It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
merasa sangat lapar, tapi dia hanya mempunyai
uang satu sen. Ia memutuskan untuk minta makan
di rumah berikutnya, namun segera kehilangan
keberaniannya ketika seorang gadis cantik telah membukakan pintu. Sebagai Gantinya ia minta air.
Gadis itu melihat bahwa si anak kecil tersebut
tampak kelaparan, ia lalu membawakannya segelas besar susu. Anak itu pun meminumnya perlahan- lahan.
"Berapa harus keubayar segelas susu ini?" kata
anak itu.
"Kau tidak harus membayar apa-apa," jawab si
gadis.
"Ibu melarangku menerima pembayaran atas
kebaikan yang ku lakukan."
"Bila demikian, kuucapkan terima kasih banyak dari lubuk hatiku."
Howard Kelly (nama si anak kecil tersebut) lalu
meninggalkan rumah itu. Ia tidak saja merasa lebih
kuat badannya, tapi keyakinannya kepada Tuhan
dan kepercayaannya pada sesama manusia
menjadi semakin mantap. Sebelumnya ia telah
merasa putus asa dan hendak menyerah pada nasib. Beberapa tahun kemudian gadis itu menderita sakit parah. Para dokter setempat merasa kebingungan sewaktu mendiagnosa penyakitnya. Mereka lalu mengirimnya ke kota besar dan mengundang beberapa dokter ahli untuk mempelajari penyakit langka si pasien. Dokter Howard Kelly akhirnya dipanggil ke ruang konsultasi untuk dimintai pendapat. Ketika mendengar nama kota asal si pasien, terlihat pancaran aneh di mata Dokter Kelly. Ia segera bangkit lalu berjalan di lorong rumah sakit
dengan berpakaian dokter untuk menemui si pasien. Dokter Kelly segera mengenali wanita sakit
itu. Ia lalu kembali ke ruang konsultasi dengan tekad untuk menyelamatkan nyawanya. Sejak hari itu Dokter Kelly memberikan perhatian khusus pada kasus si pasien.
Setelah dirawat cukup lama, akhirnya si pasien bisa disembuhkan. Dokter Kelly meminta kepada bagian keuangan agar tagihan rumah sakit diajukan kepadanya dahulu untuk disetujui sebelum diserahkan kepada pasien. Nota tagihan pun kemudian dikirimkan ke kantor Dokter Kelly. Ia mengamati sejenak lalu menuliskan sesuatu dipinggirnya. Tagihan tersebut kemudian dikirimkan ke kamar pasien. Si pasien takut membuka amplop karena yakin bahwa untuk dapat melunasinya ia harus menghabiskan sisa umurnya. Akhirnya, tagihan itu dibuka dan pandangannya segera tertuju pada tulisan di pinggir tagihan itu Telah dibayar lunas dengan segelas susu. tertanda
Dr Howard Kelly.
Air mata bahagia membanjiri mata si pasien. Ia
berkata dalam hati, Terima kasih Tuhan, cinta-Mu
telah tersebar luas lewat hati dan tangan manusia
merasa sangat lapar, tapi dia hanya mempunyai
uang satu sen. Ia memutuskan untuk minta makan
di rumah berikutnya, namun segera kehilangan
keberaniannya ketika seorang gadis cantik telah membukakan pintu. Sebagai Gantinya ia minta air.
Gadis itu melihat bahwa si anak kecil tersebut
tampak kelaparan, ia lalu membawakannya segelas besar susu. Anak itu pun meminumnya perlahan- lahan.
"Berapa harus keubayar segelas susu ini?" kata
anak itu.
"Kau tidak harus membayar apa-apa," jawab si
gadis.
"Ibu melarangku menerima pembayaran atas
kebaikan yang ku lakukan."
"Bila demikian, kuucapkan terima kasih banyak dari lubuk hatiku."
