It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kemarin sore, pas jemput Jason pulang dari terapi, dia melakukan hal yg membuat saya sangat marah. Saya baru mengganti talang air utk pintu mobil, krn salah satu talang yg lama telah hilang di tengah jalan tol, terbang melayang entah ke mana. Setelah talang air yg baru di psng, ke-3 buah talang yg lama saya letakkan dgn posisi berdiri di bagian belakang mobil, spy saya bisa meletakkan tas & barang2 Jason di sebelahnya. Rencananya, talang2 yg lama itu akan saya simpan, mungkin masih bisa pergunakan utk serep jika yg baru ini rusak atau hilang lagi. Saya mengantarkan Jason ke pintu depan, lalu membuka pintu belakang utk meletakkan tas & kotak makan Jason. Tapi begitu masuk dr pintu depan, Jason lgsg terbang meluncur ke bangku belakang tanpa menggubris teriakan histeris saya. Akibatnya ke-3 talang air lgsg patah digilas oleh badannya.
Sy naik pitam, lgsg berteriak menyuruh dia kembali duduk di dpn. Sambil mengomel, segera saya ambil salah satu talang yg patah itu dan memukul kakinya. Jason ketakutan, lgsg saja meluncur kembali ke tempat semula di bangku depan. Setelah duduk di kursi depan, saya pelototi dia. Saya mencubiti tangan kanan yg diulurkannya kpd saya sambil terus mengomelinya, padahal sebenarnya Jason hendak mencium tangan saya tanda minta maaf.
Dalam perjalanan pulang, kami diam2-an saja. Tapi sampai di tengah perjalanan, mulai timbul penyesalan dalam hati saya. Saya pegang tangan kanan Jason, sambil minta maaf, saya ciumi tangannya. Jason juga melakukan hal yg sama, namun tdk hanya cium tangan saja, tapi ke-5 jari saya juga diciuminya satu-persatu. Ingin saya segera memeluknya, tapi tidak bisa, krn saat itu saya sdg nyetir di tol. Dlm hati sy berpikir, biarlah talang itu patah semua, toh hanya akan makan tempat saja jika ditaruh di rumah. Dan entah kapan baru ada gunanya lagi. Sampai di rumah, waktu saya ajak Jason cuci tangan & kaki, setelah pakaiannya dibuka, saya baru melihat bhw di perut Jason ada 3 luka yg bengkak & memerah. Di pahanya juga ada luka2 gores. Saya baru sadar bhw tadi, ketika Jason ketakutan dan meloncat kembali ke bangku depan, bagian tajam dari patahan ke-3 talang air itu telah melukai perutnya. Lalu sabetan yg saya layangkan dgn sekuat tenaga dgn menggunakan salah satu talang yg patah itu, juga telah membuat goresan di pahanya. Saya terdiam ….. membayangkan harga talang yg tidak seberapa dibanding dgn harga yg harus saya bayar akibat kemarahan yg tak terkendali.
Saya segera minta ampun kpd Tuhan & kpd Jason. Smbl mengolesi luka2 Jason dgn obat sy peluk & ciumi dia. Saya berdoa semoga Tuhan cepat menyembuhkan luka2nya, luka di hatinya, & juga luka di hati saya, yg telah saya buat sendiri. Saya teringat akan kisah tentang seorang anak hamba Tuhan yg terpaksa diamputasi ke-2 telapak tangannya krn tetanus, setelah dipukulli ayahnya, krn membuat lukisan di diding mobil barunya dgn menggunakan paku yg sdh karatan. Walaupun anak itu sdh menangis, menyesal, & berkata: “Papa, mama, maafkan saya ya. Saya janji tdk akan nakal lagi. Tolong kembalikan tangan saya ya.” Tapi apa yg dapat dilakukan orang tuanya? Nasi sdh menjadi bubur. Hari itu saya bertobat, minta Tuhan berikan hati yg polos spt anak kecil, yg cepat memaafkan, dan belajar sungguh2 utk mengendalikan emosi, sebelum mengambil tindakan yg kemudian saya sesali sendiri.
Semoga semua orang tua yg membaca tulisan ini, juga belajar dari anak2 yg Tuhan titipkan kpd kita. Kasihi mereka, berikan mrk kesempatan utk belajar dari kesalahan, sama spt kita juga perlu belajar dari mereka, dan dari kesalahan2 kita sendiri. GBU.
