It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
****
"Nngg"
bibirnya mengerang kecil saat kedua matanya terbuka mencoba
mebiasakan penerangan lampu yang terasa menyilaukan mata.
Kedua matanya mengedip beberapa kali, ia mengucek pelan
matanya menghalau semua rasa
kantuk yang perlahan mulai menyerangnya kembali.
Matanya menyipit memandang
sekeliling ruangan, ia tidak menemukan sosok sahabatnya
itu disampingnya. Yang ia lihat
hanyalah sehelai selimut tebal
yang menutupi seluruh tubuhnya.
Perasaannya ia berbaring tadi tidak ada selimut diatas tubuhnya
tapi kenapa tiba tiba ada selimut
putih yang membungkusnya melindunginya dari dinginnya
malam diluar sana, tangannya
menggenggam selimut biru itu
dan pikirannya mulai mengarah
pada teman kentalnya, siapa lagi
kalau orang yang menyelimutinya
itu pasti adalah Yoshi.
Rasya tersenyum kecil dan memeluk selimut tebal itu dalam
dekapannya, entah kenapa hanya
hal kecil seperti ini pun bisa
mengobati perasaannya yang semula sendu kini sedikit menghangat.
Perlahan pintu kayu yang itu
terbuka menampilkan sosok pemuda yang tadi ia cari ternyata
kini ada di hadapannya, berdiri
tegap dengan membawa sekantung penuh makanan pada
plastik hitam yang ia jinjing.
Yoshi tersenyum tipis dan mendekat pada sahabatnya yang
masih duduk manis diatas kasur
besar miliknya, ia duduk menghadap Rasya dan memamerkan kantung plastik
berisi penuh makanan itu pada
Rasya.
"Kamu sudah bangun ya? Maaf
ya kamu pasti terbangun karna
aku membuka pintunya terlalu
berisik"
Ucapnya dengan senyuman lembut yang tetap menghiasi
wajahnya. Rasya menggelengkan
kepalanya pelan.
"Tidak ko. Aku terbangun sendiri"
Rasya tersenyum tipis, memasang
wajah manis di depan Yoshi.
"Kamu bawa apa?"
"Nasi goreng, aku lapar jadi ya
keluar sebentar.."
"Memang Levi kemana?"
Tanya Rasya, melihat mimik wajah Yoshi yang berubah diam
ia pun menutup mulutnya dengan
sebelah tangan.
"Ah, ma maaf"
Rasya menundukkan kepalanya.
Yoshi tersenyum kecil dan mengelus kepala yang sedang
menunduk itu dengan sayang.
"Tidak apa apa, dia sudah pulang
sejak tadi"
Yoshi menaruh kantung plastik
itu kepangkuan Rasya. Rasya
mengangkat wajahnya menatap
Yoshi bingung.
"Ini apa?"
Rasya memiringkan wajahnya melirik sebentar isi didalam kantung plastik di depannya.
"Ayam goreng. Makanlah"
Yoshi bangkit dan melepas kemeja kantornya dari tubuhnya
yang penuh dengan keringat.
Rasya terpaku menatap pemandangan di hadapannya saat ini.
Yoshi yang sadar sedang di perhatikan pun menolehkan kepalanya menatap Rasya.
Kemudia ia tersenyum kecil dan
menepuk kepala besurai hitam
tersebut.
"Aku belum mandi, makanlah dulu aku mandi dulu ya.."
tangannya meraih handuk yang
menggantung disisi pintu kamar
mandi dan masuk kedalam setelah lebih dulu mengunci pintu.
Rasya mengedipkan matanya sekali, dua kali dan ketiga kalinya
sampai akhirnya wajahnya memerah perlahan begitu sadar
ia baru saja melihat Yoshi yang
setengah telanjang membuka baju didepannya. Ia menggeram
lirih dengan kebodohannya lalu
memukul kecil kepalanya.
Dilain tempat Rasya yang masih diam, duduk dengan manisnya memegang sekantung plastik berisikan makanan favoritnya.
Jemarinya dengan pelan membuka kantung plastik di tangannya meraih satu ayam goreng yang penuh dengan remahan tepung yang melapisi daging didalamnya.
