It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Makasih..
***
****
Berdesir angin yang datang,
Menyulut di ujung senja,
Membawa cerita,
Yang dahulu pernah datang,
Perlahan engkau membelai,
Di wajah yang lembut sayu,
Begitu mesranya,
Engkau datang dan merayu.
Kau bawakan cerita lama,
Yang hanya menggodaku saja,
Namun bila aku menunggu,
Engkau selalu menghilang.
-Deasy Ariesandy
-Yang Pernah Datang
***
PUTRA POV..
**
Apa yang kalian pikirkan saat kalian terbangun dari tidur ternyata kalian berada di tempat yang asing, padahal kalian sangat yakin jika sebelumnya tidur di kamar nyaman kalian?
Pastinya kalian akan sangat bingung dan takut.
Dan itulah yang aku alami. Saat itu aku menggeliat terjaga dari tidur pulasku, namun saat mataku terbuka aku menjadi terbengong-bengong, merasa kebingungan.
Oh God, dimana aku sekarang?
Kemana kamarku, kasur empukku, selimut hangatku?
Kemana semuanya milikku dan di mana aku kini berada?
Beberapa kali aku mengucek mata, namun aku tak salah lihat, di hadapanku adalah sebuah Telaga yang cukup luas, berair bening kebiruan, di selimuti kabut tipis, suasananya sangat hening dan tenang.
Aku sendiri terduduk tak jauh dari Telaga, duduk di atas rumput hijau dan segar, menyender pada sebuah pohon beringin besar nan rindang, semilir angin membelai tubuhku terasa menyejukan.
Mataku berkeliling was-was dan waspada, tampak di kejauhan sebuah sampan mengapung di tengah Telaga, bergoyang-goyang pelan tersapu angin, sampan itu kosong tanpa penghuni.
Di sekeliling telaga terdapat banyak bermacam pepohonan besar maupun kecil, sesekali terdengar kicauan burung dan hewan-hewan lainnya.
Tempat apa inikah sebenarnya? Sejak kapan aku ada disini? Dan siapa yang telah memindahkan aku ke tempat asing ini?
Beribu pertanyaan berkecamuk memenuhi otakku yang di liliti rasa bingung.
Tubuhku bergerak tegak, panik menyergap batinku, mataku kembali berputar mengelilingi tempat asing itu, andai tempat ini bukan tempat asing bagiku yang tiba-tiba mengalami keajaiban berada di sini tanpa tahu kapan ku datang, tak ku pungkiri tempat ini sangat indah dan sejuk, akan sangat bagus jika telaga ini di jadikan tempat menenangkan diri.
Perlahan aku melangkah mendekati sisi Telaga, kepalaku menengadah menatap langit luas nan biru cerah di atas sana menaungi alam raya termasuk menaungi Telaga asing ini, saat mataku menatap kearah telaga air yang sangat bening memantulkan birunya langit dan awan-awan, seakan aku melihat langit di dua sisi, di atas dan di bawah tubuhku.
Ku coba memejam mata mengingat-ingat apa yang terjadi sehingga aku bisa tertidur di tempat ini, namun aku sama sekali tak mengingat apapun, ku hela nafas pasrah.
Entah aku harus kemana sekarang, bahkan aku tak tahu arah mana menuju kembali pulang ke rumah.
Ingin rasanya aku berteriak saking bingungnya.
"Akhirnya kamu datang juga Arya.." Aku hampir meloncat karena terkejut saat tiba-tiba ku dengar sebuah suara, sepertinya suara laki-laki, ah hatiku terlonjak senang, ku pikir tiada orang lain disini, mungkin aku bisa bertanya pada orang itu sebenarnya dimana ini, dan kearah mana menuju kota ku.
Mataku berkeliling mencari-cari sosok orang itu namun tak jua ku temukan.
"Aku di belakang pohon besar di hadapan mu Arya, kesinilah.." Suara itu kembali terdengar, ku tatap sejenak pohon Beringin besar yang berdiri tegak di hadapanku, tanpa membuang waktu aku segera memburu kesana.
Tiba di sana langkahku segera terhenti, mataku terpana dengan apa yang ku lihat, jauh beberapa langkah di depanku sesosok laki-laki berdiri dengan gagahnya, hanya memakai selembar kain putih bagai dewa-dewa jaman Yunani, sosok itu tampan dan tubuhnya terlihat indah, namun begitu putih dan pucat seakan tiada darah dalam tubuhnya, dia tersenyum manis padaku.
"Kesinilah Arya, aku begitu lama menunggumu, aku rindu padamu.." Sosok indah itu kembali bersuara, meniupkan kemerduan suaranya dengan kalimat-kalimat syahdu mendayu, kedua tangannya merentang menyambutku, seperti terhipnotis aku maju mendekatinya, mataku tak berpaling menatap sosok bak dewa Amor di hadapanku.