Dalam sebuah film dokumenter televisi Amerika, ia dan Nicky mengungkapkan bahwa mereka bersama- sama tujuh tahun lalu – setelah itu ia menjadi hamil dan memiliki seorang puteri, Desiree. mimpi terbesar Kenny adalah untuk memiliki anak, ia mengungkapkan dalam film dokumenter. “Aku ingin anak untuk membawa nama saya, seseorang yang dapat membawa warisan saya dan bisa mengatakan ‘Well, itu ayah saya’,” katanya. Kenny tidak mengharapkan untuk hidup masa usia 21.
Sebagai anak Kenny ditawarkan kakinya palsu tapi dia benci memakainya dan lebih suka menggunakan tangannya atau skateboard untuk berkeliling. “Ayah saya cukup banyak mengajari saya bagaimana berjalan di atas tangan saya,” kata Kenny, dari West Virginia, Amerika Serikat. “Aku hanya menyuruhnya untuk berjalan di belakang ibunya, karena dia berjalan seperti bebek,” kata ayah’s Kenny dalam film dokumenter dibuat tentang hidupnya.
Sebagai seorang anak Kenny membintangi film 1988, The Kid Brother, versi dramatisir kehidupan awal. “Jika saya cacat itu karena kaki sialan ini,” kata Kenny dalam film sambil mendorong atas kaki palsu
Rasmito sudah 18 tahun bermukim di Ciparepare, Timur, Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam. Kerasnya hidup di Jawa, membuat pria beranak tiga ini mengadu nasib ke Aceh. Ketika masih di Jawa, Rasmito bekerja sebagai penjual kayu bakar. Setiap hari dia harus memikul kayu bakar untuk dijual seharga Rp 1.000 dan itu tidak sebanding dengan jerih payahnya. Tahun 1994, Rasmito pun memboyong isteri dan tiga anaknya untuk mengadu nasip ke Aceh. Mereka bermukim di Desa Ciparepare yang dulunya permukiman transmigrasi. Di kawasan itu Rasmito mendapat sebidang tanah yang saat ini dijadikan lahan usaha dengan menanam enam pohon kelapa dan sekitar 20 pohon pinang. Semua pekerjaan itu dilakukan meskipun dia sama sekali tak bisa melihat.
Untuk bertahan dan bisa terus menyambung hidup, Rasmito juga menerima tawaran membabat di kebun warga. Namun saat ini kondisi fisiknya yang makinmelemah, pekerjaan membabat rumput sudah tidak bisa dijalani. Satu- satunya lahan pekerjaan hanya dari hasil pohon kelapa dan pinang yang ada di perkarangan rumahnya. Begitu pun Rasmito mengaku masih memanjat sendiri untuk memetik buah kelapa dan pinang miliknya. Pekerjaan memanjat bukan lagi yang menakutkan bagi Rasmito meski kedua matanya tak bisa melihat. Pekerjaan itu ia lakoni sejak puluhan tahun.Dengan cara meraba, Rasmito bisa mengetahui jenis kelapa tua atau muda. Begitu pula dengan pinang. “Kalau kelapa yang tua di bagian ujung dan pinang paling bawah, itu saja tandanya. Kemarin saya petik lima puluh butir, dijual seharga seribu per butir jadi dapat lima puluh ribu, bayar listrik Rp 40.000, jadi sisanya buat belanja,” tutur Kek Rasmito.
Kepiawaiannya memanjat kelapa atau memotong rumput juga mengerjakaan pekerjaan seperti orang melek, membuat salut warga sekitar. “Dia mengambil rumput pakan ternak dengan cara mengarit seperti orang normal. Bahkan bisa memilih rumput yang disukai oleh ternak. Begitu juga saat membabat rumput, dengan kondisi tidak bisa melihat, bisa membedakan mana rumput dan tanaman,” tutur M.Nurdin, seorang tokoh agama di Cipare-Pare Timur. Bagi kek Rasmito, pekerjaannya memanjat kelapa atau menerima upah dengan membabat rumput lebih mulia ketimbang mengemis di jalan. ”Ada yang menyarankan saya agar ke pasar Terminal Subulussalam meminta- minta. Tapi saya malu. Bahkan dulu pernah saya duduk nunggu teman di terminal terus ada yang ngasih uang, tapi saya tolak karena saya bukan peminta-minta,” kata Rasmito yang saat ditemui mengenakan baju kaos warna merah yang mulai kusam dan peci hitam yang tampak supak.
