BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

MY IDIOT BROTHER! (SPESIAL RAMADHAN)

1121315171827

Comments

  • Gue ngak bisa menerka - nerka apa yang akan terjadi. Tapi gue masih menunggu buat updateannya. Tapi semoga Reki baik - baik ajah, Rekinya jangan dibikin mati >_<
  • @farizpratama7 , @yuzz ,
    @fuumareicchi ,
    @regieallvano , @luky , @cee_gee , @novian,
    @elul , @tsu_no_yanyan , @egosantoso ,
    @arifinselalusial , @babayz @dafazartin, @zeva_21 ,
    @bombo , @aries18 , @dhika_smg , @bi_ngung ,
    @edwardlaura , @san1204, @needu, @alfa_centaury, @peace123456789, @putrasuherman1, @diyuna, @edelwis, @faisalits_d , @erickhidayat, @jhonshan26, @mr_makassar, @zhar12, @adra_84, @afif18_raka94, @indraa156, @master_ofsun, @Dimaz_Deprince63, @sasadara, @Wilhem, @tarry, @CALLISTO, @zuyy18, @bumbellbee, @alvaredza

    ++++++
    ++++++++


    Aku terbangun ketika ku dengar orang sesenggukan menangis. Mataku silau ditimpa cahaya matahari. Aku merasakan sakit yang teramat sangat di kepalaku. Pikiranku masih belum bisa mencerna dengan jelas apa yang terjadi.

    "Aduh, kepalaku sakit sekali! Dimana ini?" Aku menggerutu, karena selain sakit di kepalaku, tubuhku juga merasakan dingin yang teramat sangat. Baru aku sadari, ternyata celana yang aku pakai basah dan tubuhku setengah telanjang.

    "Udaaa, akh, syukurlah Uda sudah siuman. Bikin kami takut saja! Uda, ga' lupa ingatan kan?" Ku lihat sosok yang berbicara. Akh, Khalid? Aku bangkit duduk sambil memegangi kepalaku yang benjol.

    "Uda kenapa dek?" Tanyaku sambi melihat Wika yang menangis di sampingku. Dia memburu tubuhku dan memelukku.

    "Itu uda!" Khalid menunjuk ke tengah telaga, aku tersenyum kecut ketika menyadari pelepah daun kelapa yang melintang di tengah telaga kecil itu.

    "Haduhh, jadi pelepah daun kelapa itu yang menghantam kepala, Uda?" Tanyaku sambil meringis. Pantas saja aku pinsan. Untung bukan buahnya yang jatuh. Haduhhh, sial bener.

    "Iya Uda, Khalid juga tidak menduga pelepah itu akan jatuh. Sekarang gimana, Uda? Pasti sakit bangetlah ya?" Khalid mengusap benjolan di kepalaku.

    "Iya Dek, sudah tidak apa-apa. Cuma agak sedikit pusing!"

    "Kakak?" Wika menatapku, ku lirik matanya yang memandang gelisah. Bahunya bergetar. Aku tahu, dia mempunyai banyak kata yang ingin dia ucapkan, tapi lidahnya seperti dibuhul, dia hanya bisa menatapku. Ketika aku balas menatapnya, dia segera membuang mukanya. Aku mencium kepala Wika. Dan memeluknya.

    "Kakak tidak apa-apa, Dek. Wika tenang aja ya! Ayok mau dilanjut mandinya atau gimana?" Aku memandang mereka silih berganti.

    "Mandinya udahan aja, Uda! Kita pulang aja, kita obati dulu benjolan di kepala, Uda!" Khalid berlari menuju tumpukan baju. Meraupnya dan membawanya mendekati kami.

    "Ayok, Wika! Pake baju dulu!" Khalid memegang tangan Wika. Mengajaknya duduk. Khalid mengenakan pakaiannya sendiri. Sementara Wika, hanya bisa melihat. Aku baru menyadari kedua bocah ini sudah remaja. Sudah harus bisa menjaga aurat. Wajahku memerah melihat Wika dan Khalid yang telanjang. Dengan cepat aku mengambilkan baju dan celana Wika. Kalau dia sendiri yang mengenakannya, akan butuh waktu lama. Ku kenakan bajunya, lalu ku pasangkan celananya. Setelah mengurus Wika, aku mengenakan bajuku sendiri.

    "Khalid, Uda ga' apa-apa kok! Tujuan kita kesini kan main layangan. Ayokkk, kamu pimpin jalan, lapangannya dimana?" Aku mengambil layangan dan buntalan benangnya.

    "Wishhhh, Uda semangat euy! Tapi harus hati-hati, jalan ke bawah sana agak curam Uda! Khalid tidak mau Uda atau Wika terjatuh!" Terang Khalid sambil berjalan, dia menggandeng tangan Wika. Memberikan Wika senyum manisnya. Dan aku lihat, rona merah muncul di wajah Wika. Hei??? Aku merasa heran.

