It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
ngomong di wall ja ya disini jadi oot nih hehe..
dah sana kamu cepetan update, untk menutupi k oot-an ini~ #maunya
Bagaikan sayap yang patah.
Mencoba untuk mengepakkan putihnya mimpi.
Tetapi tetap terjatuh tanpa harapan.
Terpaku, matanya menerawang jauh menatap langit.
Kau berusaha, ingin memecahkan hitam menjadi sebuah warna indah.
Kau palingkan kepala mu. Memandang helai bulu sayap mu
yang semakin hari semakin menipis.
Kau ingin tertawa, seolah mengurangi kepedihan yang terasa menyesakkan dada.
Kau menari, menyanyi sendu dalam hati yang terpekur kubangan angan.
Dengan langkah kaki yang tersisa,
kau mencoba seakan semua tak
akan pernah berhenti.
***
Rasya Pov.
Aku tak pernah bimbang selama ini, hanya saja aku tak mengerti dengan kasih sayang dan perhatian lebih yang ia berikan.
Seolah ia ingin membuat ku mengerti tentang apa yang ia rasakan selama ini.
Mengatakan perasaannya melalui
caranya sendiri, bukan dengan balasan kata kata ku tempo hari.
Hanya saja diri ini masih ragu untuk membuka hati untuknya,
ketika aku berbicara dia hanya
memandang ku lembut dan saat
aku memeluknya dia hanya tersenyum tipis dan membalas
pelukan ku. Apakah terlalu sulit
untuknya mengatakan yang sebenarnya? Aku tidak tau apa
yang ada dipikirannya saat ini.
Tetapi, aku sedikit merasakan kehangatan yang ia berikan.
Ya tuhan, yang ku harapkan hanya satu kata saja yang keluar
dari bibirnya, satu kata kepastian
yang bisa meyakinkan aku untuk
memberikan seluruh cinta ku
berlabuh padanya.
Bukan. Bukan karna aku haus
akan kata kata gombal yang penuh dengan rayuan manis seorang pria untuk gadisnya.
Hanya saja ingin mendengar sedikit saja bagaimana perasaannya kepada ku yang
sesungguhnya.
Aku serasa menggantung disini,
seolah tak ada kepastian. Menunggu dan yang ku lakukan hanya terus menunggu. Apa susah sekali mengakui sesuatu yang
mengganjal di hatinya tuhan?
Apakah dia masih bimbang dengan kejujuran ku kemarin malam? Aku tidak tau.
itu sedang melamunkan sesuatu.
Sampai sebuah sentuhan dingin
menyapu pipi tembemnya dan menyadarkannya kembali.
Ia tersentak kecil kemudian matanya memandang sosok pemuda lain didepannya dengan
memasang senyuman tipis kearahnya.
Ia melihat sebuah minuman kaleng dingin yang sempat menempel di pipinya kini di sodorkannya minuman itu kepadanya, ia mengambil minuman kaleng tersebut dari tangan pemuda itu dan meminumnya.
Yoshi menaruh bokongnya diatas
permukaan bangku kusam tua yang berlapiskan besi karat. Tangannya memegang benda alumunium yang berisikan minuman ringan, menenggak setengahnya membasahi kerongkongannya yang kering.
"Siang hari yang panas ya"
Yoshi lebih dulu memecahkan keheningan diantara mereka, ia
menaruh kaleng jusnya dan menyandarkan dirinya pada sebatang pohon besar yang menaungi keduanya.
Ia menghela nafas panjang, matanya menutup meresapi semilir angin sejuk yang menerpa kulit wajahnya yang putih.
Rasya memainkan kaleng jus ditangannya, kedua kakinya tak
berhenti mengayun kesana kemari sejak kedatangan Yoshi disebelahnya, matanya melirik sekilas menatap pemuda yang kini sedang menutup kedua matanya.
Ia tidak suka dengan kediaman ini, ia tidak suka jika harus berdiam diri tanpa berbicara atau mengoceh seperti hal biasanya yang sering ia lakukan jika sedang berdua dengan Yoshi, dia bukanlah tipe orang yang suka
dengan keheningan seperti ini.
Bibir tipisnya membuka sebelum sebuah suara mengintrupsi kata
yang akan keluar dari mulutnya.