Howard Kelly (nama si anak kecil tersebut) lalu
meninggalkan rumah itu. Ia tidak saja merasa lebih
kuat badannya, tapi keyakinannya kepada Tuhan
dan kepercayaannya pada sesama manusia
menjadi semakin mantap. Sebelumnya ia telah
merasa putus asa dan hendak menyerah pada nasib. Beberapa tahun kemudian gadis itu menderita sakit parah. Para dokter setempat merasa kebingungan sewaktu mendiagnosa penyakitnya. Mereka lalu mengirimnya ke kota besar dan mengundang beberapa dokter ahli untuk mempelajari penyakit langka si pasien. Dokter Howard Kelly akhirnya dipanggil ke ruang konsultasi untuk dimintai pendapat. Ketika mendengar nama kota asal si pasien, terlihat pancaran aneh di mata Dokter Kelly. Ia segera bangkit lalu berjalan di lorong rumah sakit
dengan berpakaian dokter untuk menemui si pasien. Dokter Kelly segera mengenali wanita sakit
itu. Ia lalu kembali ke ruang konsultasi dengan tekad untuk menyelamatkan nyawanya. Sejak hari itu Dokter Kelly memberikan perhatian khusus pada kasus si pasien.
Setelah dirawat cukup lama, akhirnya si pasien bisa disembuhkan. Dokter Kelly meminta kepada bagian keuangan agar tagihan rumah sakit diajukan kepadanya dahulu untuk disetujui sebelum diserahkan kepada pasien. Nota tagihan pun kemudian dikirimkan ke kantor Dokter Kelly. Ia mengamati sejenak lalu menuliskan sesuatu dipinggirnya. Tagihan tersebut kemudian dikirimkan ke kamar pasien. Si pasien takut membuka amplop karena yakin bahwa untuk dapat melunasinya ia harus menghabiskan sisa umurnya. Akhirnya, tagihan itu dibuka dan pandangannya segera tertuju pada tulisan di pinggir tagihan itu Telah dibayar lunas dengan segelas susu. tertanda
Dr Howard Kelly.
Air mata bahagia membanjiri mata si pasien. Ia
berkata dalam hati, Terima kasih Tuhan, cinta-Mu
telah tersebar luas lewat hati dan tangan manusia
merasa sangat lapar, tapi dia hanya mempunyai
uang satu sen. Ia memutuskan untuk minta makan
di rumah berikutnya, namun segera kehilangan
keberaniannya ketika seorang gadis cantik telah membukakan pintu. Sebagai Gantinya ia minta air.
Gadis itu melihat bahwa si anak kecil tersebut
tampak kelaparan, ia lalu membawakannya segelas besar susu. Anak itu pun meminumnya perlahan- lahan.
"Berapa harus keubayar segelas susu ini?" kata
anak itu.
"Kau tidak harus membayar apa-apa," jawab si
gadis.
"Ibu melarangku menerima pembayaran atas
kebaikan yang ku lakukan."
"Bila demikian, kuucapkan terima kasih banyak dari lubuk hatiku."
Howard Kelly (nama si anak kecil tersebut) lalu
meninggalkan rumah itu. Ia tidak saja merasa lebih
kuat badannya, tapi keyakinannya kepada Tuhan
dan kepercayaannya pada sesama manusia
menjadi semakin mantap. Sebelumnya ia telah
merasa putus asa dan hendak menyerah pada nasib. Beberapa tahun kemudian gadis itu menderita sakit parah. Para dokter setempat merasa kebingungan sewaktu mendiagnosa penyakitnya. Mereka lalu mengirimnya ke kota besar dan mengundang beberapa dokter ahli untuk mempelajari penyakit langka si pasien. Dokter Howard Kelly akhirnya dipanggil ke ruang konsultasi untuk dimintai pendapat. Ketika mendengar nama kota asal si pasien, terlihat pancaran aneh di mata Dokter Kelly. Ia segera bangkit lalu berjalan di lorong rumah sakit
dengan berpakaian dokter untuk menemui si pasien. Dokter Kelly segera mengenali wanita sakit
itu. Ia lalu kembali ke ruang konsultasi dengan tekad untuk menyelamatkan nyawanya. Sejak hari itu Dokter Kelly memberikan perhatian khusus pada kasus si pasien.