"Aku Putra bukan Arya, kamu siapa?" Setengah kesadaranku masih berpungsi, sedikit ragu aku bertanya padanya.
Mendengar pertanyaanku sosok itu terlihat seperti kaget, dan lalu murung.
"Kau tak mengenalku Arya? Kau lupa janji kita?" Bibirnya bergetar saat dia kembali bersuara, ku lihat dadanya bergerak lebih cepat, kedua tangannya mengepal kuat.
Ada apa lagi ini? Kenapa orang ini?
"Tolong jawab dimana ini, bisakah kau tunjukan jalan pulang, aku tersesat di sini.." Aku kembali bertanya padanya dengan tatapan memohon pertolongan, berharap orang ini mau membantuku, tapi yang ku dapat orang itu tiba-tiba menatapku tajam, wajahnya semakin memucat, sehingga terlihat mengerikan bagiku, ada kemarahan di sana, oh God kenapa lagi orang ini.
"Ini tempat kita Arya, di sini dulu janji kita ikrarkan, betapa mudahnya kau lupakan itu, kau jahat Arya.." Sosok tampan itu tiba-tiba membentak marah padaku, dan aku sama sekali tak mengerti maksud dari kata-katanya itu.
Sebenarnya siapa Arya yang dia maksud, kenapa menyangka aku ini Arya, apakah mungkin aku mirip dengan Arya yang dia maksud?
Ya Tuhan kenapa banyak keanehan di tempat ini? Dan kenapa harus aku yang mengalaminya.
"Saatnya janji kau tepati Arya, dan kita akan kembali bersama, selamanya.. Cepatlah Arya aku sudah rindu padamu.." Suaranya kembali melembut, kulitnya kembali seputih salju, bola matanya yang jernih menatapku hangat, seperti seseorang yang menyimpan kerinduan berabad-abad.
"Ja-janji apa? Apa yang harus ku lakukan? Aku Putra bukan Arya, kamu salah orang.." Ku beranikan bertanya, ku balas tatapan matanya yang kini kembali menyala-nyala karena marah, oh tidak, cepat sekali orang itu berubah-ubah perasaannya, dan itu tanpa sebab, membuat aku kelimpungan karena bingung.
"Aku butuh nyawa mu untuk kau korbankan sendiri di tengah telaga itu Arya, sesuai janji kita untuk keabadian cinta kita.." Suara itu terdengar tenang, namun mampu membuat aku sangat terkejut hingga mundur dua langkah.
Apa-apan ini, benar-benar makin gila saja.
"Dasar gila, se-sebenarnya kau siapa? Aku tidak mau, aku bukan Arya.." Seruku sengit padanya, aku segera hendak berbalik untuk meninggalkan orang aneh itu, namun tanpa ku duga tiba-tiba orang itu melayang terbang, beberapa senti kakinya terangkat di atas tanah, mataku hingga terbeliak saking kagetnya, sebenarnya sedang ada di jaman apakah aku ini?
Dan siapa manusia tampan namun aneh dan menakutkan ini?
Belum juga kekagetanku sirna tiba-tiba sosok melayang itu terbang melesat kearahku, menyambar lenganku yang di cekalnya dengan sangat kuat, lalu di bawanya aku terbang menuju ke tengah-tengah telaga, aku begitu kaget, panik dan sangat takut, sekuat tenaga aku meronta-ronta berusaha lepas dari cengkramannya, namun dia begitu kuat memegang lenganku.
Tiba di tengah telaga dia menapakan kakinya di sampan yang tadi ku lihat dari pinggir telaga, sedang aku di lemparnya di lantai sampan hingga sampan bergoyang-goyang oleh benturan tubuhku.
Aku segera merangkak mundur namun tak mampu berkutik apalagi kabur karena aku kini aku berada di tengah-tengah air yang cukup jauh dari daratan.
"Sekarang masuklah ke dalam Telaga Arya, tunaikan janjimu.." Perintah orang itu menunjuk ke Telaga di sisiku, aku menggeleng, wajahku rasanya sudah pucat karena takut.
"Aku tak mau menurutimu, kembalikan aku ke asalku.." Teriakku padanya meratap.
"Kau tak bisa menghindar dari janjimu Arya.." Orang itu kembali marah, matanya melotot tajam, wajahnya kembali memucat tandanya dia sedang murka.
Tiba-tiba dia menjejakan sebelah kakinya kuat-kuat di ujung sampan hingga membuat tekanan kuat, dan yang terjadi adalah tubuhku terpental dari sampan itu, melayang sejenak ke atas lalu menukik terjun menuju jernihnya air telaga, dadaku bergejolak oleh rasa panik dan takut, menunggu nasib aku pejamkan mata kuat-kuat..
****
"TIDAAAAAAAK....!"
Aku berteriak histeris, baru kali ini aku merasakan perasaan takut yang begitu besar, saat hidupku kini di ujung maut..
