It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kalo udah di post tag gw ya sob @RyoutaRanshirou
****
Peluh kian deras jatuh pada
dahi Rasya, saat tak sengaja
matanya bertemu pandang dengan mata bermanik hitam
di depannya, posisi mereka tidaklah jauh berbeda saat
beberapa menit yang lalu
tetap dalam posisi yang sama.
Yoshi dengan mencondongkan
tubuhnya mendekat pada wajah
lelaki di hadapannya dan Rasya
yang tetap gugup dengan jarak
wajah yang hanya beberapa
senti saja dengan lawan bicaranya.
Tangannya ia genggam sekuat
mungkin, matanya berpencar
memandang sekeliling keadaan
taman yang sore ini sedang
ramai oleh anak anak yang
sedang bermain.
"Umm, Shi maaf bisakan wajah
mu menjauh sedikit.."
seru Rasya dengan suara pelan,
matanya tidak memandang ke arah wajah Yoshi.
"Kalau aku bilang tidak mau?
Bagaimana"
Akhirnya dengan keberaniaan
yang sedikit tertampung dalam
dirinya Rasya memberanikan diri memandang lekat wajah
sahabatnya ini.
"Aku tidak mau orang orang
disini salah paham"
Yoshi mengerutkan keningnya
membalas tatapan Rasya padanya.
"Maksud mu salah paham apa?"
gigi Rasya bergemelutuk mendengar jawaban polos
dari bibir Yoshi, sungguh apa
dia tak menyadari bagaimana
posisinya saat ini yang begitu
dekat sekali dengannya.
Mata itu kembali mengedar liar
menatap sekelompok ibu ibu
yang sedang menatap posisi
mereka yang terasa ehem ganjil.
Rasya menghela nafasnya dan
mendorong tubuh orang di
hadapannya itu menjauh darinya tapi alangkah baiknya
tuhan hari ini sebelum niatnya
untuk mendorong tubuh Yoshi
menjauh darinya dari arah
belakang terdengar sebuah suara teriakan seorang anak kecil yang tak sengajaa menendang bola dengan kuatnya melesat dengan indahnya dan menghantam tubuh seseorang di depannya
tak ayal tubuh yoshi pun terpental ke depan dan sukses
menabrak sosok rasya yang
berada tepat dihadapannya.
Brughh, dan kejadian selanjutnya tak bisa mereka hindari kedua bibir itu sudah
saling menekan dengan berat badan Yoshi menindih tubuh
Rasya di bawahnya.
Beberapa pasang mata
yang melihat adegan romantis
itu pun hanya bisa menahan
nafas dengan mata yang hampir melotot keluar.
See betapa beruntungnya nasib mereka hari ini.
Lanjut yg extra long dung...
kebanyakan enter.... lebih baik enternya kalo habis paragraf aja
jadi tulisannya gak kaya puisi ganti spasinya
hu'um ini pake hp bang.
Iya deh nanti aku coba sarannya thanks ya.. ^^
maaf kalau ga enak di pandang
ketikannya.. (_ . _)
really adicted to this story
tadi sempat memejam rapat, ia
mengedipkan matanya sekali
yang ia lihat pertama kali adalah
seorang wajah yang tidak asing
lagi, matanya membulat lebar
mana kala melihat bibirnya bersentuhan langsung dengan
bibir seseorang yang saat ini
sedang menindih tubuhnya di
depan umum. Ya tubuh Rasya
menegang sesaat menyadari
jika sekarang ia dan Yoshi sedang
menjadi tontonan orang orang
di taman, dengan cepat ia mendorong tubuh Yoshi dari
atas tubuhnya.
Matanya memandang tajam
wajah sahabatnya itu disana
terlihat sekali masih ada rasa
kekagetan di wajahnya, Yoshi
menatap balik Rasya yang memegang bibirnya yang tadi
sempat ia kecup.
