It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
matanya mengedar menatap
sekeliling ruangan kamar sang
pemilik rumah, Levi mengulum senyum menanggapi omongan
mantan kekasihnya itu.
"Ya seperti yang lu liatlah"
ungkapnya singkat disertai dengan kekehan kecil, ia menarik
selimutnya ke atas membungkus
tubuhnya kembali.
"Well, ngomong ngomong bokap
lu kemana? Masih sibuk dengan
kerjaannya kah?"
Yoshi tertawa renyah, Levi menatap matanya dengan tatapan kosong.
"Begitulah"
suaranya terdengar sendu. Yoshi
mengutuki kebodohannya didalam hati. Ia merasa bersalah
telah menanyai pertanyaan seperti itu.
"Sorry"
ia mengelus punggung tangan
Levi dengan lembut sebagai
permohonan maafnya, Levi yang
seolah mengerti dengan maksud
Yoshi pun hanya membalasnya
dengan senyuman tipis.
"Lu udah makan?"
tanyanya lembut, Levi diam lalu
menggelengkan kepalanya.
"Ya udah, gue panggil si bibi dulu
deh minta tolong buatin makanan
buat lu"
ia segera beranjak dari duduknya
tapi usahanya segera di hentikan
oleh genggaman tangan yang
menariknya kembali pada sosok
yang terbaring lemah di ranjang.
"Pembantu lagi gak ada"
ucapnya pelan. Yoshi menatap
bingung kearah Levi.
"Loh? Emang pada kemana?"
tanyanya bego.
"Pulang kampung"
jawabnya singkat. Keningnya
mengerut mendengar jawaban
Levi barusan.
"Inikan belum musimnya mudik,
lebaran masih lama"
Levi melepaskan genggaman
tangannya pada pergelangan
Yoshi. Ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal lalu
tersenyum kikuk.
"Gue yang suruh pulang"
serunya di sertai dengan cengiran
lebarnya.
Plok, sebuah jitakan sukses menghantam kepala Levi dengan
mulusnya, ia meringis kecil lalu
mengusap bekas jitakan di kepalanya.
"Kok gue dijitak sih"
ucapnya ketus, merasa tak terima
dengan jitakan yang di berikan
padanya.
Yoshi menghela nafas panjang
menetralisirkan kekesalannya,
lalu matanya memandang iris
hitam milik Levi.
"Jelaslah gue jitak lu karna lu tu
bego, lagi sakit tapi malah nyuruh
pembantu pulang kampung"
dengusnya pelan, heran dengan
keajaiban si pemuda jangkung
di hadapannya ini.
"Kenapa?"
tanya Levi polos.
"Lu lagi sakit, siapa yang mau urusinnya kalau di rumah ini ga
ada siapa siapa monyong"
"Kan ada lu Chi"
jawab Levi dengan entengnya.
Plok. Satu jitakan kembali mendarat ke kepala Levi.
"Sialan, lu pikir gue babu lu"
"Aduh. Tega bener sih lu jitak
orang yang lagi sakit. Kalau otak gue gagar otak gimana?"
sembur Levi keras.
"Biar! Supaya otak lu agak
warasan sedikit huh"
Semburnya tak kalah garang,
Levi mengkerut takut melihat
kegalakan mantannya itu.
***
@claudy, @anan_jaya
bagaiman kabar yoshi ya??
Kasian dia,, cinta nya bertepuk sebelah kaki,,,
Tapi, bagaimana dengan Rasya?
Peduli apa!
terkadang cinta itu sendiri bisa jadi kian rumit dan membingungkan sehingga tak jarang di dera oleh dilema.
Dan nyatanya diantara ketiga nya tak terjalin sebuah komitmen hanya sebatas hubungan antara "Mantan dan Sahabat".
Sahabat (Rasya) yang dari hari ke hari kian intim, sedangkan mantan (Levi) membuka celah untuk dimulainya babak baru lagi yang mengarah ke ...