Namun...
BRUGH..... JDUKK..
"Adaooow.." Aku mengaduh, ku rasakan kepalaku sakit dan sepertinya benjol karena membentur sesuatu yang keras, aku membuka mata dan melihat sekeliling.
Oh my God, bukankah ini kamarku?
Bersyukur padamu ya Tuhan ternyata aku hanya bermimpi buruk saja, mimpi yang benar-benar sangat aneh dan menakutkan, bahkan hingga aku terjatuh dari kasurku, sepertinya tadi kepalaku membentur lantai keramik saat aku terjatuh dari ranjang tadi.
Keringat membanjiri tubuhku, nafasku masih memburu seakan aku habis berlari jauh saja, menggeliat aku segera bangkit, ku langkahkan kaki menuju dapur tiba-tiba saja aku merasa haus, rasanya tenggorokanku kering sekali.
Saat aku sedang menuangkan air dari dispenser ke gelas kecil yang ku pegang tiba-tiba Handphone ku berdering, aku segera kembali ke kamar mengambil Handphone milikku yang tadi sebelum tidur ku taruh di atas nakas.
Seseorang menelfonku, tanpa nama hanya sebaris nomer yang tak ku kenal, siapa gerangan yang menelfonku, ku lirik jam di pojok atas layar Handphone, sudah menunjukan pukul tiga malam, ya Ampun ternyata masih ada makhluk lain yang terjaga di selarut ini selain aku, dan bahkan orang itu kini menghubungi aku via HP, makhluk usil yang mana yang niat sekali mengganggu tidurku, ini pasti ulah salah satu sahabatku satu kampu yang sepertinya baru saja selesai nonton sepak bola, mereka memang maniak sekali pada bola sepak itu, aku juga kadang suka di paksa mereka untuk menemani nonton yang alhasil membuat aku boring dan terkantuk-kantuk sepanjang waktu, maaf saja aku kan tidak suka bola.
"Hallo.." Sapaku di buat seketus mungkin sesaat setelah ku pencet tombol hijau, dan HP sudah ku tempelkan di telinga kiriku
"Hallo Arya.. Bagaimana kabarmu?" Suara di sebrang telfon.
Degh..
ARYA..?
Aku tersentak, bukankah nama itu tadi yang di sebut-sebut di dalam mimpiku, kenapa begitu kebetulan orang yang menelfon ini juga mencari Arya, begitu banyak nama Arya rupanya, namun entah kenapa tiba-tiba saja aku kembali merasa takut, dadaku berdebar.
"Maaf ini siapa? Saya bukan Arya, anda salah sambung.." Jawabku tergagap, tak urung tiba-tiba tubuhku gemeteran, semua mimpi itu kembali berkelebat.
"Aku tak mungkin salah Arya, karena kamu adalah Arya-ku.." Suara di sebrang terdengar meninggi
"Hei, aku mohon jangan bermain-main, kamu salah orang dan hentikan semua itu.." Bentak ku kesal, aku benar-benar shock.
"Kenapa kau lupa padaku Arya, aku datang untuk menjemputmu, waktu mu semakin dekat untuk menunaikan janjimu.." Suara itu kembali tenang dan melembut namun rasanya malah membuatku semakin takut
"Jangan ganggu aku orang iseng.." Teriak ku kalap, lalu ku matikan sambungan telfon, aku lemparkan Blackberry kesayanganku itu di kasur dengan kalut, ketakutan kembali menyergapku, Handphone itu kembali berdering namun kini aku tak berani mengangkatnya, dadaku bergemuruh, menatap BB ku was-was, suara deringan itu kini begitu menggangguku, membuatku cemas dan panik.
BRAAAK..
Aku langsung loncat dan menubruk nakas saking terkejutnya saat terdengar suara pintu kamar yang sedari tadi memang terbuka itu terbanting dengan kerasnya menutup sendiri, mataku awas menatap pintu itu waspada.
Suasana semakin mencekam saat terasa olehku angin bergemuruh di dalam kamarku, padahal tak ada pentilasi yang terbuka, membuat tirai jendela berkibar-kibar tersapu angin seakan mau lepas dari besi pengaitnya, di tambah lagi tiba-tiba saja lampu neon di atas langit-langit menjadi eror, berkedip-kedip kadang nyala kadang padam.
Oh Tuhan, kenapa aku merasa keadaan ini seperti di film-film horor yang ku tonton, ada apa ini?
Dadaku semakin deg-degan, rasa takut membuatku sesak dan gemeteran hebat.
Sreeeet..
Suara itu.. Sontak aku menoleh waspada, namun rupanya hanya tirai jendela terbuka karena tiupan angin, kegelapan terlihat di luar sana, tak terlihat apapun, perlahan aku berjalan kearah jendela untuk kembali menutup tirai.
Namun..
Degh..