Rasmito bersama istrinya Lijah (52) saat ini inggal di sebuah gubuk berukuran 6×6 meter itu. Dia mengaku ingin memiliki usaha lain yang tidak berisiko, seperti ternak kambing. Namun dia tidak memiliki modal. Jangankan modal usaha, untuk memperbaiki gubuk mereka yang beberapa waktu lalu hampir rubuh akibat tanahnya longsor, sampai saat ini tidak ada uang. Gubuk berlantai tanah merah itu dibangun atas bantuan warga. Namun kondisinya makin reyot akibat tergerus usia. Hanya satu lemari tua yang menjadi tempat sang kakek dan nenek menyimpan sedikit dari pakaian mereka. Namun bagi Rasmito tidak akan mengemis, karena itu membuatkan harga
dirinya menjadi terhinakan. Dan kondisi fisiknya makin rentah dengan kebutaan kedua matanya, tidak pernah membuat Rasmito menyerah apalagi mengeluh pada keadaan. Dia terus bekerja untuk melanjutkan hidup
Mengutip situs missiowa.com, Kelly yang kini berusia 23 tahun menyebut dirinya sebagai orang yang tak pernah menyerah dengan keadaan. Sejak kecil dikala orang sering bertanya soal kekurangan tubuh, dia selalu menjawab apa adanya. “Kadang aku jawab tanganku digigit hiu. penjelasan sempurna bagi orang dari Iowa,” seloroh gadis asal Kota Keokuk itu. Seiring bertambahnya umur, rasa percaya diri gadis bermata biru ini makin besar. Rasa belas kasihan orang dijawab dengan kepribadian yang menarik. Dia juga pantang berkata tidak. Segala hal yang hanya mungkin dilakukan gadis normal sempat dicoba. Semisal bermain bisbol, menari, sampai menyelam. “Semuanya aku coba,” tegas lulusan Universitas Nebraska-Lincoln jurusan Penyutradaraan dan Manajemen Teater.
Gairah hidupnya makin memuncak setelah diizinkan naik panggung menjadi peserta Miss Iowa. “Jika kamu bertanya setahun lalu apakah mungkin aku ikut pemilihan putri kecantikan, aku pasti tertawa,” ucapnya seperti dikutip Foxnews, Senin (10/6/2013). Wanita yang bercita-cita menjadi manager panggung Broadway ini mengaku beruntung dikelilingi orang- orang yang selalu memberi dorongan agar terus maju dan melupakan keterbatasan tubuh. Dia bahkan kini bersedia berdiskusi soal keterbatasan tubuh yang kerap jadi alasan mereka yang normal.
Kelly bukanlah difabel pertama yang berhasil meraih posisi nona tercantik di AS. Awal tahun ini Alexis Wineman asal Montana, membuat sejarah baru setelah terpilih menjadi Miss America 2013. Alexis merupakan penderita autis sejak lahir.
Emilie adalah gadis cantik yang ceria. Suatu hari ia sedang bersepeda usai beraktivitas, dan tanpa ia sadari sebuah truk gandeng melaju terlalu pesat dan menabrak dirinya. Tulang-tulangnya hancur, wajahnya remuk, ia juga kehilangan penglihatan serta pendengarannya di usianya yang masih muda, 21 tahun. Team dokter pesimis ia akan kembali pulih, bahkan menurut mereka ia tak akan pernah bangun lagu. Merekapun menyarankan untuk membawa Emilie pulang.
Alan Lundgrand adalah kekasih Emilie, yang menunjukkan kesetian dan cinta sejatinya. Ia menolak keputusan dokter kepada Emilie, dan berusaha untuk memberikan perawatan sendiri pada Emilie. Suatu hari, di pagi buta, tercetus ide di benak Alan untuk berkomunikasi dengan Emilie melalui sentuhan telapak tangan. Ia menulis kata ‘Aku mencintaimu’ di sana. Ajaibnya, Emilie bisa menerjemahkan pesan itu dan membalas pernyataan Alan dengan ucapan terima kasih.
Hal tersebut tidak membuat Alan menyerah, setiap hari ia berusaha mengajak Emilie berbicara hingga akhirnya ia mengingat segala sesuatu. Kini Emilie memang buta, tetapi ia tak pernah berubah menjadi orang lain, ia tetap menjadi dirinya sendiri.
50 tahun yang lalu, Liu Guojiang, pemuda 19 tahun, jatuh cinta pada seorang janda 29 tahun bernama Xu Chaoqin. Pada waktu itu tidak bisa diterima dan dianggap tidak bermoral bila seorang pemuda mencintai wanita yang lebih tua. Untuk menghindari gossip murahaan dan celaan dari lingkungannya, pasangan ini memutuskan untuk melarikan diri dan tinggal di sebuah goa di Desa Jiangjin, di sebelah selatan Chong Qing
Pada mulanya kehidupan mereka sangat menyedihkan karena tidak punya apa-apa, tidak ada listrik atau pun makanan. Mereka harus makan rumput-rumputan dan akar-akaran yang mereka temukan di gunung itu. Dan Liu membuat sebuah lampu minyak tanah untuk menerangi?hidup mereka. Xu selalu merasa bahwa ia telah mengikat Liu dan is berulang-kali bertanya,”Apakah kau menyesal?” Liu selalu menjawab, “Selama kita rajin, kehidupan ini akan menjadi lebih baik”.