Setelah dirawat cukup lama, akhirnya si pasien bisa disembuhkan. Dokter Kelly meminta kepada bagian keuangan agar tagihan rumah sakit diajukan kepadanya dahulu untuk disetujui sebelum diserahkan kepada pasien. Nota tagihan pun kemudian dikirimkan ke kantor Dokter Kelly. Ia mengamati sejenak lalu menuliskan sesuatu dipinggirnya. Tagihan tersebut kemudian dikirimkan ke kamar pasien. Si pasien takut membuka amplop karena yakin bahwa untuk dapat melunasinya ia harus menghabiskan sisa umurnya. Akhirnya, tagihan itu dibuka dan pandangannya segera tertuju pada tulisan di pinggir tagihan itu Telah dibayar lunas dengan segelas susu. tertanda
Dr Howard Kelly.
Air mata bahagia membanjiri mata si pasien. Ia
berkata dalam hati, Terima kasih Tuhan, cinta-Mu
telah tersebar luas lewat hati dan tangan manusia
Jakarta, gerimis masih turun. Saya pacu motor
dengan cepat dari kantor disekitar Blok-M menuju
rumah di Cimanggis-Depok. Kerja penuh seharian
membuat saya amat lelah hingga di sekitar daerah
Cijantung mata saya sudah benar-benar tidak bisa dibuka lagi. Saya kehilangan konsentrasi dan
membuat saya menghentikan motor dan melepas
kepenatan di sebuah shelter bis di seberang Mal
Cijantung. Saya lihat jam sudah menunjukan pukul
10.25 malam. Keadaan jalan sudah lumayan sepi. Saya telpon isteri saya kalau saya mungkin agak terlambat dan saya katakan alasan saya berhenti sejenak.
Setelah saya selesai menelpon baru saya
menyadari kalau disebelah saya ada seorang ibu
muda memeluk seorang anak lelaki kecil berusia
sekitar 2 tahun. Tampak jelas sekali mereka
kedinginan. Saya terus memperhatikannya dan
tanpa terasa airmata saya berlinang dan teringat anak saya (Naufal) yang baru berusia 14 bulan.
Pikiran saya terbawa dan berandai-andai,
“Bagaimana jadinya jika yang berada disitu adalah
isteri dan anak saya?” Tanpa berlama-lama saya dekati mereka dan saya berusaha menyapanya. ” Ibu,ibu,kalau mau ibu boleh ambil jaket saya, mungkin sedikit kotor tapi masih kering. Paling tidak anak ibu tidak kedinginan” Saya segera membuka raincoat dan jaket saya, dan langsung saya berikan jaket saya. Tanpa bicara, ibu tersebut tidak menolak dan langsung meraih jaket saya.
Pada saat itu saya baru sadar bahwa anak lelakinya benar-benar kedinginan dan giginya bergemeletuk. “Tunggu sebentar disini bu!” pinta saya. Saya lari ke tukang jamu yang tidak jauh dari shelter itu dan saya meminta air putih hangat padanya. Dan alhamdulillah, saya justeru mendapatkan teh manis hangat dari tukang jamu tersebut dan segera saya kembali memberikannya kepada ibu tersebut. “Ini bu,.. kasih ke anak ibu!” selanjutnya mereka meminumnya berdua. Saya tunggu sejenak sampai mereka selesai. Saya
hanya diam memandangi lalu lalang kendaraan
yang lewat “Bapak, terima kasih banyak, mau
menolong saya” sesaat kemudian ibu tersebut
membuka percakapan. Ah, tidak apa-apa,
ngomong-ngomong ibu pulang kemana? Tanya saya Saya tinggal di daerah Bintaro tapi…(dia
menghentikan bicaranya), Bapak pulang bekerja ?
dia balas bertanya. “Ya” jawab saya singkat. “Kenapa sampai larut malam pak, memangnya
anak isteri bapak tidak menunggu? Tanyanya lagi.
Saya diam sejenak karena agak terkejut dengan
pertanyaannya. “Terus terang bu, sebenarnya selama ini saya merasa bersalah karena terlalu sering meninggalkan mereka berdua. Tapi mau bilang apa, masa depan mereka adalah bagian dari
tanggung jawab saya. Saya hanya berharap
semoga Allah terus menjaga mereka ketika saya pergi.” Mendengar jawaban saya si ibu terisak,
saya jadi serba salah. “Bu, maafkan saya kalau
saya salah omong. Pak kalau boleh saya minta uang seratus ribu, kalau bapak berkenan? Pintanya dengan sedih dan sopan. Airmatanya berlinang sambil mengencangkan pelukan ke anak lelakinya.