Jantungku rasanya mau copot saat mataku menangkap sekelebat bayangan putih melintas di luar jendela, oh Tuhan apa itu? Jangan-jangan hantu, oh tidak, aku tak suka ini, tubuhku rasanya semakin menggigil karena rasa ngeri yang semakin menggunung di dada, sekuat tenaga aku meraih tirai dan menutupnya rapat-rapat.
"Arya.. Datanglah ke telaga itu, aku menunggumu, aku merindukanmu, tunaikanlah janji cinta yang kita ikrarkan dulu, datanglah sayang..."
Sebuah suara menggema di seluruh kamar, aku tersentak suara itu sepertinya aku mengenalnya, mataku dengan cemas berputar-putar mencari asal suara, dan oh Tuhan.. Mimpi lagi kah aku? Semoga ini hanya mimpi, karena kakiku rasanya sudah tak mampu lagi berpijak, aku takut sekali..
Mataku terbelalak menatap shock kearah langit-langit kamar, di sana seakan sebuah hologram tampak sesosok manusia mengambang, melayang-layang di udara, kain putih panjang yang di kenakannya berkibar-kibar tertiup angin, dan yang lebih membuatku lebih kaget sosok itu adalah sosok yang sama yang hadir dalam mimpiku, sosok itu menyeringai kearahku, merentangkan kedua tangannya seakan kembali ingin meraihku..
Aku merasa kepalaku pusing, jantungku semakin cepat berdebar-debar dan..
BLUGH..
Mataku gelap, aku tak ingat apa-apa lagi..
***
"Kamu tidak percaya aku ya?" Protesku dengan kesal dan kencang saat melihat wajah Elmo kekasihku datar-datar saja setelah mendengar ceritaku soal mimpi dan kejadian horror semalam.
(Aku dan Elmo sudah berpacaran selama delapan bulan, kami sama-sama saling tertarik saat berkenalan di sebuah media sosial dan lalu saling mencintai, Elmo sosok yang sangat penyayang sebenarnya, walau terkadang dia suka bersikap cuek, unmrnya beberapa tahun di atasku, dia cukup mapan karena sudah bekerja di sebuah perusahaan)
Kebetulan siang ini kami sedang makan siang bersama nya di rumah dia saat dia sedang istirahat makan siang, aku sengaja bolos kuliah dan memilih bertemu Elmo untuk curhat masalah semalam yang terus saja membuatku kepikiran dan sangat mengganggu kenyamananku.
"Aku percaya koq Hon.." Jawabnya cuek, dan dengan santainya masih mengunyah makanannya dengan lahap, padahal aku bahkan jadi tak bernafsu untuk makan, makananku masih utuh di hadapanku.
"Terus kenapa diam saja?" Sentak ku sebal
"Loh memangnya aku harus gimana?" Tanyanya dengan tatapan bingung, aku menggeram kesal.
"Ya kasih komentar keq, saran, atau solusi apa gitu.." Sungutku balas menatapnya galak
"Aku kan gak ngerti yang begitu-begituan Hon, jadi aku gak tahu harus jawab apa..". Katanya dengan polosnya, aku hanya mendengus bete.
"Koq bisa-bisanya ya aku di kejar-kejar hantu, di kira Arya lagi, aneh banget deh Hon.." Keluhku lunglai
"Mungkin wajah kamu mirip dengan kekasihnya itu kali Hon, tapi aku tak menyangka ternyata ada juga ya hantu yang homo, jadi kepikiran mereka kalau ML gimana yah?"Komentarnya cuek, matanya menerawang seperti sedang memikirkan sesuatu, ih dasar aneh.
Plok..
Ku ketok dahinya dengan sendok membuat dia kaget dan kesakitan, menatapku marah, aku balas lebih ganas.
"Kenapa sih?" Tanyanya sambil mengelus dahinya yang ku getok tadi.
"Ngapain sih malah mikir aneh-aneh begitu, yang harus kamu pikirin itu nasib aku gimana? Emang kamu mau kekasihmu yang super ganteng dan manis ini di bawa hantu.." Jawabku dengan gemasnya
"Kalau di tukar dengan Hantu cakep yang kamu ceritain itu sih gak apa-apa.." Jawabnya malah menggodaku
"ELMOOOOOO.." Geramku tak bisa menahan bete dan gemas, kini ku angkat kedua tanganku yang sudah memegang sendok dan garpu untuk menyerangnya
"Iya, iya maaf.." Elmo langsung K.O mengangkat tangan menyerah
"Sudah ah, capek ngomong sama kamu, pokoknya nanti malam kamu harus nemenin aku nginap, orang tuaku masih di Bandung, aku gak mau tidur sendiri lagi di rumah, takut.." Akhirnya ku berikan ultimatum padanya
"Tapi Hon aku lagi banyak kerjaan neh..?" Rajuknya tak setuju, aku tahu dia memang lagi sibuk banget karena banyak pekerjaan dari kantornya yang di bawa ke rumah.