Dan aku sebagai penikmat cerita, hanya tersenyum dan mengikuti permainan penulis! Mau di bawa kemana kisah segitiga biru ini????
Mengingat judul nya "Tak Selamanya", jadi harus dipastikan ada yang terluka dengan sebuah keputusan.
Hohohoho.....
Nak, sisipilah sebuah intrik dan teka teki untuk menguji tebakan pembaca, pastikan jangan mudah untuk ditebak (kecuali oleh para pembaca pikiran), buatlah semakin nyata dan mengalir, serta tak diharapkan dengan pemaksaan alur guna cepat kelar.
Sex itu diperkenankan bila fantasimu liar dan membara tuangkan sedemikian erotisnya, dan aku percaya sebagian besar dari kami (selaku pembaca) sudah baliq dan bacaaan seperti ini sangatlah lumrah. ok nak!
Yup lanjuuuuuut. Jebroot
terlihat kusut, terdapat lingkaran
hitam yang memenuhi sudut
matanya. Ia menguap pelan lalu
kembali fokus pada layar komputer di depannya.
Salah satu teman kerjanya nampak begitu heran melihat
teman sekantornya itu begitu
lesu belakangan ini.
Yoshi tersentak kaget saat bahunya di tepuk seseorang dari
belakang, kepalanya memutar
memandang sosok yang menepuk
bahunya barusan.
"Lesu banget lu Yos"
salah satu teman kantornya
bertanya dengan ekspresi wajah
bingung.
"Haha, gue cuma kurang tidur"
"Kurang tidur? Emang bos nyuruh
lu lembur ya?"
"Enggak. Cuma gue lagi urus
temen gue yang sakit"
"Siapa? Rasya bukan?"
"Bukan, dia sih baik baik aja"
"Oh, syukur deh. Eh gue balik
dulu ya"
"Ok, hati hati yo"
"Iya, balik juga lo jangan sampe
nginep"
Yoshi melambaikan tangannya
menanggapi teman sekantornya
itu, tangannya memijit pelan
pangkal hidungnya. Ia menatap
jam yang melingkar manis di
tangan kanannya.
Setelah dirasa pekerjaannya
sudah diselesaikan ia rapihkan
beberapa barang yang ada di atas
meja kerjanya dan memasukkan
beberapa lembar kertas masuk
kedalam tasnya.
Tangannya menenteng tas kerjanya dan melangkah keluar
dari ruangan, tampak suasana
kantor yang sudah sepi hanya
ada beberapa orang saja yang
masih setia berada di dalam gedung besar bercatkan putih
gading ini.
Kakinya berjalan masuk ke area
parkir dan sedikit membalas
sapaan beberapa satpam yang
ada di pos jaga, bibirnya juga
tak lupa menampilkan senyum
kepada orang orang yang berlalu
lalang disekitar gedung.
Ia masukkan kunci motornya
ke dalam lubang dan tak lama
motor besar miliknya pun melenggang bebas meninggalkan
gedung tempatnya bekerja.
****
Entah mengapa sore ini perut Rasya terasa lapar maka ia memutuskan untuk pergi ke
tempat makan langganannya,
dengan hanya berbalutkan kaos
hitam dengan celana pendek
selutut, kakinya melangkah keluar
dari kostannya bersama Yoshi
yang nyaman.
Ia menutup pelan pintu kayu itu
dan melenggang pergi menuju
ke tempat makan favoritnya,
di perjalanan ia melewati beberapa belokan gang kecil dan
taman yang ada disekitar kostnya.
Matanya menatap jalanan setapak
berlapis semen, disampingnya
ada beberapa rumah besar yang
berpagarkan besi menjulang tinggi. Di sekelilingnya di tanami
sebuah bunga bunga indah dan
terlihat sebuah pohon bonsai
mungil yang melengkapi kemewahan rumah besar itu.
Rasya yang tak sadar saat menyebrang jalanan kecil di
kagetkan oleh suara klakson
motor dari arah belakang, tubuhnya dengan reflek menghindar dari senggolan
motor itu pada punggungnya.