Setelah 2 tahun mereka tinggal di gunung itu, Liu mulai memahat anak-anak tangga agar isterimya dapat turun gunung dengan mudah. Dan ini berlangsung terus selama 50 tahun.
Di sebelah bangunan yg kami tempati, yg jg merupakan ruang pasien, yang kebetulan juga ditempati pasien lain, ada yg unik, karena didepan kamar itu aku sering meliat sesosok wanita cantik seusia deganku, tapi uniknya dia hanya memiliki sebelah kaki yg dengan pe-de dn tampa canggung seakan tak masalah dilirik oleh org2 banyak disekelilingnya, hebatnya lagi, dia tdk memakai kaki palsu tp hanya mmakai tongkat penyanggah yg membantunya melakukan setiap aktifitasnya, bahkan dgn percaya dirinya,,
Dia jg acapkali memakai rok atau celana yg cuman sebatas lututnya memperjelas keaadaan kakinya yg tinggal sebelah, Tiap hari aku selalu menyempatkan waktu luangku hanya sekedar mengamati smua tindak tanduknya dari balik jendela ruangan yg ku tempati ini, dengan decak kagum yg tampa henti,,
Suatu sore tanpa sengaja aku berpapasan dgnnya di salah satu lorong RS itu dgn arah kami yg berlawanan, ketika dia melintas entah knp refleks saja aku malah membalikkan badanku dan mengikuti langkahnya dr belakang, (aku sprt penguntit saja yaa, hehee,,)
Beberapa jauh, mgkn dia merasa klw ku ikuti, tiba2 dia berhenti dan membalikkan badannya,, aku kaget dan hampir saja menabraknya,, “ehh.. maaf.. Maaf..” kataku dgn agak gugup,, dgn tersenyum manis pdku
dia bilang,, ” ahh,, gak’ apa2, oy mungkn aku bisa membantumu, barangkali kamu sedang cari ruangan pasien yaa,?” masih dlm keadaan pipi memerah krn bingung aku blg,, “ow, gak’ ko, aku g’ lg cari ruangan, aku cman kebetulan lewat sini alnya mau kesana” kataku smbil nunjuk tempat asal2an or sembarangan,,
“ow.. Yaa udah klw gitu, kamu dluam saja ntar langkahku yg lambat bisa jadi menghalangimu,” katanya smbl msh senyum sembari meminggirkn badannya agar jalannya lebih luas bwt ku lalui,,
“ow.. Iya makasih, mari,, aku dluan yaa” kataku dgn bergegas kearah yg td ku tunjuk dgn tujuan yg tdk jelas, krna aku mmg g ada perlu di tempat itu,,
Dlm langkahku hatiku terus saja berkomentar, “sebenarnya aku mmg sengaja mengikutimu, aku jg mw bilang klw aku jg difabel sepertimu,, cuman bedanya, kamu difabel yg sgt berkelas, yg punya semangat dan rasa percaya diri yg tinggi,, sementara aku adalah seorang difable yg lebih mirip “pecundang sejati”, yg selalu menyembunyikan tanganku yg cacat dalam saku switer yg ku kenakan ini,, ukhh,,
Hawaii. Tidak seperti orang normal, ia hanya
mempunyai tangan kiri. Tangan kanan nya tidak
ada sejak lahir. Karena keadaannya yang cacat itu
banyak remaja pria lain yang mengejek dan sering
mengolok-oloknya, bahkan ada yang suka memukul dan mendorong kepalanya. Suatu hari, saat pulang sekolah ia diejek dan digoda beberapa remaja pria, peristiwa itu menarik perhatian seorang tua yang kebetulan lewat. Pria tua itu kemudian mengusir semua remaja yang menghina Chen, ia merasa kasihan pada Chen, kemudian ia berkata “Aku akan mengajarimu Judo supaya tidak ada yang berani mengganggumu lagi”. Chen bingung juga karena ia hanya mempunyai satu tangan, bagaimana mungkin bisa mempelajari Judo. Pria tua itu akhirnya mampu meyakinkan Chen bahwa ia mempunyai jurus judo khusus untuk orang bertangan satu.