"Gak mau tahu, bawa saja ke rumahku, kalau kamu gak mau jatah ku hentikan sebulan penuh.." Timpalku tegas dan di selipi ancaman, aku tahu ini pasti berhasil, buat seorang Elmo yang doyan 'begituan' puasa sebulan mana tahan dia.
"Yasudahlah.." Keluhnya menunduk lunglai, aku tersenyum menang.
Sejenak dia melirik jam tangannya yang melingkar di pergelangan tangan kirinya lalu menatapku
"Sepertinya aku harus segera kembali ke kantor Hon,.." Ucapnya sambil mengelap mulutnya dengan tissu.
"Iya berangkat saja, biar ini ku bereskan, aku gak kuliah hari ini, aku nunggu kamu disini saja, takut pulang ke rumah.." Kataku sambil membereskan piring-piring kotor dan ku taruh di wastafel.
"Jangan terlalu di pikirin Hon, nanti kamu sakit, sabar ya nanti kita cari solusi bersama.." Ucapnya lembut, tangannya mengelus rambutku lalu mengecup keningku.
Kami lalu berjalan ke pintu depan, ku kecup bibirnya sesaat sebelum dia keluar
"Hati-hati di jalan Hon.." Bisikku penuh cinta, Elmo tersenyum dan mengangguk mantap, di iringi tatapanku beberapa menit kemudian mobilnya sudah pergi menjauh meninggalkan halaman rumahnya.
****
Sesuai permintaanku akhinya Elmo menginap di rumahku, rasanya aku merasa aman dan terlindungi dengan adanya Elmo didekatku, dengan setia aku menemani Elmo yang membawa pekerjaan kantornya ke rumahku, namun akhirnya kadang harus terganggu karena aku yang kemana-mana selalu minta di antar, ke dapur, ke toilet dan lain-lain, untung saja kekasihku itu masih sabar saja dan tak marah padaku.
Menjelang tengah malam Elmo sudah terlelap dengan pulasnya di sampingku, sedang aku masih juga belum dapat memejamkan mata, suasana sunyi membuatku gelisah, dadaku berdebar oleh rasa takut karena imajinasi pikiranku sendiri yang membayang ini dan itu tentang keseraman hantu Bisma, ku peluk Elmo erat bersembunyi di balik dadanya yang bidang, ku tutupi sekujur tubuhku dengan selimut tebal.
Angin berhembus kencang, malam terasa begitu sunyi dan hening, kesunyian ini terasa mengganggu pikiranku, membuat aku gelisah tak karuan, semakin dalam aku menyembunyikan wajahku di tubuh Elmo yang tetap nyenyak tak bergeming, padahal aku sedari tadi sudah berusaha membangunkannya.
PRAAANG...
Suara barang yang jatuh dan pecah terdengar memekakan telinga, aku terlonjak kaget, dan syukurlah Elmo juga tampaknya terjaga dari tidurnya gara-gara suara yang sangat keras itu, dia duduk di kasur celingak-celinguk kebingungan, sedang aku segera merapatkan tubuhku padanya ketakutan.
"Ada apa?" Tanyanya menatap aku, dengan takut-takut aku menunjuk arah lantai, di sana sebuah bingkai yang memajang fotoku sudah tergeletak hancur, kacanya tentu saja pecah sehingga banyak beling-beling berserakan.
"Sepertinya hantu itu yang melakukannya.." Jawabku berbisik, alis Elmo tampak bertaut seakan tak percaya.
Dia lalu beringsut keluar dari selimut, turun dari ranjang, aku segera mengikutinya tak mau jauh darinya.
"Kau mau kemana Hon, jangan tinggalin aku?" Bisikku sambil celingak celinguk kesana kemari, takut tiba-tiba itu Hantu muncul tak terduga, tanganku erat mencengkram lengan Elmo.
"Tenang saja, aku hanya ingin melihat situasi.." Jawabnya masih terlihat tenang.
PRAAAK..
Aku dan Elmo melonjak kaget, lampu neon di atas langit-langit kamar tiba-tiba meledak pecah, pecahan beling lampu neon berhamburan bagai curah hujan, aku berteriak kaget namun dengan sigap Elmo melindungi aku dengan menyembunyikan aku di bawah tubuhnya.
Suasana rasanya semakin mencekam karena kamar kini jadi gelap, namun untunglah masih terlihat samar-samar keadaan di kamar karena bantuan cahaya dari luar jendela, aku semakin merapatkan tubuhku pada Elmo, dadaku sudah berdebar tak karuan.
"Berani kau mengkhianati cinta kita Arya, kau lupa pada janji yang kita ikrarkan.." Bersamaan desau angin yang tiba-tiba menderu kencang suara itu menggema tanpa wujud, suara hantu itu.