Bibirnya mengumpat pelan lalu
dengan raut wajah kesal ia mendekat kepada si pengendara
motor tak bertanggung jawab
iti yang hampir menabraknya.
"Woi, bawa motor pelan pelan
bisa kagak"
Rasya membentak dengan suara
yang keras, si pengendara motor
itu pun turun dari atas motor
besarnya lalu melepas helmnya
dari kepalanya.
"Maaf, saya tidak sengaja..."
ucapan lelaki itu terhenti saat
melihat siapa yang menegurnya.
"Rasya?"
manik hitam itu membulat tak
menatap sosok sahabatnya yang
tak kalah sama kagetnya.
"He? Yoshi??"
Rasya melangkahkan kakinya
lebih mendekati sosok Yoshi di hadapannya.
"Aduh maaf Sya. Aku hampir
nabrak kamu tadi"
Yoshi memasang wajah menyesal
karna hampir saja menabrak
sahabat seatapnya.
Rasya mencebikkan bibirnya lalu
menatap tajam ke arah Yoshi.
"Makanya hati hati lain kali"
Yoshi meringis kecil dan tak
lupa mengusap belakang kepalanya yang tak gatal.
"Sorry"
Ucap Yoshi pelan, ia menatap
penampilan Rasya yang begitu
santai sore itu.
"Kamu mau kemana? Ini sudah
sore loh"
Rasya terkekeh pelan.
"Mau ke warung, biasa makan
disana. Aku lagi malas masak"
"Ya sudah aku antar sekalian"
Yoshi kembali memasang helm
ke kepalanya dan menstarterkan
motornya.
"Gak usah. Deket ko jalan kaki juga sampe"
"Yeh, sekalian aku juga mau makan disana"
Jawab Yoshi tak lupa ia menepuk
pelan jok belakang motornya.
"Ayo naik.."
"Lho? Kamu jadi ikut juga sih"
Tanya Rasya polos, Yoshi menghela nafas kecil lalu membuka kaca helmnya sedikit.
"Kamu kan gak masak . Ya aku
makan apa nanti"
Rasya menepuk pelan keningnya.
Ia lupa jika ia tidak memasak
hari ini karna alasannya yang malas.
"Hehe lupa"
Rasya nyengir kuda, lalu naik
ke atas motor milik Yoshi.
"Dasar kakek kakek"
Dengus Yoshi pelan. Ia melajukan
motornya membelah jalanan.
umm, iya ^^"
posting lgi dong...!"
yang mengarak di birunya cakrawala sore itu.
Bumi tak lelahnya berputar pada
porosnya begitu pun aktivitas kehidupan lain yang ada didalamnya, kedua pemuda yang
sejak tadi hanya diam sambil membaringkan diri pada sebuah
permadani hijau alami yang di sajikan oleh alam.
Setelah mereka mengenyangkan
perutnya dengan berbagai macam
makanan akhirnya disinilah mereka berdua mengistirahatkan
diri dari berbagai macam aktivitas
yang melelahkan seharian.
Mencoba melepaskan rasa penat
dari rutinitas dengan memandang
langit senja di pinggir danau kota,
Yoshi merentangkan kedua tangannya dan melipat lengan
satunya menjadi ganjalan untuk
kepalanya.
Di sampingnya Rasya melakukan
hal yang sama seperti sahabatnya
hanya saja dia menumpukan kedua tangannya menjadi sandaran kepalanya.
"Jarang ya kita bisa seperti ini"
Rasyalah yang pertama kali memecahkan keheningan yang
meliputi diantara keduanya.
Yoshi menengokkan kepalanya dan membentuk sebuah senyuman tipis.
"Iya"
desahnya pelan, matanya menutup menikmati sendunya
angin yang menggelitik di sekitar wajahnya.
