BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Tak Selamanya

12122242627

Comments

  • @Tsu_no_YanYan: yg fb fujo aja dulu, klu fb yg asli tanyanya disana aja deh *plakk
    ngomong di wall ja ya disini jadi oot nih hehe..
  • wihhh bener nih, jadi oot sorry du morry ya hihihihi

    dah sana kamu cepetan update, untk menutupi k oot-an ini~ #maunya
  • itu kenapa sih, si yoshi kok ngga njawab juga pernyataan rasya tentang perasaannya ..
  • ****
    Bagaikan sayap yang patah.
    Mencoba untuk mengepakkan putihnya mimpi.
    Tetapi tetap terjatuh tanpa harapan.
    Terpaku, matanya menerawang jauh menatap langit.
    Kau berusaha, ingin memecahkan hitam menjadi sebuah warna indah.
    Kau palingkan kepala mu. Memandang helai bulu sayap mu
    yang semakin hari semakin menipis.
    Kau ingin tertawa, seolah mengurangi kepedihan yang terasa menyesakkan dada.
    Kau menari, menyanyi sendu dalam hati yang terpekur kubangan angan.
    Dengan langkah kaki yang tersisa,
    kau mencoba seakan semua tak
    akan pernah berhenti.

    ***
    Rasya Pov.
    Aku tak pernah bimbang selama ini, hanya saja aku tak mengerti dengan kasih sayang dan perhatian lebih yang ia berikan.
    Seolah ia ingin membuat ku mengerti tentang apa yang ia rasakan selama ini.
    Mengatakan perasaannya melalui
    caranya sendiri, bukan dengan balasan kata kata ku tempo hari.
    Hanya saja diri ini masih ragu untuk membuka hati untuknya,
    ketika aku berbicara dia hanya
    memandang ku lembut dan saat
    aku memeluknya dia hanya tersenyum tipis dan membalas
    pelukan ku. Apakah terlalu sulit
    untuknya mengatakan yang sebenarnya? Aku tidak tau apa
    yang ada dipikirannya saat ini.
    Tetapi, aku sedikit merasakan kehangatan yang ia berikan.
    Ya tuhan, yang ku harapkan hanya satu kata saja yang keluar
    dari bibirnya, satu kata kepastian
    yang bisa meyakinkan aku untuk
    memberikan seluruh cinta ku
    berlabuh padanya.
    Bukan. Bukan karna aku haus
    akan kata kata gombal yang penuh dengan rayuan manis seorang pria untuk gadisnya.
    Hanya saja ingin mendengar sedikit saja bagaimana perasaannya kepada ku yang
    sesungguhnya.
    Aku serasa menggantung disini,
    seolah tak ada kepastian. Menunggu dan yang ku lakukan hanya terus menunggu. Apa susah sekali mengakui sesuatu yang
    mengganjal di hatinya tuhan?
    Apakah dia masih bimbang dengan kejujuran ku kemarin malam? Aku tidak tau.
  • hedeuhhh, jd menunggu jga niehh....
  • Aaaahhhhh.......... Permainan emosi neh kata2nya!
  • Kedua kaki jenjangnya berayun ayun diatas bangku tua yang sedang ia duduki, pemuda manis
    itu sedang melamunkan sesuatu.
    Sampai sebuah sentuhan dingin
    menyapu pipi tembemnya dan menyadarkannya kembali.
    Ia tersentak kecil kemudian matanya memandang sosok pemuda lain didepannya dengan
    memasang senyuman tipis kearahnya.
    Ia melihat sebuah minuman kaleng dingin yang sempat menempel di pipinya kini di sodorkannya minuman itu kepadanya, ia mengambil minuman kaleng tersebut dari tangan pemuda itu dan meminumnya.
    Yoshi menaruh bokongnya diatas
    permukaan bangku kusam tua yang berlapiskan besi karat. Tangannya memegang benda alumunium yang berisikan minuman ringan, menenggak setengahnya membasahi kerongkongannya yang kering.
    "Siang hari yang panas ya"
    Yoshi lebih dulu memecahkan keheningan diantara mereka, ia
    menaruh kaleng jusnya dan menyandarkan dirinya pada sebatang pohon besar yang menaungi keduanya.
    Ia menghela nafas panjang, matanya menutup meresapi semilir angin sejuk yang menerpa kulit wajahnya yang putih.
    Rasya memainkan kaleng jus ditangannya, kedua kakinya tak
    berhenti mengayun kesana kemari sejak kedatangan Yoshi disebelahnya, matanya melirik sekilas menatap pemuda yang kini sedang menutup kedua matanya.
    Ia tidak suka dengan kediaman ini, ia tidak suka jika harus berdiam diri tanpa berbicara atau mengoceh seperti hal biasanya yang sering ia lakukan jika sedang berdua dengan Yoshi, dia bukanlah tipe orang yang suka
    dengan keheningan seperti ini.
    Bibir tipisnya membuka sebelum sebuah suara mengintrupsi kata
    yang akan keluar dari mulutnya.
    "Kamu tau Sya, aku senang jika
    saat berdua seperti ini dengan mu"
    Rasya menatap wajah sahabat kentalnya dengan tatapan tak
    mengerti, mata itu tetap menutup tapi sebuah senyuman tipis memancar lembut untuknya.
    Ia tertegun sesaat, kepalanya ia tolehkan kearah lain.
    "Rasanya nyaman saat bisa bersama dengan orang yang dekat dengan kita"
    ia melanjutkan kata katanya yang
    sempat menggantung di udara, mata onyx itu akhirnya terbuka
    memperlihatkan kilauannya yang
    seolah mampu membuat orang
    disampingnya terpukau sesaat.
    Rasya diam, kedia tangannya yang sedang memainkan kaleng
    jus pun menghentikan gerakannya. Matanya menatap
    lekat sosok pemuda disampingnya.
    Perlahan sebuah hembusan angin
    menerpa keduanya, membuat rambutnya bergerak kecil mengikuti hembusan angin yang
    tercipta disekeliling mereka.