"Siapa kau sebenarnya, jangan ganggu kami, alam kita berbeda, kau setan dan kami manusia, kau salah mencari sasaran.." Dengan lantang Elmo berteriak, di keremangan matanya bergerak-gerak mencari-cari.
Cekleek.. Pintu kamar terbuka sendiri dengan perlahan hingga terbuka lebar, aku dan Elmo awas menatap kearah pintu, berdebar menanti apa yang akan muncul, namun tak terjadi apapun, tak muncul apapun di sana, kami bernafas lega..
Namun
BRAAAKK.. Pintu itu tiba-tiba tertutup sendiri dengan keras seakan ada yang sengaja menghempaskannya, suara yang berdebum kencang lagi-lagi membuat kami kaget dan panik, sepertinya hantu itu sengaja mempermainkan kami, lama-lama aku bisa mati berdiri karena takut dan jantungan.
"Pergilah.. Jangan ganggu aku, aku bukan Arya, namaku Putra.." Teriakku panik.
"Kau Aryaku, kau milikku, sudah cukup reinkarnasimu Arya, kini saatnya kau kembali padaku, datanglah ke Telaga tunaikan janjimu atau aku yang akan memaksa membawamu kesana" Suara serak itu kembali menggema seakan ada dimana-mana.
Wussss..
Sebuah bayangan berkelebat di keremangan kearah belakang kami, hawa dingin menerpa di sertai harum melati, aku dan Elmo segera berbalik ke belakang namun bayangan itu kembali melesat ke tempat lain, seakan sengaja mempermainkan kami.
Tubuhku sudah menggigil, sekujur tubuhku rasanya meremang karena rasa takut yang mencekam, jika terus-terusan begini sepertinya aku akan ngompol di celana karena terlalu takut.
"Tunjukan wujudmu, hadapi aku setan laknat.." Elmo kembali berteriak lantang, dia memang cukup pemberani makanya aku selalu merasa terlindungi olehnya, namun yang sedang di hadapi kini adalah makhlus halus, aku mendelik padanya karena dia gegabah mau melawan setan yang bisa menghilang begitu.
"Manusia sombong.." Suara itu menggeram marah, berbarengan dengan itu sebuah bayangan kembali melesat kearah kami, aku tidak bisa melihat dengan detil apa yang terjadi, hanya ku rasa hembusan angin begitu kuat dan dingin dengan harum melati yang menyengat.
Dan yang terjadi selanjutnya, tiba-tiba saja Elmo sudah terpental ke belakang dengan cepat lalu menubruk dinding kamar dengan keras, terdengar dia mengaduh lalu luruh di lantai tak bergerak, noda darah memercik di dinding, aku berteriak memanggilnya, namun dia malah terkulai lemas tak sadarkan diri darah mengucur dengan deras dari kepalanya yang bocor akibat membentur dinding dengan keras.
Aku segera berlari memburu tubuhnya namun belum juga aku sampai di tubuh Elmo, langkahku sontak terhenti, dengan tiba-tiba hantu pucat itu muncul di depanku, di kegelapan sosoknya jadi terasa menakutkan karena hanya samar sosok putih saja yang terlihat, mengambang di udara, aku kembali mundur beberapa langkah.
"Jangan ganggu aku, pergilah ke neraka sana.." Desisku perlahan, tubuhku rasanya lemas seakan tak bertulang, menggigil ngeri menatap sosok putih di depanku.
"Tatap mataku Arya, katakan padaku kau tak mengenal Bisma mu ini, katakan padaku kau lupa janjimu, lupa cinta kita?" Hantu itu menggumam dingin, namun aku segera berpaling tak berani menatapnya.
"Tatap mataku Aryaa.." Tiba-tiba dia membentakku, suaranya menggelegar, membuat aku tersentak kaget dan spontan menatap matanya.
Mata ku dan matanya beradu pandang, sesaat aku merasa silau, mataku berkunang-kunang, kepalaku terasa sakit yang menyengat, aku luruh berlututdengan kedua tanganku memegang kepalaku erat, rasanya aku tak tahan lagi hingga aku mengelepar, meraung dan mengaduh merasakan sakit di kepalaku, lambat laun pandanganku memudar dan lalu gelap sama sekali, aku tak ingat apapun lagi.
****
*****
AUTHOR POV..
**
TELAGA KESUNYIAN.
24 -5 -1956
**
Suasana hening terasa mencekam di sekeliling Telaga, burung gagak tampak riang berdendang di senja yang hampir tak bernyawa, desau angin menggoyangkan dedaunan hingga daun-daun tua berguguran.
Sebuah sampan mengapung di tengah-tengah Telaga, tak bergerak, di atasnya dua pemuda terdiam membisu, wajah-wajah itu menggurat pilu.
"Jadi kita akan berakhir disini?" Lirih salah satu pemuda tampak patah.