Yoshi menetralisirkan kekagetannya dengan kembali
memasang wajah biasa, ia bangkit dari duduknya kemudian ia
membungkukan sedikit tubuhnya
memohon maaf pada orang orang
di sekitar taman karna telah
membuat kegaduhan dengan
insiden yang tak di sengaja ini.
Ia memandang lekat Rasya yang
tak sedikit pun merubah posisi
dari duduknya di tanah, Yoshi
menghela nafas berat lalu menarik tangan Rasya cepat,
secepat ia melangkahkan kakinya menyeret Rasya keluar dari taman
dan orang orang yang masih
memandang aneh ke arah meraka
berdua.
****
Yoshi melepaskan genggaman
tangannya pada jemari Rasya
setelah merasa jarak mereka
berdua telah jauh dengan area
taman dan orang orang yang ada
disana, ia membalikkan tubuhnya
menatap wajah sahabatnya itu.
Yoshi yang sempat membuka
bibirnya untuk mengatakan
sesuatu akhirnya menutupkan kembali bibirnya setelah melihat
kepala Rasya yang tertunduk
dalam, ia menghela nafas kecil
lalu melangkahkan kakinya
mendekat pada sosok yang sudah
ia anggap seperti sahabat dekatnya itu.
Sentuhan telapak tangan pada
bahunya membuat Rasya mendongkakkan wajahnya
memandang Yoshi yang saat
ini sedang menatapnya dalam.
"Maaf" Ucap Yoshi lirih.
Rasya tertegun sesaat mendengar
kata maaf yang keluar dari bibir
tipis Yoshi.
"Maaf aku sudah..."
kata kata Yoshi terpotong oleh
Rasya yang membuka suaranya.
"Tak apa, toh ini tak di sengaja
kan aku juga tidak tau kalau
kejadiannya bisa jadi begini"
Rasya tersenyum kecil, lalu tangannya menyentuh bibir
tipisnya.
"Itu ciuman pertama ku"
ucap Rasya pelan tanpa memandang Yoshi yang saat ini
membulatkan kedua matanya
terkejut.
Kata Yoshi pelan, matanya yang
terbelalak kembali menyipit, ada
sengatan kecil pada dadanya tak
kala Rasya mengutarakan kejujuran itu padanya.
Angin sore menghembuskan
helaian rambut keduanya diantara
keheningan yang tercipta hanya
kebisingan beberapa motor yang
melewati jalan setapak itu.
Rasya mendongkakan kepala
memandang Yoshi yang tak
sedetik pun melepaskan tatapan
matanya pada sosoknya.
"Kenapa?"
Tanya Rasya merasa grogi di tatap
sedalam itu oleh Yoshi.
"Jadi.. Itu first kiss mu ya?"
Seru Yoshi, bibirnya bergetar
menahan kekehan kecilnya.
"Itu tidak lucu"
balas Rasya sewot, ia melipatkan
kedua tangannya di dada.
"Haha. Aku takut kamu marah
karna sudah merebut ciuman
pertama mu ya walaupun tidak
disengaja"
Yoshi mengaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, ia
merasa canggung harus berkata
apa setelah kejadian memalukan
itu. Rasya menggerakkan seulas
senyum tipisnya melihat yoshi
yang terlihat canggung.
"Sudahlah lupakan saja, aku
tidak mau mengingat itu lagi"
Rasya menutup wajahnya dengan
sebelah tangan, wajahnya merah
mengingat kejadian tadi.
"Tapi... Aku tidak bisa lupa"
seru Yoshi lirih, ia menatap
tanah yang ia pijak. Perlahan
tangannya terangkat mengelus
lembut bibir bawahnya.
Rasya mengerutkan keningnya
menatap sosok sahabatnya yang
begitu terhanyut dengan lamunan
dalam pikirannya.
"Kamu bilang apa?"
suara keras Rasya menyentak
kembali kesadarannya dari
pikiran fantasi anehnya, Yoshi
meringis kecil memandang Rasya
sebentar.
"Tidak apa. Ayo kita pulang"
langkah kaki Yoshi lebih dulu
pergi meninggalkan Rasya yang
tetap berdiri diam di tempatnya.
