BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Tak Selamanya

1181921232427

Comments

  • "Sya..."
    Panggilnya lirih, manik hitamnya masih tersembunyi diantara kedua kelopak matanya yang enggan untuk terbuka.
    Rasya menolehkan kepalanya ke samping, memandang wajah putih itu lekat.
    "Apa saat ini ada orang yang kau
    suka?"
    Yoshi membuka kedua matanya
    menggeser kepalanya agar bisa
    memandang wajah Rasya lebih
    dekat.
    Nafasnya tercekat, tiba tiba udara
    terasa dingin menyentuh seluruh
    tubuhnya saat mendengar kata
    kata yang keluar dari bibir sahabatnya.
    Rasya hanya mematung diam tanpa membuka mulutnya sedikit
    pun, kedua matanya menatap lekat wajah pemuda disampingnya.
    "Ada ya?"
    ucap Yoshi pelan, ia tersenyum
    tipis lalu mengusap pelan helaian
    rambut Rasya yang ternyata terasa lembut saat ia mengusapnya.
    Rasya sedikit menggeser jarak
    diantara mereka, memberi sedikit ruang baginya untuk memanisilir sedikit rasa gugupnya saat berada
    sedekat itu dengan orang yang
    ia sukai.
    Yoshi menatap bingung tingkah
    laku sahabatnya yang tiba tiba
    saja bergerak menjauh dari posisi
    sebelumnya, ia tertawa pelan dan
    beringsut dari rebahannya.
    "Hahaha, kamu ini polos sekali
    sih. Aku kan hanya bertanya saja
    tapi kenapa respon mu berlebihan
    begitu.."
    "Atau jangan-jangan orang yang
    kamu sukai itu adalah Aku"
    tebaknya diselingi dengan tawa
    kecil yang membuat bahunya berguncang.
    Rasya mengepalkan tangannya
    kuat, hatinya merasa perih mendengar candaan Yoshi yang
    menurutnya mungkin lucu.
    Rasya berdiri dari posisinya dan
    melangkahkan kakinya meninggalkan Yoshi yang masih bisa menertawai perasaanya.
    Yoshi menghentikan tawanya
    saat merasakan tidak ada sosok
    Rasya disebelahnya, ia beringsut
    cepat dan mengejar sosok Rasya
    yang semakin menjauh.
    tap tap tap tap, Yoshi berlari
    mencoba mengimbangi langkah
    kaki Rasya yang cepat, ia menangkap pergelangan tangan
    Rasya dan membalikan tubuhnya
    sehingga menghadapkannya.
    Ekspresi wajah Rasya saat itu
    sendu sekali. Yoshi menelan ludahnya yang terasa kering ia
    merasa menyesal dengan ucapannya tadi.
    Ia tidak tau jika kata katanya yang
    terlontar itu sedikit melukai hati
    sahabatnya ini, ia meremas jemari
    Rasya pelan mencoba mengirim
    permintaan maafnya melalui
    genggaman tangannya yang kini
    saling bertautan.
    Rasya menundukkan kepalanya
    menyembunyikan sedikit wajahnya pada helaian rambutnya yang memang sudah
    sedikit memanjang.
    "Maaf.. Bukan maksud ku untuk.."
    "Tidak apa apa"
    ucap Rasya memotong ucapan
    Yoshi yang menggantung.
    Ia mengangkat wajahnya dan
    memasang senyum palsunya.
    Ia melepaskan genggaman tangan Yoshi dari lengannya.
    "Lebih baik sekarang kita pulang,
    ini hampir malam"
    ia tersenyum kecil, dan kembali
    meninggalkan Yoshi di belakangnya.
  • "Sya..."
    Panggilnya lirih, manik hitamnya masih tersembunyi diantara kedua kelopak matanya yang enggan untuk terbuka.
    Rasya menolehkan kepalanya ke samping, memandang wajah putih itu lekat.
    "Apa saat ini ada orang yang kau
    suka?"
    Yoshi membuka kedua matanya
    menggeser kepalanya agar bisa
    memandang wajah Rasya lebih
    dekat.
    Nafasnya tercekat, tiba tiba udara
    terasa dingin menyentuh seluruh
    tubuhnya saat mendengar kata
    kata yang keluar dari bibir sahabatnya.
    Rasya hanya mematung diam tanpa membuka mulutnya sedikit
    pun, kedua matanya menatap lekat wajah pemuda disampingnya.
    "Ada ya?"
    ucap Yoshi pelan, ia tersenyum
    tipis lalu mengusap pelan helaian
    rambut Rasya yang ternyata terasa lembut saat ia mengusapnya.
    Rasya sedikit menggeser jarak
    diantara mereka, memberi sedikit ruang baginya untuk memanisilir sedikit rasa gugupnya saat berada
    sedekat itu dengan orang yang
    ia sukai.
    Yoshi menatap bingung tingkah
    laku sahabatnya yang tiba tiba
    saja bergerak menjauh dari posisi
    sebelumnya, ia tertawa pelan dan
    beringsut dari rebahannya.
    "Hahaha, kamu ini polos sekali
    sih. Aku kan hanya bertanya saja
    tapi kenapa respon mu berlebihan
    begitu.."
    "Atau jangan-jangan orang yang
    kamu sukai itu adalah Aku"
    tebaknya diselingi dengan tawa
    kecil yang membuat bahunya berguncang.
    Rasya mengepalkan tangannya