"Ini bukan akhir untuk kita tapi akan menjadi awal keabadian kebersamaan cinta terlarang kita, hanya ini satu-satunya jalan agar cinta suci kita mendapat tempat" Balas pemuda lainnya tak kalah lirih, di genggamnya jemari pemuda di hadapannya erat.
"Kita kabur saja berdua Bisma.." Sang pemuda berkulit putih memberi saran
"Romo-romo kita sudah tahu hubungan kita, takan ada lagi tempat di sini, mereka pasti akan menemukan kita dan lalu memisahkan kita, aku tak mau berpisah darimu Arya, hanya di sana kita akan abadi bersama, percayalah padaku.." Pemuda bernama Bisma berusaha meyakinkan pemuda yang di panggilnya bernama Arya itu, yang nampaknya masih ragu dengan apa yang akan mereka lakukan.
Arya tampak terdiam, tubuhnya sudah basah oleh keringat, bibirnya bergetar dan kelu, melihat itu Bisma segera memeluk sang kekasih, memberikan setitik ketenangan, mentransfer kekuatan dari pelukan mereka yang erat.
Suasana pilu nan lara menggiris dua pecinta yang terluka, hanya karena mereka dua sosok berjenis kelamin yang sama, cinta mereka menjadi terlarang di mata dunia, terutama dua keluarga mereka.
Apakah mencintai itu salah?
Kenapa manusia-manusia itu tidak mengerti dan harus melihat cinta dari kelaminnya?
Kenapa kita yang hanya ingin merasakan sedikit kebahagiaan mesti di singkirkan, padahal bukan kita yang mau cinta seperti ini tercipta, bukankah Tuhan yang menciptakan cinta ini dan memberikannya pada masing-masing hati manusia?
Semilir angin kembali menghempas dedaunan, gagak masih bernyanyi seakan bersiap menyambut jiwa-jiwa yang patah, dan langitpun ikut menangis, rintik-rintik bening yang jatuh dari atas sana mulai membasahi dua tubuh layu.
Suara desah menghempas di udara terbawa angin senja saat darah memercik dari dua nadi yang terputus oleh tajamnya belati, luruh sudah dua raga rupawan, air Telaga memerah kala satu lengan terhempas dan terendam di dalamnya.
Gagak semakin riang berdendang mengepakan sayap melayang berputar-putar di atas Telaga Kasunyian, sang langit semakin deras menangis, senja semakin mencekam, dua jiwa melayang meninggalkan raga yang meregang.
Cinta terlarang di hadang penentang berbuah keputus asaan yang berakhir jiwa menghilang dengan kesia-siaan.
Namun sebelum jiwa-jiwa itu meregang sebuah perjanjian telah mereka ikrarkan, mengikuti mitos yang mengumandang pada sekitaran Telaga Kasunyian.
Jika mati di dalam Telaga Kasunyian dengan cara apapun maka siapapun mereka akan terlahir kembali dalam reinkarnasi baru di suatu masa depan nanti.
Berkiblat pada mitos itu Bisma dan Arya yang terdesak dan putus asa karena cinta terlarang mereka di tentang, memutuskan mengakhiri hidup mereka di Telaga Kasunyian, berharap mendapat reinkarnasi dan di masa depan mereka akan hidup kembali lalu menyatukan cinta mereka yang kini harus tertunda.
Namun jika salah satu dari mereka tak dapat bereinkarnasi maka satu dari mereka yang dapat hidup kembali pada suatu masa yang di tentukan akan kembali ke Telaga Kasunyian, menyerahkan nyawanya kembali pada sunyinya air telaga, dan disinilah mereka akan tetap bersama walau bukan di alam dunia nyata.
Arya akhirnya mendapat reinkarnasi itu, sedangkan Bisma tak jua mendapatkannya, esok malam 20 tahun tepat Arya menjalani hidup barunya dalam reinkarnasi tubuh Putra Abdi Negara, esok malam pula masanya tiba, dimana Bisma akan menagih janji pada Arya, dan kekasihnya itu harus menunaikan janji cinta mereka apapun caranya.
Arya atau yang kini berwujud sosok pemuda tampan bernama Putra harus kembali mengorbankan jiwanya di Telaga Kasunyian.
****
****
TELAGA KESUNYIAN
24 - 5 - 2012
**
Sesungguhnya Telaga itu masih ada hingga kini, walau kini segalanya telah berbeda, keheningan dan keaslian Telaga telah sirna, berganti keriuhan manusia-manusia haus akan hiburan setiap harinya apalagi pada saat hari libur, rindang pepohonan dan hijaunya rumput segar pun tiada berganti warung-warung dan kokohnya lantai-lantai dari semen.
Telaga Kasunyian yang dulu suci kini telah berubah menjadi tempat wisata keluarga yang cukup ramai.