Karena perasaan bersalah, saya segera keluarkan
uang limapuluh-ribuan 2 lembar dan saya berikan
padanya. Dia berusaha meraih dan ingin mencium
tangan saya, tetapi cepat-cepat saya lepaskan. “ya
sudah, ibu ambil saja, tidak usah dipikirkan!” saya
berusaha menjelaskannya. “Pak kalau jas hujannya saya pakai bagaimana? Badan saya juga benar- benar kedinginan dan kasihan anak saya” kembali ibu tersebut bertanya dan sekarang membuat saya heran. Saya bingung untuk menjawabnya dan juga ragu memberikannya. Pikiran saya mulai bertanya- tanya, Apakah ibu ini berusaha memeras saya dengan apa yang ditampilkannya di hadapan saya? tapi saya entah mengapa saya benar-benar harus meng-ikhlas- kannya. Maka saya berikan raincoat saya dan kali ini saya hanya tersenyum tidak berkata sepatahpun. Tiba tiba anaknya menangis dan semakin lama semakin kencang. Ibu tersebut sangat berusaha menghiburnya dan saya benar-benar bingung sekarang harus berbuat apa? Saya keluarkan handphone saya dan saya pinjamkan pada anak tersebut. Dia sedikit terhibur dengan handphone tersebut, mungkin karena lampunya yang menyala. Saya biarkan ibu tersebut menghibur anaknya memainkan handphone saya. Sementara itu saya berjalan agak menjauh dari mereka. Badan dan pikiran yang sudah lelah membuat saya benar- benar kembali tidak dapat berkonsentrasi. Mungkin sekitar 10 menit saya hanya diam di shelter tersebut memandangi lalu lalang kendaraan. Kemudian saya putuskan untuk segera pulang dan meninggalkan ibu dan anaknya tersebut. Saya ambil helm dan saya nyalakan motor, saya pamit dan memohon maaf kalau tidak bisa menemaninya. Saya jelaskan kalau isteri dan anak saya sudah menunggu dirumah. Ibu itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada saya. Dia meminta no telpon rumah saya dan saya tidak menjawabnya, saya benar-benar lelah sekali dan saya berikan saja kartu nama saya.
Sesaat kemudian saya lanjutkan perjalanan saya. Saya hanya diam dan konsentrasi pada jalan yang
saya lalui. Udara benar-benar terasa dingin apalagi
saat itu saya tidak lagi mengenakan jaket dan
raincoat ditambah gerimis kecil sepanjang jalan.
Dan ketika sampai di depan garasi dan saya ingin
menelpon memberitahukan ke isteri saya kalau saya sudah di depan rumah saya baru sadar kalau
handphone saya tertinggal dan masih berada di
tangan anak tadi. Saya benar-benar kesal dengan
kebodohan saya. Sampai di dalam rumah saya
berusaha menghubungi nomor handphone saya tapi hanya terdengar nada handphone dimatikan. “Gila.Saya benar-benar goblok, tidak lebih dari 30
menit saya kehilangan handphone dan semua
didalamnya” dengan suara tinggi, saya katakan itu
kepada isteri saya dan dia agak tekejut mendengarnya. Selanjutnya saya ceritakan
pengalaman saya kepadanya. Isteri saya berusaha menghibur saya dan mengajak saya agar meng-
ikhlaskan semuanya. “Mungkin Allah memang
menggariskan jalan seperti ini. Sudahlah sana
mandi dan shalat dulu, kalau perlu tambah shalat
shunah-nya biar bisa lebih ikhlas” dia menjelaskan.
Saya segera melakukannya dan tidur. Keesokan paginya saya terpaksa berangkat kerja
membawa mobil padahal hal ini, tidak terlalu saya
suka. Saya selalu merasa banyak waktu terbuang
jika bekerja membawa mobil ketimbang naik motor
yang bisa lebih cepat mengatasi kemacetan.