    kuat, hatinya merasa perih mendengar candaan Yoshi yang
    menurutnya mungkin lucu.
    Rasya berdiri dari posisinya dan
    melangkahkan kakinya meninggalkan Yoshi yang masih bisa menertawai perasaanya.
    Yoshi menghentikan tawanya
    saat merasakan tidak ada sosok
    Rasya disebelahnya, ia beringsut
    cepat dan mengejar sosok Rasya
    yang semakin menjauh.
    tap tap tap tap, Yoshi berlari
    mencoba mengimbangi langkah
    kaki Rasya yang cepat, ia menangkap pergelangan tangan
    Rasya dan membalikan tubuhnya
    sehingga menghadapkannya.
    Ekspresi wajah Rasya saat itu
    sendu sekali. Yoshi menelan ludahnya yang terasa kering ia
    merasa menyesal dengan ucapannya tadi.
    Ia tidak tau jika kata katanya yang
    terlontar itu sedikit melukai hati
    sahabatnya ini, ia meremas jemari
    Rasya pelan mencoba mengirim
    permintaan maafnya melalui
    genggaman tangannya yang kini
    saling bertautan.
    Rasya menundukkan kepalanya
    menyembunyikan sedikit wajahnya pada helaian rambutnya yang memang sudah
    sedikit memanjang.
    "Maaf.. Bukan maksud ku untuk.."
    "Tidak apa apa"
    ucap Rasya memotong ucapan
    Yoshi yang menggantung.
    Ia mengangkat wajahnya dan
    memasang senyum palsunya.
    Ia melepaskan genggaman tangan Yoshi dari lengannya.
    "Lebih baik sekarang kita pulang,
    ini hampir malam"
    ia tersenyum kecil, dan kembali
    meninggalkan Yoshi di belakangnya.
  • lanjutannya mana lg nihhh..... Pengen tau akhirnya gmna?
  • kok belum dilanjut lg si ??
    Kangen mesranya rasya ma yoshi ni .
  • Yoshi Pov.
    Disepanjang perjalanan pulang
    bibir ku tak lelahnya menghela
    nafas sejak tadi, mata ku kembali
    fokus pada jalanan raya yang ada
    di depan ku. Langit pun mulai gelap bintang bintang pun tak
    luput menggantungkan cahayanya. Dengan ditemani sinar rembulan yang melengkapi sendunya malam ini.
    Sepertinya suasana galau benar
    benar terasa, bahkan Rasya yang
    biasanya cerewet pun sekarang
    berubah menjadi pendiam, aku?
    Sepertinya kediaman Rasya menular juga pada ku.
    Aku menepikan motor besar ku
    disamping pohon mangga besar
    yang bertengger manisnya di
    depan halaman tempat ku tinggal.
    Rasya turun dari atas motor ku
    dan berlalu begitu saja tanpa
    ada niat berbicara satu patah kata
    pun pada ku.
    Menghela nafas kembali, tangan
    ku sibuk melepas helm yang ku pakai dan menaruhnya diatas jok
    motor ku, tak lupa ku dorong
    motor ku masuk ke area depan
    halaman kosan.
    Aku memparkirkan motorku dan
    berjalan mendekati Rasya yang
    sedang berkutat dengan kunci
    yang ia masukkan ke dalam lubang pintu kayu. Aku menatap
    sosoknya dari balik belakang
    punggungnya.
    Aku mendengar umpatan pelan
    yang keluar dari mulutnya saat
    pintu didepannya tak kunjung
    terbuka, mungkin macet atau
    engselnya rusak aku tak begitu
    peduli. Yang ada dipikiran ku
    saat ini hanya pemuda yang ada
    di depan ku saat ini.
    Umpatan kasar terus saja keluar
    dari bibir tipisnya, aku yang tidak
    tahan dengan kediaman ini pun
    segera ku tarik pergelangan tangannya cepat, membalikkan
    badannya dan menghadapkannya
    pada ku.
    Ku pegang kedua pundaknya erat, aku menatap maanya tajam, tapi
    yang ku dapatinya kepala itu menunduk sehingga setengah
    dari wajahnya tertutupi oleh
    rambut hitamnya.
    "Sya.."
    begitu lirih saat aku memanggil
    namanya.
    Kepalanya semakin tertunduk dalam, aku mendecakkan lidah ku
    kesal dengan gerakan tangan yang gesit ku hadapkan wajahnya
    pada ku dan menata manik mata
    hitamnya dalam.
    "Kenapa?"
    Rasya tetap diam bergeming tanpa melepaskan tatapan matanya pada ku.
    Ku lihat Rasya menghela nafas berat, dan bibirnya bergerak
    mengeluarkan kata kata yang
    membuat ku membulatkan kedua
    mata ku karna saking terkejutnya.
    "Orang yang aku sukai adalah kamu Yoshi"
  • Waaaahh stelah sekian lama akhirnya rasya buka mulut jugaa... Aook sya gua dukung luu.. *pukul bokong rasya eh hahahahay
  • @Difer, @DM_0607
    ia maaf baru lanjut, kemaren2
    lagi buntu buat jalan ceritanya
    jadi ya terlantar deh maaf...
  • wew... ayo rasyaaaa......
  • akhirnya dilanjut juga ..
    Rasya ngomong juga kl org yg dia suka itu yoshi ..
    Pnsaran ma kelanjutannya ..
  • akhirnya dilanjut juga ..
    Rasya ngomong juga kl org yg dia suka itu yoshi ..
    Pnsaran ma kelanjutannya ..
  • Normal Pov.

