It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Pasang mata buka telinga... Siapin kacang tak lupa kopi, gelar tikar
Ayo tarek bang ;;)
Heh, pada ngarang ya! Dikira orang autis atau apalah itu ga bs cemburu? Hey, dia jg manusia dan punya perasaan. Tp gak tau jg sh, si uda buat wika bnr2 autis atau pura2 doang, biar bs di lindungi reki dr bokap'y.
Hanya tuhan (baca: uda ularus)dan wika yang tahu. Gkgkgk.
#TEAMWIKA
@fuumareicchi ,
@regieallvano , @luky , @cee_gee , @novian,
@elul , @tsu_no_yanyan , @egosantoso ,
@arifinselalusial , @babayz @dafazartin, @zeva_21 ,
@bombo , @aries18 , @dhika_smg , @bi_ngung ,
@edwardlaura , @san1204, @needu, @alfa_centaury, @peace123456789, @putrasuherman1, @diyuna, @edelwis, @faisalits_ , @erickhidayat, @jhonshan26, @mr_makassar, @zhar12, @adra_84, @afif18_raka94, @indraa156, @master_ofsun, @Dimaz_Deprince63, @sasadara, @Wilhem, @tarry, @CALLISTO, @zuyy18, @bumbellbee, @alvaredza
+++
++
Wika meringkuk di atas tempat tidur dengan tubuh ditutupi selimut. Dia menggigil ketakutan. Kamar benar-benar sangat gelap. Lampu teplok yang tadinya menerangi kamar, perlahan-laha meredup dan padam karena kehabisan minyak. Dia tidak biasa dalam gelap sendirian. Pikiran-pikiran buruk melintas di ingatannya.
"Dasar anak kurang ajar! Berani-beraninya kau membangkang!" Plakkk, tamparan itu hinggap di pipi Reki. Tepat di hadapan Wika. Waktu itu dia hanya bisa meringkuk di sudut kamar. Di atas ranjang, bundanya menangis menahan sakit dan takut.
"Tapi bunda perlu dibawa ke dokter ayah, tolong ayah, berikan ke Reki uang itu!" Reki mengelus pipinya yang memerah akibat tamparan ayahnya dan berusaha merebut uang yang ada di tangan ayahnya kembali.
"Dokter? Ke dokter kamu bilang? Kau kira kita orang kaya!!! Sudah, kau belikan saja obat batuk di kedai! Jangan kau manjakan perempuan tidak berguna ini! Dasar sampah kalian semua!" Dia menendang perut Reki, membuat Reki terjengkang ke lantai. Wika memekik.
BRAKKK
Pintu terhempas dengan kuat. Ayahnya keluar sambil membanting pintu. Membuat Wika kembali menjerit terkejut. Tubuhnya menggigil menahan takut. Di saat begitu, bundanya pun tiba-tiba memegang dadanya yang bertambah sakit. Jeritan Wika, bunda yang sekarat, membuat Reki panik. Tidak tahu mana yang harus diurusnya. Namun dia mengabaikan Wika yang meraung ketika perlahan-lahan dia melihat tubuh bundanya mengejang. Matanya terbelalak menahan rasa sakit yang teramat sangat.
"Bundaaaaaaa!!!!" Reki memburu tubuh lemah itu, tepat di saat kepala bundanya berada dalam rangkulannya, nafasnya putus, terkulai dan tidak bernyawa lagi. Ratapan Reki menyatu dengan raungan Wika.
"Tidaaaakkk.... Tidakkkkk!" Wika semakin membungkus dirinya dengan selimut ketika dia rasakan ada yang menarik-narik selimut tersebut.
"Hei... Wikaaaa... Wikaaa...! Ini kakak, tenang dek! Tenang!" Reki mengusap dengan lembut tubuh Wika yang terbungkus selimut. Tubuh Wika yang tadi menggigil perlahan-lahan tenang.
"Tidak apa-apa dia, Uda?" Khalid berdiri di samping Reki sambil memegang lampu teplok.
"Tidak apa-apa, Dek! Dia memang tidak bisa ditinggal sendiri dalam gelap. Ayo, ganti lampunya. Turunkan yang tidak berminyak itu!" Ujar Reki sambil mencoba menarik selimut di tubuh Wika. Dia melihat Wika masih sedikit gemetaran.
"Sayang, kamu tidak apa-apa?" Reki membelai kepala Wika. Wika mengangkat kepalanya dan menarohnya di paha Reki.
"Takut!" Bisiknya lemah. Dia memeluk erat tangan Reki.
"Tenang ya sayang. Sekarang kakak sudah disini. Ayo tidur lagi!"
Khalid melihat semua itu. Dia tersenyum. Perlahan-lahan dia mendekati Reki, memeluk tubuh Reki.
"Ya udah, syukurlah kalau Wika tidak kenapa-napa. Khalid kembali ke kamar dulu. Selamat malam, Uda! Selamat malam Wika!" Dia mengusap kepala Wika. Lalu keluar dari kamar.
Kamarnya Khalid persis berada di tengah. Ketika melewati kamar nomor empat dia berhenti. Memegang handel pintu dan mendorongnya dengan pelan. Dia masuk ke dalam kamar itu. Kamar itu sangat gelap. Pekat. Perlahan-lahan dia menutup pintu kamar tersebut. Membaringkan tubuhnya di atas kasur.
"Aku kembali!" Khalid berbisik lirih. Tidak berapa lama bau menyan menyerbak membius malam. Khalid memejamkan matanya. Lalu tubuhnya yang tadi terbaring, tiba-tiba berdiri, menoleh ke arah ranjang, dia melangkahkan kakinya kembali keluar kamar.