Kalaupun saya bawa motor saya khawatir hujan karena kebetulan saya tidak ada cadangan jaket
dan raincoat juga sudah saya berikan kepada ibu
dan anak tadi malam. Setelah mengantar isteri
yang kerja di salah satu bank swasta di sekitar
depok saya langsung menuju kantor tetapi pikiran
saya terus melanglang buana terhadap kejadian tadi malam. Saya belum benar-benar meng-
ikhlaskan kejadian tadi malam bahkan sesekali
saya mengumpat dan mencaci ibu dan anak
tersebut didalam hati karena telah menipu saya.
Sampai di kantor, saya kaget melihat sebuah
bungkusan besar diselimuti kertas kado dan pita
berada di atas meja kerja saya. Saya tanya ke
office boy, siapa yang mengantar barang tersebut.
Dia hanya menjawab dengan tersenyum kalau yang mengantar adalah supirnya ibu yang tadi malam, katanya bapak kenal dengannya setelah pertemuan semalam bahkan dia menambahkan kelihatannya dari orang berada karena mobilnya mercy yang bagus. “Bapak selingkuh ya, pagi-pagi sudah dapat hadiah dari perempuan? tanyanya sedikit bercanda kepada saya. Saya hanya tersenyum dan saya menanyakan apakah dia ingat plat nomor mobil orang tersebut, office boy tersebut hanya menggelengkan kepala.. Segera saya buka kotak tersebut dan “Ya Allah, semua milik saya kembali. Jaket, raincoat,handphone, kartu nama dan uangnya. Yang membuat saya terkejut adalah uang yang dikembalikan sebesar 2 juta rupiah jauh melebihi uang yang saya berikan kepadanya. Dan juga selembar kertas yang tertulis ; ” Pak, terima kasih banyak atas pertolongannya tadi malam. Ini saya kembalikan semua yang saya pinjam dan maafkan jika saya tidak sopan. Kemarin saya sudah tidak tahan dan mencoba lari dari rumah setelah saya bertengkar hebat dengan suami saya karena beliau sering terlambat pulang ke rumah dengan alasan pekerjaan. Bodohnya, dompet saya hilang setelah saya berjalan-jalan dengan anak saya di Mall Cijantung. Sebenarnya saya semalam ingin melanjutkan perjalanan ke rumah kakak saya di Depok, tetapi saya jadi bingung karena tidak ada lagi uang untuk ongkos makanya saya hanya berdiam di hate bis itu. Setelah saya bertemu dan melihat bapak tadi malam, saya baru menyadari bahwa apa yang suami saya lakukan adalah demi cinta dan masa depan isteri dan anaknya juga. Salam dari suami saya untuk bapak. Salam juga dari kami sekeluarga untuk anak-isteri bapak di rumah. Suami saya berharap, biarlah bapak tidak
mengetahui identitas kami dan biarlah menjadi
pelajaran kami berdua . Oh ya, maaf handphone
bapak terbawa dan saya juga lupa mengembalikannya tadi malam karena saya sedang larut dalam kesedihan. Terima kasih. Segera saya telpon isteri saya dan saya ceritakan
semua yang ada dihadapan saya. Isteri saya
merasa bersyukur dan meminta agar semua
uangnya diserahkan saja ke mesjid terdekat
sebagai amal ibadah keluarga tersebut
sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati” Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya.
Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa dan dia mencuri sebungkus roti karena
tidak tahan menahan godaan uuntuk memakannya,
namun malang dia tertangkap. Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi. Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia
menangis meratapi anak yang dikasihinya dan
berdoa berlutut kepada Tuhan “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya”. Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan, tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman. Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah. Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan dan dalam
mimpinya dia bertemu dengan Tuhan.
Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2 manyaksikan hukuman tersebut. Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya. Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya. Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada.
Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali
lonceng itu mengalir darah. Darah itu berasal dari
atas tempat di mana lonceng itu diikat. Dengan jantung berdebar2 seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah. Tahukah anda apa yang terjadi? Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu
tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan dan menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng dan memeluk besi dalam lonceng untuk
menghindari hukuman pancung anaknya. Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu utk
anaknya. Betapapun jahat si anak, ia tetap mengasihi sepenuh hidupnya.