    ****
  • Kedua kaki jenjangnya berayun ayun diatas bangku tua yang sedang ia duduki, pemuda manis
    itu sedang melamunkan sesuatu.
    Sampai sebuah sentuhan dingin
    menyapu pipi tembemnya dan menyadarkannya kembali.
    Ia tersentak kecil kemudian matanya memandang sosok pemuda lain didepannya dengan
    memasang senyuman tipis kearahnya.
    Ia melihat sebuah minuman kaleng dingin yang sempat menempel di pipinya kini di sodorkannya minuman itu kepadanya, ia mengambil minuman kaleng tersebut dari tangan pemuda itu dan meminumnya.
    Yoshi menaruh bokongnya diatas
    permukaan bangku kusam tua yang berlapiskan besi karat. Tangannya memegang benda alumunium yang berisikan minuman ringan, menenggak setengahnya membasahi kerongkongannya yang kering.
    "Siang hari yang panas ya"
    Yoshi lebih dulu memecahkan keheningan diantara mereka, ia
    menaruh kaleng jusnya dan menyandarkan dirinya pada sebatang pohon besar yang menaungi keduanya.
    Ia menghela nafas panjang, matanya menutup meresapi semilir angin sejuk yang menerpa kulit wajahnya yang putih.
    Rasya memainkan kaleng jus ditangannya, kedua kakinya tak
    berhenti mengayun kesana kemari sejak kedatangan Yoshi disebelahnya, matanya melirik sekilas menatap pemuda yang kini sedang menutup kedua matanya.
    Ia tidak suka dengan kediaman ini, ia tidak suka jika harus berdiam diri tanpa berbicara atau mengoceh seperti hal biasanya yang sering ia lakukan jika sedang berdua dengan Yoshi, dia bukanlah tipe orang yang suka
    dengan keheningan seperti ini.
    Bibir tipisnya membuka sebelum sebuah suara mengintrupsi kata
    yang akan keluar dari mulutnya.
    "Kamu tau Sya, aku senang jika
    saat berdua seperti ini dengan mu"
    Rasya menatap wajah sahabat kentalnya dengan tatapan tak
    mengerti, mata itu tetap menutup tapi sebuah senyuman tipis memancar lembut untuknya.
    Ia tertegun sesaat, kepalanya ia tolehkan kearah lain.
    "Rasanya nyaman saat bisa bersama dengan orang yang dekat dengan kita"
    ia melanjutkan kata katanya yang
    sempat menggantung di udara, mata onyx itu akhirnya terbuka
    memperlihatkan kilauannya yang
    seolah mampu membuat orang
    disampingnya terpukau sesaat.
    Rasya diam, kedia tangannya yang sedang memainkan kaleng
    jus pun menghentikan gerakannya. Matanya menatap
    lekat sosok pemuda disampingnya.
    Perlahan sebuah hembusan angin
    menerpa keduanya, membuat rambutnya bergerak kecil mengikuti hembusan angin yang
    tercipta disekeliling mereka.