Rasya menghela nafas kecil dan
tiba tiba tangannya terangkat
hanya untuk menyentuh sisi dari
wajah sahabatnya, tapi tangannya
berhenti sebelum jemarinya berhasil menyentuh wajah putih
yang sedang tersenyum itu.
Rasya menarik kembali tangannya
menjauh dari wajah Yoshi, ia
mengepalkan tangannya dan menggigit bibir bawahnya menahan gejolak yang seolah
membakar dadanya saat ini.
Rasya memalingkan wajahnya
pada langit diatasnya, menatap
kosong hamparan jingga pekat
yang sebentar lagi akan di gantikan oleh gelap.
***
Ingin aku ceritakan kisah klasik
sahabat.
Yang indah dan penuh dengan
tawa kebahagiaan.
Bukan hanya masa bahagia atau
senang yang tergores apik.
Tetapi terselip kisah sendu serta
sedih yang mewarnainya.
Ingin ku bagi semua dengan senyuman berarti tanpa perih.
Meski kadang ada saja sejentik
kata yang terlewati dan membuat lengkungan senyum itu menghilang.
Bila waktu nanti kita bertemu kembali, bisakah waktu menyusun serpihan cerita klasik ini.
Menuntun dan mencoba merangkai makna masa lalu
dan membungkusnya menjadi
sesuatu yang terkenang.
yang mengarak di birunya cakrawala sore itu.
Bumi tak lelahnya berputar pada
porosnya begitu pun aktivitas kehidupan lain yang ada didalamnya, kedua pemuda yang
sejak tadi hanya diam sambil membaringkan diri pada sebuah
permadani hijau alami yang di sajikan oleh alam.
Setelah mereka mengenyangkan
perutnya dengan berbagai macam
makanan akhirnya disinilah mereka berdua mengistirahatkan
diri dari berbagai macam aktivitas
yang melelahkan seharian.
Mencoba melepaskan rasa penat
dari rutinitas dengan memandang
langit senja di pinggir danau kota,
Yoshi merentangkan kedua tangannya dan melipat lengan
satunya menjadi ganjalan untuk
kepalanya.
Di sampingnya Rasya melakukan
hal yang sama seperti sahabatnya
hanya saja dia menumpukan kedua tangannya menjadi sandaran kepalanya.
"Jarang ya kita bisa seperti ini"
Rasyalah yang pertama kali memecahkan keheningan yang
meliputi diantara keduanya.
Yoshi menengokkan kepalanya dan membentuk sebuah senyuman tipis.
"Iya"
desahnya pelan, matanya menutup menikmati sendunya
angin yang menggelitik di sekitar wajahnya.
Rasya menghela nafas kecil dan
tiba tiba tangannya terangkat
hanya untuk menyentuh sisi dari
wajah sahabatnya, tapi tangannya
berhenti sebelum jemarinya berhasil menyentuh wajah putih
yang sedang tersenyum itu.
Rasya menarik kembali tangannya
menjauh dari wajah Yoshi, ia
mengepalkan tangannya dan menggigit bibir bawahnya menahan gejolak yang seolah
membakar dadanya saat ini.
Rasya memalingkan wajahnya
pada langit diatasnya, menatap
kosong hamparan jingga pekat
yang sebentar lagi akan di gantikan oleh gelap.
***
Ingin aku ceritakan kisah klasik
sahabat.
Yang indah dan penuh dengan
tawa kebahagiaan.
Bukan hanya masa bahagia atau
senang yang tergores apik.
Tetapi terselip kisah sendu serta
sedih yang mewarnainya.
Ingin ku bagi semua dengan senyuman berarti tanpa perih.
Meski kadang ada saja sejentik
kata yang terlewati dan membuat lengkungan senyum itu menghilang.
Bila waktu nanti kita bertemu kembali, bisakah waktu menyusun serpihan cerita klasik ini.
Menuntun dan mencoba merangkai makna masa lalu
dan membungkusnya menjadi
sesuatu yang terkenang.
Si yoshi kenapa sih, kok belum nyatain cintanya ma rasya ..