"Kamu tau Sya, aku senang jika
saat berdua seperti ini dengan mu"
Rasya menatap wajah sahabat kentalnya dengan tatapan tak
mengerti, mata itu tetap menutup tapi sebuah senyuman tipis memancar lembut untuknya.
Ia tertegun sesaat, kepalanya ia tolehkan kearah lain.
"Rasanya nyaman saat bisa bersama dengan orang yang dekat dengan kita"
ia melanjutkan kata katanya yang
sempat menggantung di udara, mata onyx itu akhirnya terbuka
memperlihatkan kilauannya yang
seolah mampu membuat orang
disampingnya terpukau sesaat.
Rasya diam, kedia tangannya yang sedang memainkan kaleng
jus pun menghentikan gerakannya. Matanya menatap
lekat sosok pemuda disampingnya.
Perlahan sebuah hembusan angin
menerpa keduanya, membuat rambutnya bergerak kecil mengikuti hembusan angin yang
tercipta disekeliling mereka.
****
itu sedang melamunkan sesuatu.
Sampai sebuah sentuhan dingin
menyapu pipi tembemnya dan menyadarkannya kembali.
Ia tersentak kecil kemudian matanya memandang sosok pemuda lain didepannya dengan
memasang senyuman tipis kearahnya.
Ia melihat sebuah minuman kaleng dingin yang sempat menempel di pipinya kini di sodorkannya minuman itu kepadanya, ia mengambil minuman kaleng tersebut dari tangan pemuda itu dan meminumnya.
Yoshi menaruh bokongnya diatas
permukaan bangku kusam tua yang berlapiskan besi karat. Tangannya memegang benda alumunium yang berisikan minuman ringan, menenggak setengahnya membasahi kerongkongannya yang kering.
"Siang hari yang panas ya"
Yoshi lebih dulu memecahkan keheningan diantara mereka, ia
menaruh kaleng jusnya dan menyandarkan dirinya pada sebatang pohon besar yang menaungi keduanya.
Ia menghela nafas panjang, matanya menutup meresapi semilir angin sejuk yang menerpa kulit wajahnya yang putih.
Rasya memainkan kaleng jus ditangannya, kedua kakinya tak
berhenti mengayun kesana kemari sejak kedatangan Yoshi disebelahnya, matanya melirik sekilas menatap pemuda yang kini sedang menutup kedua matanya.
Ia tidak suka dengan kediaman ini, ia tidak suka jika harus berdiam diri tanpa berbicara atau mengoceh seperti hal biasanya yang sering ia lakukan jika sedang berdua dengan Yoshi, dia bukanlah tipe orang yang suka
dengan keheningan seperti ini.
Bibir tipisnya membuka sebelum sebuah suara mengintrupsi kata
yang akan keluar dari mulutnya.
"Kamu tau Sya, aku senang jika
saat berdua seperti ini dengan mu"
Rasya menatap wajah sahabat kentalnya dengan tatapan tak
mengerti, mata itu tetap menutup tapi sebuah senyuman tipis memancar lembut untuknya.
Ia tertegun sesaat, kepalanya ia tolehkan kearah lain.
"Rasanya nyaman saat bisa bersama dengan orang yang dekat dengan kita"
ia melanjutkan kata katanya yang
sempat menggantung di udara, mata onyx itu akhirnya terbuka
memperlihatkan kilauannya yang
seolah mampu membuat orang
disampingnya terpukau sesaat.
Rasya diam, kedia tangannya yang sedang memainkan kaleng
jus pun menghentikan gerakannya. Matanya menatap
lekat sosok pemuda disampingnya.
Perlahan sebuah hembusan angin
menerpa keduanya, membuat rambutnya bergerak kecil mengikuti hembusan angin yang
tercipta disekeliling mereka.
****
Kepalanya menunduk, Yoshi tersentak mendengar suara bernada putus asa itu keluar dari bibir sahabatnya.
"Kau tau, itu sangatlah menyakitkan"
Ucapannya bertambah dan semakin membuat Yoshi merasa
bersalah.
Rasya menatap sepatu kets putihnya, kedua tangannya perlahan luruh dikedua sisi tubuhnya. Matanya yang selalu bersinar perlahan sayu dan memudar.
