BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Sepanjang Hidupku

1353638404164

Comments

  • bang cerita mu sedih mulu deh knp sih gak bikin yg happy happy
  • Junior high schooler but with great achievement... TTU.
  • lanjuuut mang.. *gaya sugih ngomong ke ary*
  • #12


    :::::::Kami Bukan Penyair!:::::::


    Bogor, Januari-Juli 2001
    (Kelas 3 SMP)


    "Jadi, untuk mencari panjang garis singgung yang ini bisa dihitung dengan menggunakan rumus Phytagoras yang udah gue bilangin tadi!" Kataku memberi penjelasan kepada Ary membantu kesulitannya dalam mengerjakan PR Matematika.

    Ary manggut-manggut mengerti, "Duh, bikin mumet. Angel tenan!"

    "Walah Ry, gue enggak ngerti bahasa lu. Jangan ngomong Jawa atuh!" Pintaku padanya.

    Ary menggoyang-goyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, "Kalau kata orang Bogor Gie, maksud ucapan gue tadi adalah 'asa rarieut sirah!' Kepala gue nih, pusing banget rasanya!" Ary berkelakar.

    "Lu kan pintar Ry, masak kaya gitu aja pusing?" Godaku mengurut-urut keningnya.

    "Ah, enak Gie. Terus! Terus! Ya, sebelah situ! Mantap Gie!" Ary memejamkan matanya berceracau.

    PLAK!

    Kutepuk jidatnya membuatnya sangat terkejut, "Jahat lu! Sakit tahu!" Sambarnya sedikit kesal.

    "Hihihi... Enak ya dipijitin? Barusan gue baca mantra supaya elu bisa fokus sama PR lu itu!" Aku tertawa cekikikan.

    "Mantra apaan yang lu baca? Palingan mantra lemah syahwat kan?" Cibirnya cengengesan.

    "Lemah syahwat tuh apaan sih, Ry?" Mataku membulat besar.

    "Anak kecil mending gak usah dikasih tahu!" Ary kembali fokus melanjutkan PR-nya.

    "Yah, Ary! Gue kan belum ngerti lemah syahwat itu apaan? Orang yang lemah syahwat itu orang yang doyan pingsan ya? Berarti si Tessa yang pernah nembak gue dulu itu lemah syahwat donk? Kan dia sering pingsan tiap upacara bendera!" Celotehku panjang-lebar memberondonginya dengan pertanyaan.

    Ary menggeleng-geleng kepala lalu menepuk wajahnya dengan telapak tangannya, "Aduh! Lu emang belum tahu, apa pura-pura gak tahu?"

    "Emang gue belum tahu!" Kataku polos.

    "Heeeeeuuh... Lu bikin gue gemas!" Ary mencubit pipiku.

    Kusentuh bekas cubitannya. Belum pernah Ary menyentuh wajahku seperti ini. Biasanya ia hanya menyentuh daguku di saat aku tak berani menatapnya. Rasanya benar-benar hangat. Aku tersenyum-senyum sendiri.

    "Fuah, akhirnya rampung juga!" Ary menggeliatkan tubuhnya.

    "Coba periksa! Ada yang salah gak?" Disodorkannya buku tugasnya padaku.

    Kuamati dengan teliti satu-persatu, "Wah, hebat! Anak Papa sekarang sudah pintar!" Kubalas cubitan Ary di kedua pipinya.

    "Eeeh... Sejak kapan lu kawin sama nyokap gua?" Protes Ary sebal.

    "Sejak Papa lu kawin sama ayam tetangga!" Gurauku usil.

    "Huh, dasar! Garing lu, gak lucu tahu!" Gerutu Ary sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

    Ternyata sejak tadi siang Ary sudah menitipkan tas dan pakaiannya kepada mama saat aku tidak ada di rumah.

    "Nih, buat lu!" Ary menyodorkan sebuah album biru berukuran besar.

    Kami berdua memang sama-sama penyuka warna biru. Terutama biru yang mendekati agak ungu atau semacam navy blue.