Air liur terasa mengalir keluar
saat matanya memandang penuh
nafsu pada paha besar berlapis
tepung yang krispy nan lezat.
Ia membuka mulutnya lebar lebar
dan segera memakannya dengan
lahap tak lupa menikmati sang
paha ayam goreng yang sudah
masuk mengisi perutnya yang tiba tiba terasa kosong.
Pintu kamar mandi pun terbuka
menampakkan sosok Yoshi yang
hanya terbalut dengan handuk tipis yang melilit pinggangnya.
"Wah wah. Sepertunya kamu lapar ya Sya haha"
ucap Yoshi tiba tiba, Rasya yang
kaget dengan suara berat di belakangnya pun akhirnya tersentak dan tersedak ayam yang sedang ia kunyah.
"Uhuk uhuk, Grahh"
ia menepuk nepuk dadanya, mulutnya terbuka menutup seperti ikan koi yang kehabisan
oksigen, Yoshi yang terkekeh pelan melihat keadaaan tersebut
pun panik seketika saat kedua
tangan Rasya menggapai gapai
sesuatu.
"A Air uhuk uhuk"
dengan gerakan yang gesit dan apik segera saja Yoshi mengambil segelas air dan memberikannya
pada sahabatnya itu.
Entah sadar atau tidak karna gerakan yang dibuat oleh Yoshi
menyebabkan handuknya yang
melilit di pinggangnya pun melorot dan jatuh didepan Rasya.
SPRUTT, air yang diminum Rasya
pun menyembur keluar melihat
adegan tak senonoh di depannya.
Air yang semula penuh mengisi
mulutnya perlahan menetes membasahi dagu dan lehernya.
Matanya membulat melihat penampilan Yoshi saat ini.
Yoshi menekuk alisnya melihat
wajah sahabatnya tiba tiba memerah.
"Apa?"
tanyanya polos, Rasya menggerakkan kepalanya yang terasa kaku dan menunjukkan
tangannya pada sesuatu yang
menggantung pada kedua pahanya.
Yoshi mengikuti arah tunjukan
jemari Rasya di bagian bawah
handuknya dan apa yang ia lihat
benar benar membuatnya shock.
"Arghhh Shit!"
Raungan frustasi pun menjadi pelengkap kebodohan Yoshi malam ini, dengan secepat kilat
ia menyambar handuknya dan
masuk kedalam kamar mandi.
ini lanjutannya..
@beepe, iya :DD
Shock terapy!
Ish, knp sih si levi dateng pas yoshi mau jawab ungkapan cintanya rasya ..
yang berantakan, sprei yang terpasang rapi pun kini terlihat
kusut dimana mana akibat aktivitas panas yang dilakukan kedua pria dewasa diatas ranjang besar.
Sehelai demi sehelai kain yang membalut tubuh keduanya pun
kini terlepas, teronggok begitu
saja diatas lantai keramik dan
beberapanya ada yang terlempar
jauh didekat pintu yang tertutup
rapat.
Peluh menetes dari kedua kulit yang saling bergesekan, pemuda
diatasnya terlihat mendominasi
setiap hentakan bendanya yang kini bersarang didalam tubuh pria dibawahnya.
Sang pemuda yang pasrah menerima hentakan paksa dari
pihak yang medominasinya pun
hanya bisa mengeluarkan desahan nikmat saat benda hangat yang berdenyut itu makin
keras menghantamkannya jauh
semakin dalam.
"Argghh!"
erangan tertahan pun menggema
di dalam ruangan remang yang
hanya bercahayakan lampu kecil
berwarna di atas buffet disaat
keduanya mencapai titik kenikmatan.
****
Rasya terbangun dari mimpi indahnya saat dirasa celananya
basah dan lengket, ia membuka
matanya dan duduk diatas kasur.
Matanya memandang jendela
kecil yang mulai diterangi sinar
matahari melalui celah celah lubang pentilasi.
Tangannya meraba celananya yang terasa sempit dan basah, ia mengumpat pelan dan bangun bangkit masuk kedalam kamar
mandi.