Tengah malam ini suasana Telaga telah sepi, tak seorangpun disana, kegelapanpun memeluk suasana telaga yang sunyi, masih terdengar beberapa jangkrik mengerik di keheningan.
Dari kejauhan datang sesosok manusia menghampiri bibir Telaga, ternyata orang itu adalah Putra Abdi Negara, tergopoh dan seakan linglung, wajahnya datar dengan mata yang terlihat hampa, dari bibirnya menggumam kalimat demi kalimat.
Pemuda itu sepertinya sedang terkena hipnotis.
"Arya sudah datang Bisma, Arya akan menepati janji padamu.." Racaunya tiada henti,
Tiba-tiba angin berhembus kencang menerbangkan apapun di sekitarnya, air telaga bergelombang, sesaat kemudian di tengah-tengah telaga muncul air mancur seakan terdorong dari dasar telaga, air bergejolak bersamaan dengan itu muncul sebuah sampan dengan dua dayungnya dari dalam air, tanpa penghuni, dengan tenang sampan itu mengambang di atas air lalu entah siapa yang menggerakannya dua dayung mengayuh air sehingga sampan itu bergerak menuju pinggir telaga, menghampiri Putra.
"Aryamu sudah di sini Bisma, Arya-mu menepati janji.." Dia kembali meracau, kedua tangannya di rentangkan lebar-lebar..
Shuuuut..
Angin kembali berhembus, suara lengkingan tawa menggema ke seluruh telaga, terdengar mengerikan.
Entah darimana datangnya sekelebat bayangan putih datang lalu mewujud menjadi sosok hantu Bisma dengan kain putih panjangnya yang berkibaran dan kulit pucat seputih kapas, kini hantu itu tampak menakutkan, melayang-layang di atas telaga kedua tangannya mengembang melambai-lambai pada Putra, wajahnya menyeringai penuh kesenangan.
Sampan tiba di pinggir telaga tepat di hadapan berdirinya pemuda tampan itu, Putra segera beranjak naik ke sampan itu lalu duduk kaku, matanya menatap hampa tanpa berkedip sekalipun, sampan itu kembali bergerak menuju ke tengah-tengah telaga ke tempat semula dia muncul.
Hantu itu melesat menghampiri sampan lalu menapak tepat di belakang Putra, wajah pucatnya begitu dingin menyeringai menatap pemuda di hadapannya, makhluk halus itu lalu memeluk Putra dari belakang dengan erat, dia sandarkan dagunya di bahu sang pemuda, terkadang di ciuminya leher, bahu dan kepala sang pemuda lembut, namun pemuda di depannya tak bereaksi, hanya terdiam kaku dan membisu, seakan tak merasakan apa-apa.
Mengulum senyum hantu itu berbisik di telinga Putra
"Kita telah gagal bersatu di dunia nyata reinkarnasi, karena aku yang tak mendapat ijin reinkarnasi, tapi sebentar lagi kita akan kembali bersatu di alam lain Arya, cinta kita akan kembali abadi, kau dan aku akan tetap bersama di alam yang lebih damai untuk kita.."
Air telaga kembali bergejolak, angin berhembus kencang, suara tawa menggaung ke seluruh telaga, lalu perlahan-lahan sampan itu kembali tenggelam ke dasar telaga, membawa dua dayung setianya, membawa Hantu Bisma yang penasaran pada cinta sejatinya, membawa Putra sang pemuda lugu yang di yakini Bisma reinkarnasi Arya, sang kekasih di masa lalunya.
Dalam sejenak sampan menghilang karam ke dasar telaga, membawa cinta terlarang dan janji tabu makhluk Tuhan yang meragukan iman di dadanya.
-TamaT-
Mention ya..
@faisalits
@solous
@callme_DIAZ
@masbadudd
@permana21
@ramadhani_rizky
@jony94
@hananta
@trisastra
@haha5
@masbaddud
@angelsndemonds
@waisamru
@enykim
@caetsith
@angga_rafael2
@nakshima
@aries18
@san1204
@abrakadabra
@Farrosmuh
@maret elan
@adam25
@bayumukti
@farizpratama7
@Rimasta
@rizky_27
@mustaja84465148
@eldurion
@Tsu_no_YanYan
@arieat
@rez_1
@YANS FILAN
@adinu
@ularuskasurius
@Donxxx69
@fad31
@MikeAurellio
@brianbear_89
@Shishunki
@PohanRizky
@3ll0
@ruki
@agova
@jamesfernand084
@venussalacca
@Gabriel_Valiant
@putra_prima
@Qwertyy
@fansnya_dionwiyoko
@rendifebrian
@Beepe
@dota
@danielsastrawidjaya
@nakashima
@leviostorm
@kimo_chie
@Bonanza
@Dimz
@sasadara
@Agova
Iya yah.. Lupa..
Hiii....
ditunggu cerita selanjutx
#colek @blujaws