Akhirnya Chen setuju untuk belajar Judo dari orang
tua tersebut dan mulai keesokan harinya sepulang
sekolah, ia pergi ke rumah orang tua tersebut
untuk belajar Judo. Orang tua tersebut mengajari Chen sebuah jurus yang ternyata sangat sulit dikuasai, sampai beberapa bulan pun Chen masih belum menguasainya dengan baik. Sampai akhirnya memasuki bulan ke enam barulah Chen mampu menguasainya dengan lumayan baik, Chen sangat gembira dan ia meminta kepada orang tua itu untuk mengajarinya jurus lainnya. Orang tua tersebut menggelengkan kepalanya dan berkata “Kamu sudah bisa menguasai jurus itu? Bagus, kalau begitu lakukan jurus tersebut dengan LEBIH CEPAT dan LEBIH BAIK“.
Chen terus belajar dengan tekun dan akhirnya ia
bisa menguasai jurus itu dengan semakin baik, tapi
ia bosan juga, pikirnya kok jurus itu-itu aja sih,
kapan nih belajar jurus lainnya? Akhirnya ia
berkata “Guru, saya sudah menguasai jurus itu
dengan baik, ajarkan dong jurus yang lain”. Orang tua yang merupakan gurunya tersebut berkata
“Kamu merasa sudah menguasai dengan baik?
Baiklah kalau begitu 3 bulan lagi kamu ikut
pertandingan”. Chen merasa ragu, bagaimana
mungkin ia yang bertangan satu harus bertanding
melawan musuh yang bertangan dua dalam suatu pertandingan? Tapi ia berpikir tidak ada salahnya
dicoba, dalam pemikiran Chen dalam 3 bulan ini
pasti gurunya mengajarkan jurus-jurus baru untuk
menghadapi pertandingan. Seminggu, dua minggu, sebulan berlatih, Chen makin heran, gurunya tidak mengajarkan jurus baru sama sekali, ia hanya disuruh belajar menguasai jurus tunggal itu dengan gerakan yang semakin cepat dan semakin baik. Akhirnya Chen tidak sabar dan protes “Guru, mengapa guru tidak mengajarkan jurus baru apapun kepada ku, masa aku harus bertanding dengan SATU TANGAN dan SATU JURUS saja”. Gurunya tetap tidak mengajarkan jurus baru apapun sampai 3 bulan waktu berlalu dan tiba saatnya bertanding.
Chen mengawali pertandingan penyisihan pertama
dengan gugup, tapi karena latihannya sudah sangat matang, akhirnya ia bisa menang juga.
Pertandingan kedua dan ketiga ia menangkan juga
dengan jurus yang sama. Sampai tiba saatnya ia ke semi final. Chen sangat gugup, katanya “Guru, cepat ajarkan aku jurus yang baru. Aku sudah
menang 3 kali menggunakan 1 jurus yang sama,
musuh pasti sudah bisa membaca jurusku, musuhku kali ini sang juara bertahan, ia sangat hebat, cepat guru, ajarkan aku”. Sang guru dengan tenang berkata “Yakin saja, Kamu pasti menang”. Chen semakin gugup, sampai akhirnya tiba saat
pertandingan. Sang lawan memang sangat hebat,
berkali-kali ia dapat menghindari kuncian jurus
Chen, tapi akhirnya sampai suatu saat ia sedikit
lengah dan Chen dapat memanfaatkan kesempatan yang hanya sepersekian detik itu untuk memasukkan jurus satu-satunya yang ia miliki. Chen menang lagi! Saat finalpun tiba. Chen mempunyai kepercayaan diri yang sudah membubung tinggi, lawannya malah sudah keder duluan, akhirnya ia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah dan Chen menjadi juara!! Ya, hanya dengan SATU TANGAN
dan SATU JURUS, ia bisa mengalahkan lawan- lawannya yang punya tangan normal dan beragam
jurus.