Pintu kamar mandi terbuka setelah sebelumnya Rasya mengganti celananya dengan celana yang baru, matanya mengedar melihat gumpalan
besar tubuh manusia yang tertutup oleh selimut, tubuh yang
sedang meringkuk dengan nyamannya diatas kasur.
Dengan ekor matanya ia menatap
tubuh sahabatnya yang kini menggeliat dari posisi tidurnya,
mata yang semula tertutup itu
kini perlahan membuka dan menampakkan keindahan didalam iris hitamnya yang sayu.
Yoshi menguap pelan, dahinya
berkerut melihat Rasya yang berdiri mematung tanpa melepaskan perhatiannya pada
dirinya, ia berdiri diam disamping
dinding yang membatasi ruangan
ini dengan dapur.
"Kenapa melamun?"
tanya Yoshi menyadarkan Rasya dari lamunannya memandangi
tubuhnya yang masih ditutupi
selimut.
"Hah? Ah maaf"
Rasya tersentak, dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Yoshi mengangkat kedua
bahunya dan segera beranjak dari atas kasurnya nyamannya.
Menguap pelan dan menghilang
diantar pintu kamar mandi yang
kini menutup. Rasya menghela nafas lega. Memikirkan mimpi panasnya semalam bersma Yoshi.
Agak takut sih liat jdulnya, tp optimis aja...
Oya udah smpat bayangin nih oshi, melorot didpn mata...:)
lanjutttt.....
kirinya ia memegang sebuah remot tv sedangkan tangan satunya ia menyuapkan sesendok
bubur ke mulutnya yang terbuka.
Ya saat ini Rasya sedang sarapan
ditemani dengan semangkuk bubur hangat dan televisi yang
menyala. Dengan lahap ia menyuap kembali sendok itu masuk kedalam mulutnya.
Didapur Yoshi terlihat asik dengan
acara mencukur jenggot tipis yang
mulai tumbuh disekitar dagunya.
Ia menatap pantulan dirinya pada cermin kecil yang terpasang diatas wastafel, menggosok sedikit hasil
cukurannya.
Bibirnya melengkungkan sebuah
garis tipis senyuman, atau lebih
tepatnya seringai kecil. Ia menaruh alat cukurnya dan beranjak pergi dari dapur.
Menyembulkan kepalanya diantara pembatas kamar dan dapur, matanya melirik Rasya
yang sedang asik memakan sarapan paginya dengan duduk
tenang diatas kasur.
Ia mendekati Rasya, mendudukan
dirinya disamping sahabatnya.
"Enak?"
tanya Yoshi pelan, Rasya menghentikan suapannya dan
menengokan kepalanya menatap
Yoshi.
Rasya menganggukan kepalanya
sebagai jawaban, Yoshi tersenyum
kecil. Tangannya mengacak rambut Rasya yang ternyata terasa lembut saat surai hitam itu bersentuhan dengan jemarinya.
Rasya mendesah protes dan merapihkan kembali rambutnya
dengan benar, ia merengut sebal
kembali menyuapkan sesendok
bubur ke dalam mulutnya.
Perlahan jemari itu mengangkat
kembali sendok yang terbuat dari
logam itu di hadapan wajah Yoshi yang sedang menatap bingung
padanya.
"Makan, buburnya enak"
Rasya tersenyum menanggapi
kebingungan sahabatnya, dengan
ragu Yoshi membuka mulutnya
dan memakan bubur suapan pertama dari sahabatnya yang manis.
"Sya.."
kata Yoshi lirih, tangannya meraih pinggang sahabatnya kedalam sebuah pelukan hangat.
Rasya tersentak saat merasakan
sebuah tarikan kecil di pinggangnya dan saat tangan itu
melingkari pinggulnya memerangkapnya dalam sebuah
dekapan.
Rasya menghentikan acara makan
paginya, kepalanya menunduk wajahnya memanas merasakan hembusan nafas Yoshi yang menggelitik di tengkuknya yang
tak mampu di tutupi oleh baju
putih tanpa lengan.
Yoshi menyandarkan kepalanya
pada bahu sahabatnya, bibir tipis
itu melengkungjan senyuman merasakan getaran kikuk pada tubuh yang saat kini ada di pelukannya.
***