Rasya tersenyum tipis menyusul
langkah Yoshi yang terlebih dahulu berjalan meninggalkan
dirinya di belakang.
***
Malam harinya..
Yoshi sibuk mengganti chanel
tv tanpa henti, entah saluran mana yang ingin di lihat. Rasya
yang berada disampingnya pun
di buat pusing oleh ulanya.
Tangan putih itu merebut remot
televisi dengan cepat, yoshi
menggeram protes atas aksinya
merebut remot itu dengan tiba
tiba.
"Aku pusing tau, kamu ganti
chanelnya terus"
sembur Rasya. Matanya melotot
tajam memandang sahabat
seatapnya itu.
"Huh"
Yoshi mendengus kecil lalu
merebakan dirinya di atas kasur
besarnya, ia melipat kedua tangannya dan menumpukannya
ke belakang kepala.
Rasya melirikkan matanya memandang wajah sahabat
dekatnya dari samping, ia menghela nafas kecil lalu ikut
merebahkan tubuhnya di sebelah
Yoshi.
"Sudah, soal itu kamu lupakan"
bisik Rasya pelan, Yoshi menengokkan kepala menghadap
Rasya di sebelahnya.
"Siapa juga yang memikirkan
kejadian tadi sore"
ucapnya sinis, Rasya memiringkan
sedikit tubuhnya menghadapkan
dirinya agar lebih leluasa menatap
Yoshi di sampingnya.
"Benarkah?"
Kata Rasya sendu. Yoshi bungkam
saat itu juga melihat ekspresi
sedih yang terpancar dari wajah
sayu itu.
@anan_jaya, @Bayuaja01
lanjutnya nanti siang ya, oya
selamat hari ibu semuanya.. ^^
justru sakit yang di tanam mungkin itu kata yang tepat menggambarkan perasaan Rasya
sekarang, ia tidak menyangka
jika Yoshi melupakan begitu
saja ciuman pertamanya itu
yang secara tidak sengaja di
rebut olehnya.
Yoshi merasa bersalah telah
mengatakan hal yang membuat
sahabatnya itu murung, apa yang
bisa ia lakukan agar sahabatnya
ini mau kembali seperti Rasya
yang biasanya, berfikir berfikir
Yoshi terus berfikir sampai sebuah ide melintas di dalam kepalanya.
"Ah, bagaimana kalau kita mengulangi kejadian tadi sore"
ucap Yoshi dengan polosnya, mata Rasya otomatis terbelalak
mendengar usulan konyol keluar
dari bibir merahnya.
"Biar aku ingat lagi bagaimana
rasanya berciuman dengan mu"
tambahnya lagi dengan entengnya berbicara seperti itu.
Di depan Rasya yang menahan
kesalnya, Yoshi yang sadar akan
ucapannya mulai menutup mulut
menggunakan kedua tangannya.
Ia memandang kuyu ke arah
Rasya yang siap dengan kepalan
tangannya menghantam kepalanya detik itu juga.
"Coba kau ulangi lagi"
Desis Rasya dengan nada suara
yang mengancam, matanya berkilat seolah menemukan mangsa di depannya.
"Err.. Tidak haha"
keringat dingin turun melalui
pelipisnya, ia sedikit takut melihat
aura membunuh dari sekitar
tubuh sahabatnya itu, ia menelan
ludahnya yang terasa pahit.
Dan sebuah hadiah jitakan manis
pun mendarat dengan mulusnya
di atas kepala Yoshi, ia meringis
kecil memegang sayang kepalanya dengan harapan ia
tidak mengalami gagar otak
akibat pukulan manis dari teman
dekatnya itu.
Senyum kemenangan memancar
dari wajahnya saat melihat mangsanya berhasil di buat kesakitan dengan jitakan supernya.
"Haha anggap saja itu ciuman
kedua ku untuk mu"
Rasya beranjak dari rebahannya
kemudian pergi keluar menutup
pintu kayu itu dengan kerasnya.