    "Wow, Uda jadi tambah penasaran, Dek! Ayokkk, kita jalan!" Sebelum pergi, aku melihat sekeliling. Akh, tepi telaga tersebut ternyata di tumbuhi pohon kelapa sebanyak tiga batang. Buahnya sangat lebat. Tidak terbayang kalau yang menghantam kepalaku tadi buahnya. Mungkin bisa rengkah batok kepalaku ini. Mengerikan.

    Dan seperti tadi, Wika da Khalid bergerak sangat cepat. Kaki-kaki kecil mereka bergerak dengan lincah. Khalid terlihat begitu perhatian sama Wika. Dan ada satu hal yang membuatku heran, Wika terlalu banyak mengumbar senyum. Apa yang dia rasakan? Kenapa dia terlihat begitu bahagia? Aku jadi menduga-duga, mungkin dia mendapatkan teman yang sebaya dengannya. Baik dan ganteng lagi. Khalid seperti tidak mempedulikan kekurangan yang ada pada Wika.

    "Kamu tahu, Wika. Di lapangan bawah sana, anginnya kencang banget. Tapi itulah enaknya layang-layang danguang itu dimainkan di udara kencang seperti itu. Bunyinya di langit sana seperti ribuan kumbang. Berdengung!" Dan aku tersenyum geli, ketika tanggapan Wika hanya berupa senyum khasnya. Tersenyum dan tertawa, terus meloncat-loncat. Itulah ekspresi kebahagiaan seorang Wika. Aku mempercepat jalanku ketika akhirnya sampai di penurunan yang memang terlihat sedikit curam. Memang sih, kalau hujan, dan jika terpeleset akan jatuh ke dalam ngarai sana. Hutan di sini masih terlihat begitu alami. Pohon-pohon pinus tumbuh dengan suburnya. Menghijau menutupi punggung bukit.
    Dan di bawah sana ada daratan landai yang lumayan luas. Daratan yang juga berada di atas bebukitan, bisa dibayangkan, kalau telaga tadi berada di puncak bukit, dan aku heran, kenapa bisa ada telaga di atas sana, dan batu-batu besar di atas itu, bagaimana proses terbentuknya? Aku tidak bisa menduga, mungkin sudah kehendak Tuhan menjadikan alam disini sungguh indah dipandang mata.

    "Udaaaaa.... kesiniiiii!" Khalid berlari mengitari dataran landai itu. Angin pagi tidak begitu kencang menerpa. Malah matahari terasa hangat di badan. Wah, tempat yang asyik untuk berjemur sebenarnya disini, menjemur baju! Dari dataran ini, aku bisa melihat jauh ke bawah sana. Terlihat perkampungan yang beberapa hari yang lalu aku lewati. Jauh sekali. Rumah-rumah terlihat sebesar kelingking.

    "Hahaha, ayo kejar aku, Wika! Kalau dapat, ntar aku kasih buah jambu!" Khalid mengitari Wika, dia menyentuh tubuh Wika dan berlari. Begitu dia lakukan berulang-ulang. Namun Wika hanya melompat-lompat senang. Dia tidak mengejar Khalid yang mulai menjahilinya.

    "Ayo kejar, Wika! Kejar Khalid!" Teriakku mengompori. Aku menaroh layang-layang di rerumputan, ikut bergabung dengan mereka bermain. Tawa Khalid dan Wika membahana di dataran landai ini. Tawa yang dipenuhi dengan kebahagiaan.

    Akhirnya aku dan Khalid terkapar di rerumputan. Sementara Wika duduk di sampingku dengan nafas terengah-engah. Langit membiru terang, matahari sudah mulai menyengat.

    "Uda, di dalam hutan sana, ada pohon jambu biji. Mau kesana ga'?" Sambil berbaring, Khalid menoleh ke arahku. Aku menatap hutan yang dimaksud Khalid. Pohon-pohon besar tumbuh di tepi hutan itu dengan sangat rapatnya. Terlihat gelap dan sedikit membuatku resah. Bunyi burung bersahut-sahutan di dalam sana. Angin menggerakkan dedaunan, menimbulkan nada-nada ngilu dan mengerikan.

    "Uda, kok malah bengong?" Aku dikagetkan oleh suara Khalid.

    "Di dalam sana aman ga'?" Tanyaku meyakinkan diri.

    "Ya amanlah Uda, palingan di dalam sana, ada ular, babi, monyet dan burung-burung. Khalid sering ke dalam sana kok!"

    Aku melirik jam di tanganku. Pukul setengah 12 siang. Sebenarnya ini tidak aman. Aku tidak tahu wilayah yang akan aku masuki. Ku pandangi Wika. Tidak! Dia bisa sakit kalau harus masuk ke dalam hutan sana.

    "Kapan-kapan aja deh ya, Khalid! Sekarang kita pulag yuk, sebentar lagi tepat jam 12 siang. Hari yang sangat rentan dengan segala penyakit!"