Chen kemudian pulang ke rumah dan berpesta dengan keluarga dan teman-temannya. Kemudian
ia menjumpai gurunya dan pergi berjalan-jalan
dengan gurunya itu. Sambil berjalan mereka
membahas kemenangan Chen. Chen merasa
penasaran dan bertanya pada gurunya “Guru, bagaimana aku bisa menang melawan mereka yang normal dengan satu jurus saja? Rasanya sungguh tidak masuk akal”. Gurunya menjawab “Karena engkau mempunyai tekad baja, kemauan yang kuat, dan satu lagi, jurus yang kuajarkan itu
adalah jurus yang sangat sulit diantisipasi dan sangat sulit menguasainya, satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari kuncian itu adalah dengan MENGUNCI BALIK TANGAN KANAN MU“
Namun, tatkala pagi tiba, ia mendapati satu buah pepayanya hilang dicuri orang. Kakek itu begitu bersedih, hingga istrinya merasa heran. “masak hanya karena sebuah pepaya saja engkau demikian murung” ujar sang istri. “bukan itu yang aku sedihkan” jawab sang kakek, “aku kepikiran, betapa sulitnya orang itu mengambil pepaya kita. Ia harus sembunyi- sembunyi di tengah malam agar tidak ketahuan orang. Belum lagi mesti memanjatnya dengan susah payah untuk bisa memetiknya..” “dari itu Bune” lanjut sang kakek, “saya akan pinjam tangga dan saya taruh di bawah pohon pepaya kita, mudah-mudahan ia datang kembali malam ini dan tidak akan kesulitan lagi mengambil yang satunya”.
Namun saat pagi kembali hadir, ia mendapati pepaya yang tinggal sebuah itu tetap ada beserta
tangganya tanpa bergeser sedikitpun. Ia mencoba
bersabar, dan berharap pencuri itu akan muncul
lagi di malam ini. Namun di pagi berikutnya, tetap
saja buah pepaya itu masih di tempatnya.
Di sore harinya, sang kakek kedatangan seorang
tamu yang menenteng duah buah pepaya besar di
tangannya. Ia belum pernah mengenal si tamu
tersebut. Singkat cerita, setelah berbincang lama,
saat hendak pamitan tamu itu dengan amat
menyesal mengaku bahwa ialah yang telah mencuri pepayanya. “Sebenarnya” kata sang tamu, “di malam berikutnya saya ingin mencuri buah pepaya yang tersisa. Namun saat saya menemukan ada tangga di sana, saya tersadarkan dan sejak itu saya bertekad untuk tidak mencuri lagi. Untuk itu, saya kembalikan pepaya Anda dan untuk menebus kesalahan saya, saya hadiahkan pepaya yang baru saya beli di pasar untuk Anda”.
Perlahan, di tapakinya jalan-jalan itu. Satu demi satu di perhatikannya dengan seksama. Setiap benda di amati, dan di cermati, berharap,akan ditemukannya jari-jari yang hilang itu. Ditemuinya kembali rerumputan dan ilalang. Dihampirinya kembali bunga-bunga di tengah padang. Dikunjunginya kembali semut dan serangga kecil di jalalanan. Dan dilewatinya lagi semua batu-batu dan kerikil-kerikil pualam. Hei... semuanya tampak lain. Ya, sewaktu sang roda melintasi titik-titik kecil. Semuanya, tampak biasa, dan tak istimewa. Namun kini, semuanya tampak lebih indah.
Rerumputan dan ilalang, tampak menyapanya dengan ramah. Mereka kini tak lagi hanya berupa batang-batang yang kaku. Mereka tampak tersenyum, melambai tenang, bergoyang
dan menyampaikan salam. Ujung-ujung rumput itu, bergesek dengan lembut di sisi sang roda. Sang roda pun tersenyum dan melanjutkan pencariannya. Bunga-bunga pun tampak lebih indah, harum , dan semerbak, lebih terasa menyegarkan. Kuntum-kuntum yang terbuka, menampilkan wajah yang cerah. Kelopak-kelopak yang tumbuh, menari, seakan bersorak pada sang roda. Sang roda tertegun dan berhenti sebentar. Sang bunga pun merunduk, memberikan salam hormat.
Dengan perlahan, dilanjutkannya kembali perjalanannya. Kini, semut dan serangga kecil itu, mulai berbaris, dan memberikan salam yang paling semarak. Kaki-kaki mereka bertepuk, membunyikan keriangan yang meriah. Sayap- sayap itu bergetar, seakan ada ribuan genderang yang di tabuh. Mereka saling menyapa. Dan serangga itu pun memberikan salam dan doa pada sang roda. Begitu pula batu dan kerikil pualam. Kilau yang hadir, tampak berbeda jika di lihat dari mata yang tergesa-gesa. Mereka lebih indah, dan setiap sisi batu itu memancarkan kemilau yang teduh. Tak ada lagi sisi dan ujung yang tajam dari batu dan pualam, membuka jalan, memberikan kesempatan untuk melanjutkan perjalanan.
Setelah lama berjalan, akhirnya ditemukannya jari-jari yang hilang. Sang roda pun senang. Dan ia berjanji, tak akan tergesa-gesa dan berjalan terlalu kencang dalam melakukan tugasnya.
