai tanda mengerti apa yang dia katakan kepadaku. suaranya semakin lemah dan tangisannya juga semakin hening.
“Edwin, aku tak mungkin meninggalkanmu disini, aku akan menggendongmu”, kataku.
“Percuma yo, waktuku sudah tidak banyak lagi. Rico lebih membutuhkanmu disana. Pasti sangat kegerahan karena AC yang tidak berfungsi akibat mati listrik ini. Aku seakan seseorang yang terbakar tanpa api, tubuhku berubah menjadi abu yang berterbangan sudah sampai di dadaku. Tapi kau tak akan melihatnya. Pria jubah hitam ini masih mencengkram lenganku, memperhatikan pembicaraan kita sepertinya. Ku mohon, berjanjilah padaku kau akan menjadi pendamping yang terbaik untuk dirinya”, kata Edwin yang dengan suara yang semakin lemah.
“Win, aku tak dapat berjanji. Ia memintaku untuk menikah dengan wanita terus menerus. Ia memintaku untuk menjadikannya pria terakhir dalam hidupku, bukan orang terakhir dalam hidupku karena ia ingin dapat melihat keturunanku”, kata aku dengan tangisan yang semakin menggebu-gebu.
“Tapi akan aku usahakan untuk mengabulkan permintaanmu ini, aku janji akan sampaikan semua ini ke Rico. Tapi ku mohon, hilangkan halusinasimu sejenak seolah kau akan pergi dan kita takkan bertemu lagi”, kataku sambil mengusap air matanya yang berada di pipinya.
Edwin hanya dapat tersenyum, ia tidak berkata sedikitpun entah karena tak sanggup atau memang tidak ingin berbicara. Kemudian ia memejamkan matanya. Aku mengguncangkan tubuhnya yang masih dalam rangkulanku, membangunkan dia untuk melihat apa yang ada dalam kenyataan sebenarnya.
“Win, bangun win. Apa apaan ini, sama sekali tidak lucu banguun wiinnnn”, Aku berteriak dengan tangisan sambil mengguncangkan tubuhnya.
Tiba-tiba tubuh Edwin hilang dalam sekejap seperti asap. Aku seperti seseorang yang sedang merangkul udara. Tangan kananku yang tadinya untuk mengusap air matanya sekarang hanyalah sebuah udara yang aku sentuh tapi tak tersentuh. Aku bagaikan orang gila, atau sebuah patung mungkin, yang berpose sesuatu untuk sebuah udara.
Kurang lebih, ceritanya seperti itu Ocky. Yang aku alami dengan Edwin. Kemudian aku kembali ke kamarku dengan tangisan kehilangan Edwin begitu saja. Satu hal, aku takut menjadi seseorang yang sendirian. jika memang Michael dan Ojan memiliki hal yang sama, ku yakin Rangga juga demikian. Dan yang sekarang adalah Edwin, lalu selanjutnya dirimu karena tak kunjung sadar. Aku benar-benar mengalami apa yang kau alami, Ocky. Bahwa aku benar-benar bingung apakah semua ini nyata atau halusinasiku belaka”, Ario menceritakan dengan tangisan yang begitu kejar.
“Iio, tatap aku. Aku disini, aku masih hidup. Aku tak bertemu dengan pria jubah hitam itu. Yang kutakutan juga adalah kehilangan dirimu. aku takut, dari semua teman-temanmu ini kaulah yang berikutnya. Aku tidak mengerti siapa pria jubah hitam yang begitu ajaib mengubah tubuh manusia menjadi abu yang berterbangan. Jika memang manusia mati pastinya meninggalkan daging dan tulang bukan?”, kata ku sambil memegang kepalanya dan mengelap air mata yang ada di pipinya.
Ario langsung memelukku dengan sangat erat seolah ia takkan membiarkan seorangpun dapat menyentuhku. Dia mengecup keningku berkali-kali. Dia menangis kembali dengan memelukku. Aku membelai kepalanya dan memintanya untuk tidak menangis.