Setiap hari burung datang untuk bertemu dengan
mawar putih…
Akhirnya mawar putih berkata,”aku akan
mencintaimu, jika kamu dapat merubahku menjadi
mawar merah !”
Suatu hari burung datang kembali, dia memotong
sayap-sayapnya dan menebarkan darahnya kepada mawar putih, hingga mawar putih berubah menjadi merah. Akhirnya mawar putih sadar, seberapa besarnya si burung mencintai dirinya, tetapi semuanya sudah terlambat, karena burung tak akan kembali lagi ke dunia. Dia pergi untuk selama-lamanya, mawar putih pun menyesal, walau penyesalan itu tak berarti lagi… Yang pergi tak mungkin kembali lagi…
dua lelaki yang dapat menyelamatkan diri dan
berenang ke pulau kecil yang gersang. Dua orang
yang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan
kecuali berdoa. Untuk mengetahui doa siapakah
yang paling dikabulkan, mereka sepakat pergi ke daerah berasingan dan mereka tinggal berjauhan.
Doa pertama, mereka memohon diturunkan
makanan. Esok harinya, lelaki pertama melihat
sebuah pohon penuh buah-buahan tumbuh di sisi
tempat tinggalnya. Sedangkan di daerah tempat
tinggal lelaki yang lainnya tetap kosong. Seminggu kemudian. Lelaki pertama merasa kesepian dan memutuskan berdoa agar diberikan isteri, keesokan harinya, ada kapal karam dan satu-
satunya penumpang yang selamat adalah seorang
wanita yang terdampar di sisi pulau tepat lelaki pertama tinggal. Sedangkan di sisi tempat tinggal lelaki ke dua tetap saja tidak ada apa-apa. Segera saja, lelaki pertama ini berdoa memohon rumah, pakaian dan makanan. Keesokan harinya, seperti keajaiban, semua yang diminta hadir untuknya. Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya, lelaki pertama ini berdoa meminta kapal agar ia dan isterinya dapat meninggalkan pulau itu.
Pada siang hari mereka menemui kapal tertambat di sisi pantainya. Segera saja lelaki pertama dan
isterinya naik ke atas kapal dan siap-siap berlayar
meninggalkan pulau itu. Ia pun memutuskan
meninggalkan lelaki kedua yang tinggal di sisi lain
pulau. Menurutnya lelaki kedua itu tidak pantas menerima keajaiban tersebut kerana doa-doanya tak pernah terkabulkan. Saat kapal siap berangkat, lelaki pertama mendengar suara dari langit, “Hai. Mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang ada di sisi lain pulau ini?”
“Berkatku hanyalah milikku sendiri, hanya kerana doakulah yang dikabulkan,” jawab lelaki pertama.
“Doa temanku itu tak satupun dikabulkan. Maka ia
tak pantas mendapatkan apa-apa,” tambah laki laki itu.
“Kau salah!” suara itu bertempik. “Tahukah kau bahwa rakanmu itu hanya memiliki
satu doa. Dan semua doanya terkabulkan. Bila
tidak, maka kau takkan mendapatkan apa-apa.”
Lelaki pertama bertanya, “Doa macam apa yang dia panjatkan sehingga aku harus berhutang atas
semua ini padanya?”
“Dia berdoa agar semua doamu dikabulkan”
dua lelaki yang dapat menyelamatkan diri dan
berenang ke pulau kecil yang gersang. Dua orang
yang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan
kecuali berdoa. Untuk mengetahui doa siapakah
yang paling dikabulkan, mereka sepakat pergi ke daerah berasingan dan mereka tinggal berjauhan.
Doa pertama, mereka memohon diturunkan
makanan. Esok harinya, lelaki pertama melihat
sebuah pohon penuh buah-buahan tumbuh di sisi
tempat tinggalnya. Sedangkan di daerah tempat
tinggal lelaki yang lainnya tetap kosong. Seminggu kemudian. Lelaki pertama merasa kesepian dan memutuskan berdoa agar diberikan isteri, keesokan harinya, ada kapal karam dan satu-
satunya penumpang yang selamat adalah seorang
wanita yang terdampar di sisi pulau tepat lelaki pertama tinggal. Sedangkan di sisi tempat tinggal lelaki ke dua tetap saja tidak ada apa-apa. Segera saja, lelaki pertama ini berdoa memohon rumah, pakaian dan makanan. Keesokan harinya, seperti keajaiban, semua yang diminta hadir untuknya. Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya, lelaki pertama ini berdoa meminta kapal agar ia dan isterinya dapat meninggalkan pulau itu.