Suatu hari, hujan turun dengan derasnya, air hujan menerobos dari atap rumah yang bocor mengenai muka Bryce, sehingga dia terbangun dari tidurnya. Sesaat dia merenungi nasibnya yang malang karena tidak dapat mengalahkan musuh, walaupun dia telah mengerahkan segala daya upaya. Semakin dia memikirkan hal ini, hatinya semakin pedih dan hampir putus asa. Pada saat itu, mata Bruce menatap ke atas balok kayu yang melintang diatas kepalanya, disana ada seekor laba-laba sedang merajut sarangnya. Dia dengan seksama memperhatikan gerak gerik laba-laba tersebut, dihitungnya usaha si laba- laba yang telah enam kali berturut-turut berusaha sekuat tenaga mencoba mengaitkan salah satu ujung benang ke balok kayu yang berada di seberangnya, namun akhirnya gagal juga. “Sungguh kasihan makhluk kecil ini,” ujar Bryce, “Seharusnya kau menyerah saja!”
Namun, sungguh diluar dugaan Bryce, walaupun telah enam kali si laba-laba gagal mengaitkan ujung benangnya, dia tidak lantas putus asa dan berhenti berusaha, dia coba lagi untuk yang ke tujuh kalinya, dan kali ini dia berhasil. Melihat ini semua, Bryce sungguh merasa kagum dan lupa pada nasib yang menimpa dirinya. Bruce akhirnya berdiri dan menghela napas panjang, lalu dengan lantang dia berteriak: “Aku juga akan bertempur lagi untuk yang ketujuh kalinya!”
Bryce akhirnya benar-benar mendapatkan semangatnya kembali, ia segera mengumpulkan dan melatih lagi sisa-sisa pasukannya, lalu mengatur strategi dan menggempur lagi pertahanan musuh, dengan susah payah dan perjuangan yang tak kenal menyerah, akhirnya Bryce berhasil mengusir pasukan musuh dan merebut kembali tanah airnya.
Selama masa-masa di mana Arthur terpaksa melewatkan waktu di UGD A.C. Camargo Cancer Center di Sao Paulo, Renato Gonzaga dan Priscila Inserra, ayah serta ibu tiri bocah ini, mendapatkan gagasan untuk menciptakan suatu kegiatan yang positif agar si buah hati bisa lebih fokus dan termotivasi dalam menghadapi penyakitnya. Alhasil, Arthur yang kini tengah dalam proses pemulihan dan berjalan sangat baik tersebut, memiliki acara memasaknya sendiri.
Dalam segmen acara yang berjudul 'Arthur Gourmand' dan videonya diunggah di YouTube ini, kita dapat menyaksikan Arthur yang tengah memasak dan membagikan berbagai resep miliknya. Diperlihatkan bagaimana Arthur menjelaskan setiap langkah dari resep-resep makanannya dari proses pembumbuan, persiapan hingga proses memasak. Sikap positif dari bocah luar biasa ini juga bisa tergambar jelas di sepanjang tayangan video- videonya. Kita menjadi saksi dari sebuah kisah seorang bocah dalam merangkul hasratnya dan menenggelamkan dirinya dalam hal-hal yang dicintainya tatkala kehidupan yang dihadapinya sedang dalam masa pasang yang berat.
Semoga kisah Arthur ini juga bisa membuat kita memetik pelajaran untuk lebih menghargai dan mencoba jadi selaras dengan hasrat yang kita miliki agar kita bisa menjadi lebih aktif untuk berupaya merealisasikannya dalam hidup kita.
Tidak ingin Emma melalui hari tanpa sebuah pesan darinya, Garth yang mengetahui dirinya bisa meninggal kapan saja, memutuskan untuk menuliskan satu pesan untuk setiap harinya dibaca putrinya saat di bangku SMA nanti. “Aku bisa menuliskan pesan serbet sebelumnya, dan mempersiapkan mereka seandainya aku tidak bisa memenuhi janjiku sendiri jika sesuatu yang buruk terjadi.” Setiap pagi dia menuliskan pesan yang baru untuk putrinya. Pesan tersebut hanyalah berupa pesan-pesan singkat untuk memberikan semangat pada Emma, agar dia bisa tersenyum. Terkadang dia meminjam kutipan dari orang terkenal. “Sebagian dari pesan tersebut sebenarnya adalah surat-surat dariku untuk putriku. Mereka dimulai dengan, ‘Emma sayang,’ dan aku mengatakan sesuatu, dan kemudian menutupnya dengan, ‘Salam cinta, Ayah,’” ujarnya. “Aku mencoba mencampurnya karena jujur saja, terkadang dia perlu mendengar bahwa
home run kemarin tidak akan memenangkan permainan hari ini, dan itu merupakan kutipan dari Babe Ruth.” Emma sayang, Terkadang ketika aku membutuhkan sebuah keajaiban, aku akan menatap ke dalam matamu dan menyadari aku telah membuat sebuah keajaiban. Salam cinta, Ayah.