Yoshi diam, ia membuang arah pandangannya kesudut lain yang
menurutnya lebih menarik untuk
dilihat. Rasya menutup kedua matanya dan menghembuskan nafas pelan. Ia meremas kaleng jus yang ada ditangannya dengan
erat, mencoba mengalihkan rasa
sakitnya pada sebuah remasan
pada kaleng tersebut.
Ia tidak akan menangis, ia mencoba menahan setetes embun
yang kini menggenang di pelupuk
matanya, ia terus menekan perasaannya agar tetap kuat.
Ia tidak mau menangis, ia adalah laki laki dan pantang baginya menangisi hal yang menurutnya
bukanlah sesuatu hal yang besar.
Tapi entah mengapa dihati kecilnya mengatakan lain, ini bukanlah hal yang sepele karna ini sudah menyangkut tentang
perasaanya dan hatinya.
Ia merasa dipermainkan oleh sahabatnya, ia merasa terombang
ambing dengan kenyataan bahwa
sebenarnya Yoshi tidaklah mempunyai perasaan yang sama
dengan apa yang ia rasakan padanya, ia merasa seperti orang
bodoh yang menanti sesuatu hal
yang tidak mungkin ia dapatkan.
Genggamannya pada kaleng jus
ditangannya semakin kuat.
"Ternyata aku memang tidak berarti ya bagi mu"
Yoshi berkata lirih dan mengangkat kepalanya tanpa memandang wajah Yoshi disampingnya, Yoshi terkejut dan
memalingkan wajahnya kearah
sahabatnya.
Matanya berkilat tajam, ia tidak suka Rasya mengatakan hal seperti itu. Ia benar benar tidak menyukainya. Tetapi ia tetap diam dan juga tak membalas ucapan Rasya.
Rasya yang melihat kediaman Yoshi pun merasa tak tahan, ia bangkit dari duduknya dan membuang kaleng jus itu masuk
kedalam tong sampah dengan kasar.
"Sudahlah. Tanpa kau jawab pun aku sudah tau. Maaf sudah mengganggu mu selama ini, dan
lebih baik kau lupakan saja semua
ucapan bodoh ku waktu itu"
terdengar suara langkah kaki yang semakin menjauh dan tubuh itu pun perlahan menghilang diantara sudut bangunan.
****
"Ternyata aku memang tidak berarti ya bagi mu"
Yoshi] berkata lirih dan mengangkat kepalanya tanpa memandang wajah Yoshi disampingnya,
yoshinya kembar! @-)
pun ia sandarkan kembali pada
sebatang pohon besar dibelakangnya.
"Sepertinya aku sudah keterlaluan"
****
Kakinya melangkah cepat menerobos laju pejalan kaki lain
yang sedang berjalan dijalan setapak yang bisa dibilang lumayan ramai saat disiang hari
yang terik seperti sekarang, peluh
menetes membasahi sebagian kemeja yang membalut tubuh kecilnya, dengan langkah kaki
yang semakin dipercepat ia berlari menerobos kerumunan burung
merpati yang sedang mematuki
remahan roti yang ada disekitar
taman kota.
Belasan burung merpati itu pun pergi menjauh dan mulai mengepakkan sayapnya mencari
tempat makan lain yang jauh dari gangguan orang orang seperti
pemuda yang kini duduk diatas
besi kokoh itu.
Rasya mendongkakan kepalanya
menatap sekumpulan merpati putih yang kini sedang terbang
jauh bersama kawanannya yang
lain. Dirinya menatap iri gerombolan merpati yang selalu
bersama disaat kapan pun.
Ia menatap pantulan dirinya pada
sebuah kolam kecil yang ada didepannya, merefleksikan bayangannya sendiri sebelum
bayangan lain datang melengkapi
bayangan dirinya pada kolam kecil.
Rasya tersentak saat merasakan kehadiran seseorang disampingnya atau lebih tepatnya
seseorang yang kini sedang berdiri dibelakangnya. Rasya menolehkan wajahnya ke samping dan mendapati seorang
pemuda lain disebelahnya.
Rasya mengerutkan keningnya
menatap sebal pemuda yang kini
mendaratkan bokongnya duduk
disebelahnya tanpa izin.
Orang itu memasang senyum ramah, tapi dimata Rasya senyuman itu berbeda tidak menampakan keramahan yang
terpancar dari raut wajah pemuda
disampingnya tersebut.
****
lanjut..