    "Apa ini, Ry?" Kubuka halaman pertama album pemberiannya.

    "Lho, gua kira isinya foto. Ternyata puisi?"

    Kuamati satu-persatu halaman demi halaman album puisi tersebut. Wah, isinya benar-benar keren! Tidak hanya puisi yang Ary tuangkan ke dalamnya, tapi juga termasuk lukisan-lukisan yang selama ini pernah kami buat bersama. Lukisan saat kami SD dulu. Ary telah menempelnya ke dalam album tersebut. Selain itu masih ada juga foto-foto Ary selama di Filipina. Pemandangan di Filipina bagus juga, sangat mirip dengan di Indonesia.

    "Lu cepat amat ngebalesin puisi-puisi gue?" Usutku padanya.

    "Sebenarnya selama gua di Filipina, gua juga sering nulis puisi. Enggak setiap hari sih, paling sesempatnya aja!" Kata Ary menjelaskan.

    Ary kemudian membuka buku tebal yang kuberikan padanya tadi siang.

    "Kita baca puisinya, yuk!" Ajak Ary membuka buku kumpulan puisi pemberianku.

    Lalu mulailah ia berdeklamasi, membacakan puisi pertama yang kubuat saat ia pergi.


    "Layang-layang"


    Layang-layangku putus tertiup angin
    Jauh mengudara di angkasa
    Akankah aku dapat menggapainya kembali?
    Namun tanganku tak sampai tuk meraihnya....
    Benang itu terlalu tinggi untuk kucapai

    Bilakah ia akan sampai di tempatmu?
    Harapku hanya satu
    Layang-layang itu jatuh ke tanganmu
    Dan bila kedua matamu tertuju
    Tataplah tulisan di helaian nan tipis itu
    Sebuah pesan yang sengaja ingin kusampaikan padamu
    Bahwa____________________

    Aku akan tetap selalu menjadi sahabatmu!
    Sekarang, esok, dan kapanpun itu. . . . .
    Jangan pernah lupakan aku, meski aku bukan sahabat yang terbaik bagimu!
    Kau bukan sahabat terburukku,
    Bukan pula seorang penipu!
    Aku tak peduli siapa kamu,
    Yang kutahu kau teramat berarti bagiku!

    Memang selama ini aku perlu waktu
    Untuk menelaah siapa sebenarnya aku dan dirimu
    Dan akhirnya aku tahu
    Kita memang ditakdirkan harus bersatu
    Selamanya sahabat selalu!

    Dan bila kaupun menyadari bahwa aku telah keliru
    Apakah kau kan pergi meninggalkanku?
    Mungkin selayaknya begitu
    Tapi aku akan terus menunggu
    Hingga kudapat menghapus rindu

    Layang-layang itu pasti akan kembali terbang tinggi
    Walau harus diterpa hujan dan badai dalam bentangan lazuardi
    Aku takkan pernah peduli
    Pada semua rintangan yang menghalangi
    Karena kuyakin kau adalah sahabatku yang sejati!


    "Wah, wah, keren Gie! Puisi lu bagus banget! Itu tentang kita berdua kan?" Ary tersenyum sumringah.

    Aku mengangguk seraya tersenyum di kulum. Kemudian Ary mengacak halaman, membaca puisiku yang lain yang dianggapnya menarik untuk dibaca.


    "Malamku Tanpamu"


    Malam tanpa bintang
    Adalah malam di mana aku tanpamu di sisiku
    Tanpa cahaya terang yang berkerlip memancarkan keindahan
    Seindah senyuman di paras tampanmu...

    Sunyi...
    Dingin...
    Hening...

    Bulan tak kunjung hadir dari peraduannya
    Angin malam kian menusuk merasuk hingga membekukan lenaku tentangmu
    Dedaunan berguguran menerpa rambutku
    Mengantarkan sebuah pesan bahwa kau tak dapat hadir menemuiku

    Riak air di tepi telaga membisikkan sebuah cerita tentang kita berdua
    Menghanyutkanku ke dalam sebuah kenangan yang telah kita jalani bersama

    Sahabat,
    Aku duduk di sini menantimu
    Berharap kau kan datang menceritakan semua kisah tentangmu
    Dan...
    Seperti biasa, aku akan selalu mendengarkanmu dengan setia

    Ku tak ingin waktu terus berlalu meninggalkan & memupuskan kebersamaan kita selama ini...