Emma mengatakan bahwa semua kawan- kawannya ikut bergantung pada pesan serbet miliknya itu sama dengan dirinya. “Aku suka pesan serbet karena beberapa alasan, bukan hanya alasan-alasan yang tampak nyata misalnya mengetahui bahwa ayahku memikirkanku atau mempelajari kutipan-kutipan baru,” ujar Emma. “Aku menyukai mereka karena mereka mengingatkanku untuk tidak selalu berharap segalanya telah ada, karena ayahku mulai jadi serius dengan mereka ketika dia mulai mengidap kanker untuk pertama kalinya.” Total Garth akan menuliskan 826 pesan yang akan menemani hari-hari putrinya kala duduk di bangku SMA. Memang sungguh pilu rasanya karena Garth begitu cepat akan diambil dari sisi Emma.
Tapi tentunya dengan pesan-pesan ini, sang putri akan selalu memiliki kenangan akan ayahnya, tahu bahwa ayahnya selalu memikirkan dirinya. Dan tentunya pesan-pesan darinya yang senantiasa akan menemani.
Di antara beberapa dokter yang sehari-harinya sering dihadapkan dengan angka kematian bayi yang tinggi adalah Dr. Fritz Talbot dari sebuah klinik anak-anak di Dusseldorf. Dr. Talbot memiliki kesuksesan yang luar biasa dalam menangani anak-anak yang sakit. Selama bertahun-tahun, dia selalu diikuti oleh kelompok dokter rumah sakit yang ingin mencari cara baru untuk menangani penyakit anak-anak.
Salah satu diantara dokter tersebut adalah Dr. Joseph Brennermann, yang menceritakan kisah ini.
“Seringkali kami mendatangi seorang anak yang telah dinyatakan tak dapat tertolong lagi. Dan dengan beberapa alasan anak ini dinyatakan tak memiliki harapan. Dan ketika hal ini terjadi, Dr. Talbot akan mengambil tabel catatan kesehatan anak itu dan menuliskan beberapa resep obat yang tak dapat ditemukan. Dan dalam kebanyakan kasus, formula ajaib tersebut berkhasiat dan si anak berangsur membaik. Kecurigaanku timbul dan aku berpikir apakah mungkin dokter yang terkenal ini telah mengembangkan jenis obat baru yang mujarab?”
“Suatu hari, aku kembali ke bangsal anak-anak itu dan mencoba untuk menterjemahkan catatan resep Dr. Talbot. Tapi aku tak beruntung, dan lalu aku mendatangi kepala perawat dan menanyai apa resep obat yang diberikan Dr. Talbot tersebut.”
“’Anna.’ jawabnya.
Lalu ia kemudian menunjuk seorang nenek perempuan yang sedang duduk di sebuah ayunan yang besar dengan seorang bayi di pangkuannya. Perawat tersebut kemudian melanjutkan: ‘Kapanpun disaat kami mendapatkan seorang bayi yang padanya telah kami lakukan segala cara untuk menyembuhkannya namun gagal, kami membawa bayi tersebut kepada Anna. Dia lebih berhasil dibandingkan semua dokter dan perawat di institusi ini.’”
Obat yang paling mujarab adalahcinta. Cinta dapat menyembuhkan. Cinta adalah doa, doa dari mereka yang mencintai dan menyayangi kita.
Dan dengan dicintai akan memberi kita kekuatan terbesar.
Ketika Vincent menyadari bahwa sahabatnya Zac sedang sakit, dia pun mulai memborbardir berbagai pertanyaan. Dia menyadari bahwa pengobatan tersebut makan biaya yang tinggi. Jadi sebagai seorang sahabat, apa yang kemudian dilakukan Vincent kecil sungguh membuat para orang dewasa berdecak kagum. Vincent mengumpulkan dana untuk Zac dengan melakukan penjualan syal. Dari penjualan tersebut, dana sebesar $200 berhasil didapatkannya.
Tidak berhenti di situ. Rasa persahabatan Vincent juga ditunjukkannya dengan datang ke sekolah dengan kepala yang plontos. Katanya, dia tidak ingin Zac merasa aneh karena harus gundul sendirian, jadi diapun menggunduli kepalanya. Vincent kecil berhasil menunjukkan bahwa seorang sahabat bisa menjadi pelipur lara terbaik yang pernah ada.