“Kita akan cari tahu misteri ini Iio. Menurutku ini hanyalah sebuah pertanda dari orang-orang tersebut untuk kita. Ini kenyataan bukan halusinasi, mungkin mereka adalah hantu yang menyerupai untuk bertemu dengan kita dan memberitahu kita”, kata aku.
Ario masih memelukku dengan erat selama beberapa menit. Kemudian ia melepaskan pelukannya. Lalu menatapku dengan tajam. Kemudian membelai kepalaku, dan kembali mencium keningku, lalu membelai pipiku. Matanya seperti seseorang yang ingin mengungkapkan sesuatu.
“Ocky, satu hal yang ingin kutanyakan. Maukah kau menikah denganku? Aku ingin dapat menjagamu selamanya. Jika kau hanya ingin melihat aku memiliki keturunan dariku, aku dapa menyumbangkan spermaku ke peneliti untuk dibuatkan seorang keturunan. Aku ingin kau menjadi pria sekaligus orang terakhir dalam hidupku”, kata Ario.
Pertanyaan yang sulit untukku. Aku selalu ingin bersamanya, dan aku ingin menikah dengannya. Negara ini memang memperbolehkan untuk menikah walau dalam sesama jenis, tapi aku merasa ini salah. Apakah aku harus menikah dengannya dengan berada dalam jalan yang menurutku salah, atau aku tetap pada pendirianku dimana kita hanya berada dalam seseorang yang dekat saja? Aku tak dapat menjauh darinya, begitupun dia. Dalam setiap pintaku kepada Sang Penguasa adalah untuk dirinya yang berada disisiku.
Satu hal terlintas dalam benakku bahwa aku telah berjanji pada Michael atau hantu yang menyerupainya untuk menikah dengannya. Aku takut akan karma, dimana aku telah berjanji dan kemudian aku ingkari, akan banyak kesialan yang aku dapatkan. Di satu sisi aku memiliki pendirian tentang pernikahan sejenis yang tidak sejalan dengan hukum di Negara ini. dan sepertinya aku lebih memilih satu kesalahan untuk membayar janjiku.
Aku memejamkan mataDalam hati aku meminta maaf kepada diriku sendiri yang tidak tetap pendirianku karena sebuah janji, bahwa aku akan menjawab “Ya”. Aku meyakinkan diriku, percaya bahwa jawaban “Ya” merupakan jawaban terbaik untukku dan untuknya. Aku menarik nafas dalam-dalam. Aku meminta kepada Sang Penguasa bahwa jawaban “Ya” merupakan jalan yang terbaik.
“Iio, jawabanku adalah Ya, aku ingin menikah denganmu. Kau boleh menikahi aku. Aku mempercayaimu sebagai jodoh yang diberikan Sang Penguasa kepadaku”, kataku setelah membuka mata dan menatapnya.
“Sungguh, aku tidak dapat mempercayai ini. Terima kasih Ocky. Aku berjanji akan menjadi pendamping yang terbaik untukmu. Terima kasih Ocky. Aku berjanji, aku akan menikahimu segera”, kata Ario.
“Tapi kau masih ingat bukan, bahwa kau pernah berjanji padaku bahwa aku adalah pria terakhir, bukan orang terakhir untukmu. Jadi, walaupun kau telah menikahiku, kau harus menikahi wanita. Jika memang wanita tersebut tidak dapat menerima, kau boleh menceraikan aku. Tanpa harus menikah, kau telah menjadi terbaik untukku. Janjimu sudah terbayar”, kata aku memperingatkan Ario.
“Tapi Ocky, …”, Kata Ario.
“Tidak ada kata tapi, kau sudah berjanji saat kita balikan bukan? Sebaiknya kau pikirkan janjimu itu”, Tanya aku meyakinkan Ario yang hanya terdiam. Wajahnya berubah total, dari sangat senang menjadi sedih.
“Jangan Sedih, walaupun kau sudah menikah, jika kau ingin menemuiku, aku akan menerimamu. Aku akan tetap menjadi Ocky-mu yang sekarang”, Aku menambahkan.