Pada siang hari mereka menemui kapal tertambat di sisi pantainya. Segera saja lelaki pertama dan
isterinya naik ke atas kapal dan siap-siap berlayar
meninggalkan pulau itu. Ia pun memutuskan
meninggalkan lelaki kedua yang tinggal di sisi lain
pulau. Menurutnya lelaki kedua itu tidak pantas menerima keajaiban tersebut kerana doa-doanya tak pernah terkabulkan. Saat kapal siap berangkat, lelaki pertama mendengar suara dari langit, “Hai. Mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang ada di sisi lain pulau ini?”
“Berkatku hanyalah milikku sendiri, hanya kerana doakulah yang dikabulkan,” jawab lelaki pertama.
“Doa temanku itu tak satupun dikabulkan. Maka ia
tak pantas mendapatkan apa-apa,” tambah laki laki itu.
“Kau salah!” suara itu bertempik. “Tahukah kau bahwa rakanmu itu hanya memiliki
satu doa. Dan semua doanya terkabulkan. Bila
tidak, maka kau takkan mendapatkan apa-apa.”
Lelaki pertama bertanya, “Doa macam apa yang dia panjatkan sehingga aku harus berhutang atas
semua ini padanya?”
“Dia berdoa agar semua doamu dikabulkan”
meleleh. Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka.
Yang pertama berkata: “Aku adalah Damai.” “Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!”
Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.
Yang kedua berkata: “Aku adalah Iman.” “Sayang
aku tak berguna lagi.” “Manusia tak mau
mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin
memadamkannya.
Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara:”Aku adalah
Cinta” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.”
“Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.” “Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.
Tanpa terduga… Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!” Lalu ia mengangis tersedu-sedu. Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata: Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya: ” Akulah H A R A P A N “ Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga lilin lainnya.
membeli buku dan sekantong kue di toko bandara
lalu menemukan tempat untuk duduk. Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang baru saja dibelinya.
Dalam keasyikannya tersebut ia melihat lelaki
disebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka. Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si Pencuri Kue yang Pemberani menghabiskan persediaannya. Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itupun sempat berpikir kalau aku bukan orang baik, sudah kutonjok dia!
Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki juga mengambil satu. Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua . Si lelaki menawarkan separo miliknya, sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir, ya ampun orang ini berani sekali, dan ia juga kasar,
malah ia tidak kelihatan berterima kasih. Belum pernah rasanya ia begitu kesal.
Ia menghela napas lega saat penerbangannya
diumumkan. Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. Menolak untuk menoleh pada si “Pencuri tak tahu terima kasih!”. Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hamper selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas dengan kaget. Di situ ada kantong kuenya, didepan matanya. Lho kok kueku masih ada di sini, erangnya dengan patah hati. Jadi kue tadi memang adalah milik lelaki itu dan ia mencoba berbagi dengannya. Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih.
Bahwa sesungguhnya dialahyang kasar, tak tahu
terima kasih dan dialah pencuri kue itu.
Seperti dalam hidup kita ini, kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri. Serta tak jarang kita berprasangka buruk. Orang lainlah yang kasar, orang lainlah yang tak
tahu diri, orang lainlahyang jahat, orang lainlah yang sombong, orang lainlah yang salah. Padahal kita sendiri yang mencuri kue tadi, padahal kita sendiri yang salah, tapi kita tidak tahu/tidak menyadarinya
Begitupun juga pada saat Lira berusia 17 tahun,
tidak ada ucapan kalimat “Selamat ulang tahun”
yang keluar dari mulut ayahnya. Dan semua hal
tersebut membuat Lira semakin membenci ayahnya. Karena sosok ayah yang ada dalam dirinya, adalah sosok seorang ayah yang pemarah dan juga tidak pernah memperhatikan dirinya.