"Huft.. Marah dia"
senyum kecil menghiasi wajah
putih milik Yoshi, ia hanya
mengusap pucuk kepalanya
dan mengedikkan kedua bahunya.
"Sya.. Rasya.."
suara Yoshi menggema di segala
ruangan minimalis ini, setelah
ia membuka pintu kayu kostnya
ia mulai meneriaki satu nama
penghuni lain disini.
Kepala Rasya menyembul dari
sisi dinding pembatas antara
ruangan satu dengan dapur kecil.
"Ada apa?"
ucapnya tanpa menghentikan
aktivitasnya di dalam dapur,
yoshi melangkah dengan riangnya menyusul sahabat
sekaligus teman seatapnya.
"Coba tebak ini tanggal berapa?"
bisiknya tepat di daun telinga
Rasya, kepala itu menoleh lalu
memandang heran Yoshi di
sampingnya.
"Tanggal 5. Memang kenapa?"
Alisna bertautan memandang
bingung Yoshi yang hanya
berhaha hihi ria di sebelahnya.
"Hari inikan aku gajian dan aku
dapat tambahan bonus dari bos"
ucapnya semangat, ia menunjukan sebuah amplop
putih di depan wajah Rasya.
"Ini, kamu saja yang pegang
setengahnya"
yoshi memberikan setengah dari
hasil gajinya kepada Rasya, Rasya
cengo sesaat menatap amplop
putih yang kini berada di tangannya.
"Inikan gaji mu? Hasil kerja
keras mu, kenapa harus aku yang
pegang?"
"Itu uang untuk di kirim ke orang
tua mu di kampung Sya ya selebihnya keperluan sehari hari
lah"
wajah Rasya makin cengo mendengar perkataan Yoshi, maksudnya dia memberi uang
ini untuk mengirim kepada
orang tua Rasya di kampung.
"Aku tidak mau"
Rasya mengembalikan amplop
yang berisi uang itu kepadanya.
Yoshi menautkan kedua alisnya
menatap Rasya heran.
"Kenapa di kembalikan?"
"Aku tidak mau menyusahkan mu
aku bisa bekerja sendiri dari hasil
keringat ku sendiri"
kata Rasya ketus, ia kembali
fokus pada masakannya.
"Aku ikhlas kok. Kamu lebih baik
jangan bekerja ya biar aku yang
menanggung semuanya"
Ucap Yoshi mantap, gerakan
tangan Rasya terhenti saat itu
juga ia kembali menaruh pisau
dapur itu di atas talenan.
"Aku tidak mau di kasihani,
aku masih punya tenaga ko
untuk bekerja sendiri"
Rasya membalikkan badannya
menghadap Yoshi, ia tersenyum
tipis kepadanya.
"Kau simpan saja uang mu lalu
kau tabung untuk keperluan mu
yang lain"
Rasya menepuk pundak Yoshi
dengan lembut, ia menghela
nafas kecil tangannga bergerak
mengambil serbet yang tergantung di dekat wastafel.
Ada tangan lain menggenggam
jemari Rasya, ia menolehkan
kepalanya menghadap sosok
sahabat yang sangai ia sayangi.
"Aku tidak merasa kau menyusahkan aku atau pun
membebani ku Sya"
tangan itu semakin erat mengenggam jemari Rasya ketika
bibir itu mengucapkan kata kata
yang terlampau serius.
"Aku.. Aku hanya ingin kau
mengurus segala keperluan
sehari hari kita saja, biar aku
yang bekerja"
matanya memancar keseriusan
di setiap perkataannya. Rasya
menelan ludahnya yang terasa
menyangkut di kerongkongan.
"Tapi..."
ucapannya terhenti oleh kata
kata Yoshi berikutnya.
"Sudah, kau terima saja dan ingat
jangan berani beraninya kamu
untuk bekerja apalagi bekerja
di tempat Levi"
Seru Yoshi seraya melangkahkan
kakinya meninggalkan Rasya
di dalam dapur.