    Izinkan aku untuk menjaga kekekalan persahabatan kita
    Takkan pernah kukhianati!
    Takkan pernah kuingkari!
    Takkan pernah kunodai!
    Dan...
    Takkan pernah kupungkiri!
    Hingga akhir kumenutup mata!

    Kehadiranmu kan selalu kunanti
    Di bawah kubah maha luas ini aku akan tetap menanti
    Hingga dirimu datang kembali

    Malam kian larut
    Kegelapan semakin pekat menyelimutiku
    Angin terus berhembus mengantarkan kebekuan malam
    Dan menyampaikan pesanku padamu!

    "I'll always be here waiting for You!"


    "Emangnya lu terus nungguin gue, ya?" Ary menatapku lekat.

    Aku hanya menunduk malu. Tapi kemudian Ary merangkul tubuhku hangat dengan sebelah tangannya.

    "Gantian ya Ry, sekarang giliran gue baca puisi punya lu!" Kubuka sebuah halaman pada album biru di tanganku.

    Sebuah halaman yang menampilkan foto Ary saat berlibur ke pantai. Pada bagian bawah kertas tertulis : Cebu, March 1999. Pemandangannya sedikit mirip dengan di Bali.

    "SKATEBOARD"


    Debur ombak memecah buih di lepas pantai
    Semilir angin berhembus
    Mengantarkan lenaku akan bayang-bayang dirimu....

    Ah,
    Mengapa aku terus memikirkanmu
    Mengapa aku selalu diburu oleh imajinasi yang semu

    Kucoret gambaran perasaanku pada secarik kertas
    Kutuangkan ke dalam cerita semua tentang kita
    Kuluapkan semua khayalanku melepas dilema

    Dimensi ini sangatlah luas
    Simfoni ini tak mudah kuretas
    Mengalunkan melodi bernada harmoni

    Aku tahu siapa kamu
    Dan kamu tahu siapa aku
    Kita sama menjadi tokoh dalam sebuah cerita
    Kita sama menjalani sebuah kisah nyata

    Dunia menjadi panggung drama
    Tuhan menjadi sutradara
    Dan kita menjadi pemeran utama

    Tatkala roda kehidupan terus berputar
    Naskah takdir tak pernah menjadi samar
    Dan kita takkan menjadi makhluk yang terdampar
    Di atas segara hijau yang luas menghampar
    Walau hidup kadang terasa hambar

    Inilah perhelatanku kawan!
    Sebuah pergolakan batin yang terus menyeruak
    Membuncah dalam asa hingga napasku kian sesak
    Membuatku tak bisa berhenti berteriak.................................
    ALAMAK,
    SKATEBOARD-KU RUSAAAK!!


    "Waduh, Ry! Sumpah, puisi lu yang ini bikin gua ngakak! Lagian ke pantai bawa skateboard. Orang tuh harusnya bawa surfboard!" Kataku tergelitik.

    "Ye, gua kan kagak bisa surfing, jadinya skateboarding aja. Tahunya sampai sana roda skateboard gua pecah nabrak batu. Rusak deh, skateboard gua!" Keluh Ary grogi.

    Kulanjutkan membaca halaman lain yang kurasa sangat aneh menurutku.


    "Kau Indah"


    Pagi ini bunga bungur bermekaran dengan indahnya
    Membuka kelopaknya bersamaan
    Menambah cantiknya panorama pagi
    Dengan warnanya yang keunguan
    Seperti suasana musim semi di negara Jepang

    Engkau indah...
    Begitu indah, bahkan sangat indah!
    Hingga siapapun ingin memiliki
    Dan mematahkan tangkaimu
    Untuk mereka bawa pulang dan menjadikanmu sebagai penghias semata...
    Tapi tidak denganku!