Hingga akhirnya, Lira pun memberontak dan tidak
pernah satu haripun ia lalui hari tanpa bertengkar
dengan ayahnya.
Beberapa hari setelah ulang tahunnya yang ke-17,
ayahnya meninggal dunia. Akibat penyakit kanker
yang tidak pernah beliau katakan kepada siapapun, kecuali pada istrinya. Walaupun merasa sedih dan kehilangan, tetapi di dalam diri Lira masih tersimpan rasa benci terhadap ayahnya. Hingga sampai suatu hari ketika Lira membantu ibunya membereskan barang-barang peninggalan
almarhum ayahnya, ia menemukan sebuah
bingkisan yang dibungkus dengan rapi, dan di
atasnya tertulis, ‘Untuk anakku tersayang’. Dengan hati-hati, diambilnya bingkisan tersebut, dan Lira pun mulai membukanya. Di dalam bingkisan tersebut, terdapat sebuah jam tangan serta sebuah buku lama yang ia inginkan. Selain kedua benda itu, terdapat sebuah kartu ucapan berwarna merah muda yang merupakan warna kesukaan Lira.
Perlahan ia membuka kartu ucapan tersebut, dan mulai membaca tulisan yang ada disana. “Ya Tuhan, terima kasih karena Engkau telah mempercayai diriku yang rendah ini untuk memperoleh karunia tersebut dalam hidupku. Ku mohon ya Tuhan, jadikan buah kasih hamba ini menjadi orang yang berarti bagi sesama dan juga bagiMu. Janganlah kau berikan jalan yang lurus dan luas membentang baginya, tetapi berikan pula jalan yang penuh liku dan duri, agar dia dapat meresapi kehidupan yang seutuhnya. Sekali lagi ku mohon ya Tuhan, sertailah anakku dalam setiap langkah yang ia tempuh, jadikan ia sesuai dengan kehendakmu. Selamat ulang tahun anakku, doa ayah selalu menyertaimu”.
Tulisan dalam kartu itu membuat air mata Lira tak
terbendung lagi. Ibunya menghampiri dan
menanyakan apa yang telah terjadi. Dalam pelukan
ibunya, Lira pun menceritakan tentang isi dan
tulisan yang terdapat dalam bingkisan peninggalan
ayahnya itu. Sang ibu, lalu menceritakan bahwa ayahnya memang sengaja merahasiakan penyakit yang diderita sejak lama. Dan sengaja mendidikmu
dengan keras, agar kamu kelak menjadi sosok
wanita yang kuat dan tegar.
keras sepanjang hari, membereskan rumah tanpa
pembantu. Baru jam tujuh malam ibu selesai menghidangkan makan malam utk ayah. Makanan
yang dihidangkan sangat sederhana, hanya berupa telur mata sapi, tempe goreng, sambal teri dan nasi. Sayangnya karena mengurusi adik yang merengek, tempe dan telur gorengnya sedikit gosong. Saya melihat ibu sedikit panik, tapi tidak bisa berbuat banyak, minyak gorengnya sudah habis. Kami menunggu dengan tegang apa reaksi ayah yang pulang kerja pasti sudah capek, melihat
makan malamnya hanya tempe dan telur gosong.
Luar biasa! Ayah dengan tenang menikmati dan
memakan semua yang disiapkan ibu dengan
tersenyum, dan bahkan berkata, "Bu, terima kasih
ya!". Lalu ayah terus menanyakan kegiatan saya dan adik di sekolah. Selesai makan, masih di meja makan, saya mendengar ibu meminta maaf karena telur dan tempe yang gosong itu. Satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang ayah katakan: "Bu, aku suka telur dan tempe yang
gosong."
Sebelum tidur, saya pergi utk memberikan ciuman
selamat tidur kepada ayah. Saya bertanya apakah
ayah benar-benar menyukai telur dan tempe gosong? Ayah memeluk saya erat dengan kedua lengannya dan berkata, "Anakku, ibu sudah bekerja keras sepanjang hari dan dia benar-benar sudah capek. Jadi sepotong telur dan tempe yang gosong tidak akan menyakiti siapa pun."