“Iya Iio, aku takut menyakitimu. Aku lah orang paling sakit, jika kau sakit” kata Ario.
“Sudahlah, kau sebaiknya mandi. Pasti kau belum mandi kan Iio? Aku masih ingin tertidur disini. Hehe”, kata Aku.
“Baiklah, aku akan turuti semua keinginan pendampingku. Kita akan menikah. Yeaayy…”, kata Ario dengan suara yang ceria.
Ario memelukku, dan mencium kening, pipi dan bibirku, kemudian pergi ke kamar mandi. Aku pun kembali membaringkan badanku yang terasa pegal. Ketika aku menarik selimut dan kembali tidur, tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi. Aku langsung mengembalikan selimutnya ke posisi semula dan bergegas bangun.
“Iio, aku buka pintu dulu yah”, teriakku.
“Iya sayang”, Teriak Ario.
Aku bergegas membuka pintu kamarku dan menuruni tangga dengan cepat. Aku langsung pergi ke ruang tamu dan menuju ke arah pintu. aku langsung membuka pintu tersebut, lalu aku terkejut apa yang aku lihat. aku melihat seseorang berjubah hitam menghadap belakang. Jika dilihat dari postur tubuhnya, ia adalah seorang pria. Aku menutup mulutku yang menganga karena kaget, aku menemui Pria Berjubah Hitam. Apakah ini adalah pria berjubah hitam yang disebut-sebut Michael dan Edwin dalam ceritanya ke Ario? jika memang benar begitu, berarti akulah orang yang selanjutnya menjadi target. Tidak mungkin, tidak boleh terjadi, aku harus menikah dengan Ario.
********
Plot : dalam episod ini, Kisah Edwin terkuak dari ceritanya Ario selama Rico masih tak sadarkan diri dalam pingsannya. menurut Rico, kejadian malam tadi ia yang tergeletak di lantai dan pergi ke kamarnya adalah mimpi belaka karena kenyataannya Ario lah yang mengurus setelah Rico tergeletak di lantai karena jatuh dari tangga. Edwin yang telah hilang menyusul Ojan dan Michael karena pria berjubah hitam yang muncul. Semua cerita Edwin membuat Ario meminta kepada Rico untuk mengabulkan permintaan Edwin yaitu Menikah. pilihan sulit untuk Rico ini harus sangat dipertimbangkan baik buruknya, dan dari pilihan yang telah terpilih terdapat gangguan lain yaitu pria berjubah hitam yang dapat dilihat Rico.
Mohon disimak ya gan cerita ane ini. semoga pada suka, dan komentar tragisnya ditulisin ke ane biar ane bisa lanjut terus sampe Tamat ceritanya.
Invitation for :
@Lee_4ndy @adamy @Tsunami @sinjai @kristal_air @haha5 @lulu_75 @elul @hananta @balaka @3ll0 @d_cetya @polos @cute_inuyasha @Aji_DrV
Yoo lanjutt TS ...
Makasih gan buat reviewnya. Yaah, belum paham juga toh. Ane masih gagal berarti sampein pesan di otak ane ke pembaca. Hehe ... tar ane lanjut lagi gan.
ntar klo ocky ilang, si ario bakalan cari tau tentang misteri ni lebih lanjut lagi ya??,,kaya di film-film gitu,,hihihi,, *duduk manis menunggu next chapter*,,
Hehe... makasih gan. Silahkan tulis gan, ane thriller horror lovers. Nnti undang ane yak. Anyway, mohon bimbinganny lg ya gan. Komen2ny ditunggu. #MakinSemangatLanjutin
Hehe ... makasih gan, di like dong eps ini
Hmmm ... nnti tunggu mood ane ya gan, klo mood bagus lnjut, tp klo engga tamat deh haha. Klo dh tamat n tiba2 mood bgus jd season 2. Doain yee gan.
Mantap gan. Makasih jempolnya.
Biar mengalir aja dlu gan. Ga usah dipikirin, ntar ngerti kok makasih ya dah mampir dan baca gan.