    ****
  • yahh..kirain panjang.. taunya dopost... :p
  • "Bisakah..bisakah kau tidak memberi harapan kosong pada ku"
    Kepalanya menunduk, Yoshi tersentak mendengar suara bernada putus asa itu keluar dari bibir sahabatnya.
    "Kau tau, itu sangatlah menyakitkan"
    Ucapannya bertambah dan semakin membuat Yoshi merasa
    bersalah.
    Rasya menatap sepatu kets putihnya, kedua tangannya perlahan luruh dikedua sisi tubuhnya. Matanya yang selalu bersinar perlahan sayu dan memudar.
    Yoshi diam, ia membuang arah pandangannya kesudut lain yang
    menurutnya lebih menarik untuk
    dilihat. Rasya menutup kedua matanya dan menghembuskan nafas pelan. Ia meremas kaleng jus yang ada ditangannya dengan
    erat, mencoba mengalihkan rasa
    sakitnya pada sebuah remasan
    pada kaleng tersebut.
    Ia tidak akan menangis, ia mencoba menahan setetes embun
    yang kini menggenang di pelupuk
    matanya, ia terus menekan perasaannya agar tetap kuat.
    Ia tidak mau menangis, ia adalah laki laki dan pantang baginya menangisi hal yang menurutnya
    bukanlah sesuatu hal yang besar.
    Tapi entah mengapa dihati kecilnya mengatakan lain, ini bukanlah hal yang sepele karna ini sudah menyangkut tentang
    perasaanya dan hatinya.
    Ia merasa dipermainkan oleh sahabatnya, ia merasa terombang
    ambing dengan kenyataan bahwa
    sebenarnya Yoshi tidaklah mempunyai perasaan yang sama
    dengan apa yang ia rasakan padanya, ia merasa seperti orang
    bodoh yang menanti sesuatu hal
    yang tidak mungkin ia dapatkan.
    Genggamannya pada kaleng jus
    ditangannya semakin kuat.
    "Ternyata aku memang tidak berarti ya bagi mu"
    Yoshi berkata lirih dan mengangkat kepalanya tanpa memandang wajah Yoshi disampingnya, Yoshi terkejut dan
    memalingkan wajahnya kearah
    sahabatnya.
    Matanya berkilat tajam, ia tidak suka Rasya mengatakan hal seperti itu. Ia benar benar tidak menyukainya. Tetapi ia tetap diam dan juga tak membalas ucapan Rasya.
    Rasya yang melihat kediaman Yoshi pun merasa tak tahan, ia bangkit dari duduknya dan membuang kaleng jus itu masuk
    kedalam tong sampah dengan kasar.
    "Sudahlah. Tanpa kau jawab pun aku sudah tau. Maaf sudah mengganggu mu selama ini, dan
    lebih baik kau lupakan saja semua
    ucapan bodoh ku waktu itu"
    terdengar suara langkah kaki yang semakin menjauh dan tubuh itu pun perlahan menghilang diantara sudut bangunan.
    ****
  • ada typo...
    "Ternyata aku memang tidak berarti ya bagi mu"
    Yoshi] berkata lirih dan mengangkat kepalanya tanpa memandang wajah Yoshi disampingnya,

    yoshinya kembar! @-)
    :p
  • Lageeeeee
  • Yoshi menghela nafas berat, matanya menatap sayu sosok pemuda yang kini sudah menghilang diantara sudut bangunan kokoh, sebelah tangannya menutupi sebagian permukaan wajahnya, tubuhnya
    pun ia sandarkan kembali pada
    sebatang pohon besar dibelakangnya.
    "Sepertinya aku sudah keterlaluan"
    ****
    Kakinya melangkah cepat menerobos laju pejalan kaki lain
    yang sedang berjalan dijalan setapak yang bisa dibilang lumayan ramai saat disiang hari
    yang terik seperti sekarang, peluh
    menetes membasahi sebagian kemeja yang membalut tubuh kecilnya, dengan langkah kaki
    yang semakin dipercepat ia berlari menerobos kerumunan burung
    merpati yang sedang mematuki
    remahan roti yang ada disekitar
    taman kota.
    Belasan burung merpati itu pun pergi menjauh dan mulai mengepakkan sayapnya mencari
    tempat makan lain yang jauh dari gangguan orang orang seperti
    pemuda yang kini duduk diatas
    besi kokoh itu.
    Rasya mendongkakan kepalanya
    menatap sekumpulan merpati putih yang kini sedang terbang
    jauh bersama kawanannya yang
    lain. Dirinya menatap iri gerombolan merpati yang selalu
    bersama disaat kapan pun.
    Ia menatap pantulan dirinya pada
    sebuah kolam kecil yang ada didepannya, merefleksikan bayangannya sendiri sebelum
    bayangan lain datang melengkapi
    bayangan dirinya pada kolam kecil.
    Rasya tersentak saat merasakan kehadiran seseorang disampingnya atau lebih tepatnya
    seseorang yang kini sedang berdiri dibelakangnya. Rasya menolehkan wajahnya ke samping dan mendapati seorang
    pemuda lain disebelahnya.
    Rasya mengerutkan keningnya
    menatap sebal pemuda yang kini
    mendaratkan bokongnya duduk
    disebelahnya tanpa izin.
    Orang itu memasang senyum ramah, tapi dimata Rasya senyuman itu berbeda tidak menampakan keramahan yang
    terpancar dari raut wajah pemuda
    disampingnya tersebut.
    ****
  • siapakah dia....? :D
    lanjut..
Sign In or Register to comment.