It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Ma..maafkan aku..!" ucapmu terisak.
"Hey.. Tidak ingatkah, aku sudah memaafkanmu dulu. Aku senang akhirnya kamu datang juga dan berhenti berlari."
"Ma..mafkan kesalahanku. A..aku telah dibutakan rasaku sendiri.." lanjutmu dengan air mata yang tak terbendung lagi.
"Sudahlah.. Wajahmu terlihat jelek kalau menangis begitu.."
"Haha.. Kau pasti akan mengatakan ...," ucapmu terhenti dan menyeka dengan ujung lenganmu, "ini untukmu. Kesukaanmu."
"Aah.. Terima kasih sayang. Bunga anggrek yang indah. Kamu tahu, aku sudah bosan dengan irisan pandan serta bunga-bunga yang mereka tabur.."
menjawab @Tsunami and urs.. tsunangits! tsunami bingits! tetap menginspirasi yaa..
LANJUTKAAAAN!!
"IRENE!!!"
"Eh.."
"Irene!! Lo apa kabar, ciiiin? Ya ampun, long time no see yaa.."
"I..iya.."
"Lo cantik banget sih, cin. Pasti perawatannya kenceng yaa?"
"Er. Makasih. Biasa aja kok..hehe.."
"Gue denger lo sekarang udah nikah sama Jo kapten basket di SMA dulu ya? Ih, cucok deh. Tapi kok bisa sih? Kan dulu lo ga pernah deket.."
"Emm. Kita satu kampus."
"Oooh. Selamat ya, nek. Semoga langgeng deh. Eh, gue ke sana dulu ya. Laki gue udah nungguin nih. Kapan-kapan kita janjian nyalon bareng dong yah. Gue banyak free kok. Calling-calling aja ya beb. Byeeeeee"
"Oke deh. Bye"
"Irene, sayang. Yang barusan ngobrol sama kamu siapa? Cantik juga."
"Eh, yang. Itu.. Hmm.. Itu Sam. Mantan aku waktu SMA..."
"Hah?? Sam??? Samuel mantan kamu yang ketua OSIS SMA kita itu???"
"Iya, yang.."
Aku selalu berkhayal, seorang pangeran berkuda putih akan datang membawaku pergi dari penderitaan. Selama ini, ibu tiri dan kedua kakak tiriku selalu memperlakukan laiknya pembantu. Tapi semua itu akan berubah.
Malam itu, ibu peri telah merubahku menjadi seorang yang cantik jelita. Di pesta dansa itu, sang pangeran tertegun pada penampilanku. Aku yakin telah memenangkan hatinya. Sayang aku tak bisa tinggal sampai pesta selesai. Ibu peri hanya memberi waktu sampai tengah malam. Meskipun sedikit terlambat, aku beruntung bisa melarikan diri.
Setelah pesta usai, aku dengar pangeran mencari ke seluruh negeri. Seorang yang menarik hatinya, meninggalkan hanya sebelah sepatu kaca. Ah, aku tak sabar menanti kedatangan pangeran. Sepatu itu dibuat khusus untukku oleh ibu peri. Tak ada seorang perempuan di negeri ini yang akan muat di dalam sepatuku.
Setelah berbilang hari, akhirnya sang pangeran tiba di rumahku. Ibu tiri dan kedua kakak tiriku mencoba sepatu itu. Dan seperti dugaannya, tak ada yang muat di sepatu itu. Akhirnya tiba gilirannya mencoba. Saat matanya bertatapan denganku, ia langsung mengenaliku.
"Aku ingat kamu. Badan kekarmu, rahang persegimu, dada ratamu, dan kaki berbulumu.", kata pangeran.
"Pangeran harap berpikir ulang. Dia ini anak laki-laki", kata ibu tiriku.
"Aku tak peduli. Pemilik sepatu ini adalah jodohku. Tak peduli laki-laki atau perempuan", jawab pangeran.
Aku merasa tersanjung. Segera kucoba sepatu itu. Begitu pas dengan ukuran dan bentuk kakiku. Aku merasa sangat bahagia. Pangeran pun terlihat sangat gembira. Dia melepas sepatuku dan mencium kakiku.
Ah, andai saja ia tak melakukannya. Karena sejak saat itu, ia pingsan dan tak sadarkan diri hingga sekarang.
TULUS
“Jadi kamu ngasih semua itu untuknya?”
Pakaian baru, sepatu trendy, jam tangan mahal, dan yang paling parah adalah sebuah sepeda motor sport. Aku benar-benar tidak habis pikir.
Dimas mengangguk. “Dia tidak meminta, tapi hanya itu yang bisa kulakukan untuknya. Aku benar-benar mencintainya,” pengakuannya membuatku kaget.
“Kamu sadar kan dia juga seorang pria. Apa yang kamu harapkan dari hubungan kalian?”
Dimas tidak langsung menjawab, dia lebih dahulu merenung. “Aku tidak mengharapkan apapun darinya. Aku mencintainya apa adanya. Melihatnya tersenyum bahagia, bagiku itu sudah cukup.”
Aku tertegun, “Kamu pria yang baik. Dia beruntung memilikimu."
Dimas tersenyum hangat, “Terimakasih sudah mendengarkanku, Tulus.”
“Kita adalah sahabat,” aku membalas senyumnya.
Seorang anak laki-laki tampan berkulit putih putera seorang investor yayasan sekolah, dengan langkah tegap masuk ke kelas pada hari pertamanya di tahun ajaran baru ini. Kedatanganya disambut oleh tatapan teman-teman sekelasnya. Dalam hatinya dia berpikir, "sungguh ketampananku telah membuat kagum semua mahluk di sekolah ini". Tanpa disangka ia datang paling akhir dan hanya tersisa kursi barisan paling belakang. Sambil melangkah kecewa, dalam hatinya ia berkata "kenapa tidak ada seorangpun di sini yang mau berbagi tempat duduk dengan pangeran tampan ini dan hanya tersisa barisan belakang yang telah diisi juga oleh seorang anak laki-laki kurus yang nampak kumal."
Sepatah katapun belum keluar dari mulutku sesaat setelah kududuk di kursi sebelah anak kumal ini. Senyum ramahpun bersinar dari wajahnya yang nampak lelah. Diapun berusaha memulai pembicaraan, namun kuacuhkan. Bel tanda istirahat pun berbunyi, satu per satu siswa dengan ramah berkenalan dan mengajakku beranjak ke kantin bersama-sama. Dengan perasaan puas kulangkahkan kaki menuju kantin.
Seusai menyantap makan siang di kantin, kulangkahkan kakiku menuju toilet yang nampak sepi. Kumasuk ke toilet sambil bersosial media, tidak lama setelahnya terdengar beberapa siswa yang sepertinya ku kenal. Mereka bercakap-cakap dengan senang sambil berkata, "asik nanti kita dapat bayaran karena bersikap ramah dan menyenangkan di depan anak sombong itu kan? Lumayan yah, coba aja tiap hari begini, gue rela kok meski sambil nahan geregetan. Eh tapi aneh ya si Alvin bocah kumal itu nolak bayaran ya, dasar bocah miskin ga tau di untung." Sekejab air mata menetes membasahi pipiku, ternyata pagi ini kepalsuan yang kudapat, sedang ketulusan kutolak ...