    Kan kutatap dirimu dari bawah dengan wajah polosku yang amat terpana oleh sejuta pesonamu...
    Kan kupandang elok asrimu dengan binar mataku
    Bahwa aku sungguh mengagumi dirimu...
    Engkau cantik, lebih dari sekadar cantik!
    Itulah gumamku tatkala kau bersemi dengan anggunnya
    Berayun dengan riang tergoyangkan semilir angin

    Jangan pernah gugur meski engkau tumbuh di tepian hutan sekalipun!
    Jangan pernah layu untuk selalu menghibur dan menceriakan hatiku!

    Aku ingin menjadi bagian dari hidupmu...
    Bilakah menjadi tangkaimu?
    Kan kupegang erat dirimu agar tidak jatuh terhembus angin dan hujan nan lebat...
    Mungkinkah menjadi daunmu?
    Kan kulindungi dirimu dari para kumbang dan lebah yang ingin menghisap madumu
    Meski kutahu kau bukanlah bunga yang memiliki jutaan nektar manis layaknya bunga-bunga yang lain...
    Tetapi aku tetap setia, karena bagiku kau bunga teramat istimewa yang pernah kutemui dalam hidupku dan takkan tergantikan!

    Jadikanlah aku batangmu yang selalu berdiri kokoh membawamu melambung tinggi ke birunya lazuardi...
    Pastikan aku sebagai akarmu yang terus menjaga seluruh keutuhanmu meski kasih kita tak pernah sampai...

    Pagi ini benar-benar indah
    Karena kau telah hadir ke dalam hidupku!

    ...with love...
    For my friend


    "Puisi yang ini buat cewek lu, ya?" Godaku padanya.

    "Cewek yang mana, Gie?" Lirik Ary dengan ujung matanya.

    "Lha ini? Cewek Indonesia ya? Cewek Filipina?" Sentilku penasaran.

    "Itu puisi buat lu!" Ucapnya mantap.

    "Haah? Yang benar, Ry? Masak gua disamain sama bunga? Ngaco lu!" Protesku tidak terima.

    "Lu kan cantik!" Godanya mengedipkan sebelah mata.

    Aku merengut, "Gila lu!"

    "Ih Ugie, sensi banget sih?"

    "Biarin!"

    "Gue kan gak kaya cewek!"

    "Tapi lu manis!"

    "Emang!"

    "...." Ary hanya diam.

    Suasana mendadak hening.

    "Itu... Kenangan terakhir kita di Taman Satin!" Ucap Ary pelan.

    "Oowh," aku bergumam.

    "Waktu itu lagi musim kembang bungur mekar kan? Setelah lu pergi, gue nulis puisi itu!" Ungkap Ary mengingat kenangan kami berdua dulu.

    Aku tersenyum kecut. Rasanya saat itu aku benar-benar payah. Mengapa aku tidak berterus-terang saja dan tidak usah lari darinya? Mungkin saat ini kami sudah menjadi sepasang kekasih yang berbahagia.

    "Sekarang giliran gua lagi ya, kayanya puisi yang ini maknanya dalam banget!" Tunjuk Ary pada puisiku yang kubuat pada bulan Juni 1998.


    "Tuhan Aku Ikhlas"

    Tuhan, terima kasih telah menghadirkan mereka ke dalam hidup aku selama ini
    Anugerah yang patut aku syukuri yang selalu menemaniku dalam sepiku
    Memberiku canda tawa, keriangan, bahagia, dan tangis air mata

    Aku akan selalu tegar menjalani kuasa-Mu
    Menerima semua keputusan dan ketentuan-Mu
    Takkan pernah kuingkari
    Karena aku hanya makhluk-Mu yang menempati ragawi
    Dan suatu saat pada-Mu aku pasti kembali

    Terkadang hidup ini sulit dijalani
    Namun aku tak pernah menyerah
    Meski kadang berkeluh-kesah