    Tangan yang semenjak tadi meremas kedua pundak milik Rasya pun akhirnya luruh, kedua
    tangan itu lunglai menggantung
    dikedua sisi tubuhnya yang diam.
    Matanya membulat dan mulutnya
    terkatup rapat.
    Rasya yang melihat ekspresi wajah pemuda didepannya pun
    menundukkan kepalanya, ia mengutuk dirinya sendiri atas
    kejujurannya tenang perasaannya
    pada sahabat kentalnya.
    Yoshi menghembuskan nafas berat dan memijit kecil kepalanya
    yang pusing, ia memundurkan tubuhnya beberapa langkah ke
    belakang dan menyandarkannya
    pada sebuah teralis besi pembatas.
    "Kau tidak sedang bercandakan Sya"
    Ucap Yoshi berat, Rasya tersentak
    saat mendengar Yoshi memanggil
    namanya.
    "Ah, tentu saja tidak"
    Rasya mengelus belakang lehernya yang terasa kaku.
    Yoshi melangkahkan kakinya
    mendekati Rasya pelan, matanya
    menatap bias pantulan dirinya
    pada bola mata jernih milik Rasya.
    Tangan putih itu terangkat dan
    hampir menyentuh kulit putih tanpa noda sedikitpun jika saja
    sebuah suara tak menghentikan
    pergerakannya sebelum sampai
    menyentuh sepasang pipi kenyal
    Rasya.
    "Yoshi"
    kedua kepala itu memalingkan diri ke arah sumber suara di belakang. Yoshi menatap sosok
    tinggi itu bingung.
    Ia menurunkan kembali tangannya dan melangkahkan kakinya ke arah Levi yang sedang
    menunggunya.
    Rasya hanya mampu menatap
    kedua pria yang kini saling berhadapan itu dengan sorot
    matanya yang sayu, ia menghembuskan nafas lelah.
    Tangannya kembali berkutat dengan lubang pintu dan membukanya dengan kunci yang
    ada di tangannya.
    ***
  • Woalah dikit amat... :(
  • irit banget ni story.....
  • Lukakah hati rasya?
  • Terdengar suara debaman pintu
    yang menutup pelan, ia menyandarkan punggungnya pada daun pintu kayu di belakangnya.
    Kepalanya menengadah menatap
    langit langit ruangan yang minim
    dari cahaya lampu, di atas buffet
    hanya ada seberkas cahaya terang
    dari lampu kecil berwarna warni.
    Matanya perlahan menutup, bibirnya mengatup sedangkan
    tangan kanannya meremas
    lapisan baju yang menutupi dadanya yang tak hentinya meredam detakan yang semakin
    cepat sekaligus menyakitkan.
    Ia meraup kain pelapis berbahan
    tipis itu menggenggamnya semakin kuat.
    Menghela nafas kecil berlalu dari
    pijakannya bersandar pada pintu
    kayu dan mulai menghempaskan
    diri ke kasur besar yang empuk
    dan hangat.
    "Sudah ku katakan"
    gumamnya tanpa melepaskan
    pandangannya pada cahaya lampu yang mengisi ruangan minimalis ini.
    Tangannya merogoh ponsel yang
    ada di saku celana pendeknya, membuka folder file pada galeri
    ponselnya dan menemukan sebuah foto. Disana ia menatap
    sesosok wajah yang sedang tersenyum lembut tak lupa dengan berpose gaya yang terkesan tengil mungkin.
    Perlahan bibirnya mengukir sebuah senyuman tulus, tangannya menelusuri lekuk wajah yang ada di layar ponselnya, jari jemarinya terhenti
    pada cengiran pemuda di foto itu
    tangannya mengelus sosok pria
    yang sedang bergaya dengan santainya kemudian tertawa lirih.
    "Haha bodoh. Kurasa aku terlalu
    berharap lebih"
    Ia menjatuhkan ponselnya pada
    lapisan sprei yang membungkus
    kasur berwarna putih gading.
    ***

Sign In or Register to comment.