    "Oke deh, Uda! Padahal di dalam sana, jambu bijinya sedang lebat buahnya, Uda. Khalid mau memberikannya satu untuk Wika! Atau tunggu disini sebentar ya, Uda. Khalid ambilkan beberapa buah disana!" Tanpa menunggu persetujuanku, Khalid bangkit dan berlari ke dalam hutan sana. Hatiku kembali cemas.

    Disaat itulah aku ingat, benda putih di dasar telaga. Yah, itu sangat mengerikan. Kenapa bisa ada jerongkong manusia di dalam telaga tersebut. Jerongkong siapakah di dalam telaga sana? Aku menggigil sambil mendekap tubuh Wika yang menatapku heran.

    "Kakak?" Wika mendesah resah, "Pulang!"lanjutnya.

    "Iya, Wika. Kita tunggu Khalid dulu ya?" Wika semakin resah.

    Menit-menit waktu berlalu. Khalid tidak kunjung muncul. Apa aku harus menyusulnya ke dalam hutan sana. Aku mengajak Wika berdiri. Berjalan mendekati bibir hutan ketika aku hendak melangkah memasuki hutan, tiba-tiba angin berdesir. Dan sebuah kikikan yang entah dari mana datangnya merasuk ke dalam telingaku. Bulu kudukku meremang. Suara tawa itu seperti suara tawa perempuan. Tajam namun terdengar jauh. Seperti berada di tengah hutan sana, cuma suara tersebut dibawa angin.

    "Khalidddd!" Teriakku memanggil. Suaraku kembali bergema. Aku takut untuk melangkah ke dalam. Aku berteriak berkali-kali. Dan aku semakin cemas.

    "Kakak. Pulang. Pulang!" Wika semakin merengek. Dia mulai menarik-narik tanganku dengan kuat. Aku tidak mau dia meraung di hutan belantara ini. Apalagi ini di siang hari bolong. Jarum jam di tanganku sudah tepat berada di angka 12. Aku semakin bergetar ketika tawa aneh itu kembali menyeruak dan menusuk gendang telingaku. Dengan cepat aku berbalik dan mengajak Wika untuk segera meninggalkan tempat tersebut.

    Namun baru beberapa langkah kami berjalan, langkah kami terhenti, ketika ku dengar seseorang memanggil.


    "Uda!" Teriak suara itu, aku menolehkan kepala. Khalid? Ohhh syukurlah, aku segera berlari mendekatinya. Namun aku berseru kaget melihat penampilannya. Warna merah menodai tangan dan pakaiannya. Matanya meneteskan air mata. Dia terlihat begitu kesakitan.

    "Khalid, kamu kenapa, Dek?" Aku memburu tubuhnya.

    "Uda!" Teriaknya lagi, sekarang suaranya semakin lemah, lalu tanpa ku duga tubuhnya merosot. Jatuh ke rerumputan.

    Aku menjerit histeris ketika ku sadari, darah membasahi tubuh dan pakaian Khalid. Aku tidak tahu, darah ini berasal dari mana. Seluruh tubuhnya berlumuran darah. Di kepalan tangannya masih ada tergenggam satu buah jambu biji.

    "Khalid!!! Khaliddddd!!! Kamu kenapa dek? Khalidddd!" Aku menggoyang-goyangkan tubuhnya. Aku meraung sejadi-jadinya. Mata Khalid terpejam. Aku panik.

    Bersambung.
  • edited July 2014
    ..... ;;) ;))
  • User ini dan semua pesannya telah dihapus oleh Moderator.
  • Khaliddddddd! tidaaaakkkkkkk!!!

    yahhh itu Khalid kenapa?? masih penasaran deh sama ini bocah :-?


  • khalid diserang kuntilanak!!
    *emot tuyul kaget


    duhh harusny enak baca malam2 nih..
  • apo nan tajadi jo khalid?
  • @reenoreno, jerongkong itu tengkorak, nah yg dilihat si Reki, tengkorak manusia. nah, yg pertanyaan reki, itu tengkorak siapa????
  • aduh tiap di post terakhir pasti bikin penasaran.
  • reenoreno wrote: »
    aduh deg2kan bacanya
    seram banget da, untung siang bacanya

    jerongkong apa?

    jerongkong itu tengkorak dech kayaknya
    :)

    @ularuskasurius da... kok mkin lama mkin seram ya kayaknya...?? atau prasaanku sajakah :(
  • ini si-khalid napa? kayak penuh misteri gitu hidupnya-apa dia seorang pesykopat-- dah menyembah sebangsa jin gitu- -???
  • aku di mention ya uda ular, please :-|
  • Pinter bener nih motong ceritanya. Makin penasaran
  • Ya ampun sumpah deg-degan baca ini, berasa lagi baca sherlock holmes, satu lagi author masuk list favorite ku setelah papi Aji @Seno hehehe, thanx udaaaa
  • kerennn. lanjutkan uda..
    jgn lupa mentionnya :)
Sign In or Register to comment.