    Terkadang pula hidup ini sukar dimengerti
    Banyak hal yang terjadi di luar kendali
    Hanya diri-Mu yang Maha Menguasai

    Aku serahkan segala hak insaniku
    Atas segala kehendak yang Engkau beri
    Aku takkan lelah menanti bilamana aku harus pergi

    Takkan kupinta untuk menunda
    Karena Engkau-lah Sang Kuasa
    Semua takdir-Mu aku terima
    Atas kehidupan dunia yang fana

    Dalam rinai hujan yang deras
    Ingin kukatakan bahwa aku telah ikhlas


    "Menohok banget bacanya, Gie! 'Mereka' di sini maksudnya siapa?" Tanya Ary kebingungan.

    "Setelah elu pergi, sahabat yang paling dekat sama gue juga pergi. Sampe sekarang gue kagak tahu, dia ada di mana. Rasanya waktu itu gue sedih banget kehilangan lu sama sahabat gue itu!" Ungkapku sendu.

    Tiba-tiba saja aku jadi teringat kepada Ardhan. "Di mana ya, dia sekarang? Apa dia baik-baik saja?" Gumamku lirih.

    Ary menarik kepalaku untuk bersandar di bahunya. "Tapi sekarang gue udah pulang kan? Lu masih sedih?"

    "Ary, gue sayang banget sama lu! Please, jangan pernah tinggalin gue lagi!" Pintaku mempererat pelukanku di pinggangnya.

    "Kalaupun gue pergi, gue akan selalu ada buat elu!" Tutur Ary menenangkan perasaanku.

    Entah berapa lama aku bersandar di bahunya, tahu-tahu mataku telah terpejam terlelap dalam tidur. Ketika aku terbangun, aku sudah terbaring di atas kasur. Kulihat Ary tertidur pulas di sampingku.

    "Tadi malam Ary membopong tubuhku ke atas kasur? Kuat sekali dia!" Batinku dalam hati.

    Kupeluk tubuhnya erat dan melanjutkan tidur. Kutarik selimut agar menutupi tubuh kami. Ary terbangun antara sadar dan tidak. Ia mengusap punggungku penuh kelembutan. Apakah kami telah menjadi sepasang kekasih? Pikiranku terlena. Detik-detik selanjutnya pikiran itupun sirna tergantikan oleh mimpi indah kemesraan kami berdua.


    ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

    Indah kan kisah cintaku dengan Ary?


  • huuu pagi pagi dah ronantisan gitchu bikin iri aja loh bang
  • jadian gak om?
  • Puisinya bagus
  • [IMG]http://eemoticons.net/Upload/Yoyo and Cici Funny Monkey/224.gif[/IMG] wow...chapter yg bikin melayang ma romantisnya..
    penggemar biru juga ternyata mas...hehe..
  • untuk yang 11 kayaknya tata bahasa di inggris itu yang bener miss dian and i deh bang. bukan i and miss dian.
    gw kira adit special juga gak taunya dia becanda doang.
    antonnya mana bang? kangen gw nih
  • yang 12 sweet banget bang.
    itu udah jadian belom bang. jadi pengen liat abang pas remaja deh.

    tuh bukan gw doang kan yang bilang kalo abang punya aura tersendiri
  • ok banget!

    kisah hidup, tpi apakah dg ary akan pisah atau bersama?

    Emang yg namanya ary itu ganteng , keren, ok plus gede... yeah tapi semua tinggal kenangan!!!.

  • kasih banyak jempol buat cerita ini [IMG]http://eemoticons.net/Upload/Cool Face 2/cute_smiley38.gif[/IMG] [IMG]http://eemoticons.net/Upload/Cool Face 2/cute_smiley38.gif[/IMG] [IMG]http://eemoticons.net/Upload/Cool Face 2/cute_smiley38.gif[/IMG]

    terutama karena ini adalah kisah nyata..
    salut sama ingatannya bang Sugih..
    kalo aku sendiri ingatanku seperti pazzle, agak morat marit..
Sign In or Register to comment.