Sementara itu, Reki tiba-tiba merasakan kepalanya berat sekali. Bau menyan yang tiba-tiba santer, memenuhi rongga hidungnya. Dia memperbaiki posisi tidur Wika, dan dia membaringkan tubuhnya di samping Wika.
Kenapa rumah ini tajam sekali bau menyannya? Ada apakah? Apa disini ada makhluk halus? Reki terus bertanya-tanya. Sampai akhirnya, dia merasakan semuanya perlahan-lahan lenyap. Jiwanya terbang ke alam nirwana. Melepaskan semua penat yang menguasai badan diri. Tertidur dengan pelukan Wika di tubuhnya.
"Khalid, kamu sedang apa?" Pagi ini aku terbangun ketika matahari sudah muncul di ufuk timur. Sejuknya udara perbukitan melapangkan nafasku. Khalid ku lihat sedang asyik meraut daun kelapa kering. Mengambil lidinya.
"Hei!" Aku memegang pundaknya. Khalid menatapku, aku berjengat, wajahnya sangat dingin dan memandangku dengan tajam. Kemana larinya keramahan dia semalam? Dia menepiskan tanganku, dan melanjutkan meraut lidi-lidi tersebut.
"Adek baik-baik saja?" Aku kembali memegang bahunya. Kali ini dia berhenti. Kembali memandangku dengan sorot matanya yang tajam.
"Sebelum semuanya terlambat. Tinggalkan tempat ini!" Dia kembali menyentakkan tanganku. Mengumpulkan lidi-lidi yang sudah dia raut. Dan bergegas meninggalkanku yang berdiri termangu.
Ada apa dengan Khalid? Sikapnya kembali berubah. Apanya yang terlambat? Akh, biarin aja deh. Mungkin dia lagi ada masalah.
Aku duduk di atas batang pohon kelapa yang sudah tumbang. Memandang hamparan sawah yang menghijau. Udara yang sejuk merasuk menembus pori-pori.
"Wikaaaa, ayoookk kesini! Kita main layangan yokkkk!" Aku mendengar teriakan riang gembira. Ku tolehkan kepalaku ke arah rumah gadang. Dan aku mengerinyit melihat Khalid sedang membimbing Wika turun dari tangga. Wajahnya terlihat sangat semangat dan bahagia. Di tangannya ada layangan. Dan segulung benang.
"Udaaaa, bantuin donkkk!" Khalid berteriak sambil melambaikan tangannya. Aku segera berlari ke arah mereka. Dan aku sangat surprise sekali melihat Wika yang terlihat tersenyum senang. Lesung pipi adikku itu menghiasi wajahnya yang tampan. Walau dia masih tanpa suara. Tapi itu cukup bagiku, dari kemarin dia selalu murung.
"Nah, uda pegang layanganya. Khalid dan Wika akan berlari ke lapangan di atas sana. Ayokkk uda, cuacanya sangat bagus sekali!" Khalid semakin semangat. Dia menarik tangan Wika. Mengajaknya berlari. Dan aku kembali kaget, Wika, pertama kalinya aku melihat dia berlari dengan riang begitu.
Aku mengikuti mereka dengan setengah berlari. Lari mereka cepat sekali. Meninggalkanku yang berusaha menyusuri jalan perbukitan yang dipenuhi cadas. Ketika sampai di perbukitan itu, aku tidak menemukan Wika dan Khalid. Yang ada hanya batu-batu besar. Tidak ada lapangan landai yang dibilang Khalid tadi. Aku cemas, aku masih menaruh perasaan tidak enak sama Khalid. Anak itu seperti mempunyai banyak kepribadian. Aku takut Wika kenapa-napa. Dadaku berdegup kencang.
"Khaliddddd!!! Wikaaaaaaa!!!" Aku berteriak memanggil mereka. Namun suaraku kembali dipantulkan ke arahku. Bergaung dan bergema menembus kesunyian pagi.
Ku perhatikan sekeliling. Batu-batu disini sungguh besar-besar. Bagaikan gajah. Hitam dan dingin.
"Khalidddd! Wikaaaaa!" Teriakku lagi. Aku memeriksa batu-batu besar tersebut satu-satu. Aku semakin cemas, takut Wika kenapa-napa. Dalam hati aku tidak henti berdoa. Hingga sampai aku di batu paling besar. Ku berjalan ke arah samping batu tersebut, dan aku sangat kaget, melihat ada baju yang teronggok dekat bebatuan. Aku mempercepat langkahku. Dadaku.semain berdebar tidak menentu.
Mataku seketika melotot ketika melihat baju tersebut ternyata milik Wika dan Khalid. Dan lebih kaget lagi, dibalik batu besar tersebut ada telaga kecil, dengan pincuran kecil. Dua sosok tubuh asyik berendam dalam telaga tersebut. Khalid terlihat lihai menyelam dan berenang. Sementara Wika, memperhatikannya dari tepi telaga. Dia menepuk-nepuk air dengan riang. Seperti yang pernah ku ceritakan dulu, Wika sangat suka dengan air.
Aku segera membuka bajuku dan menceburkan badanku ke dalam telaga berwarna jernih itu. Ku dekati mereka dan aku rangkul keduanya.
"Kalian nakal! Bikin kakak cemas saja! Khalid juga, katanya mau main layangan, malah asyik-asyik mandi disini. Katanya ada lapangan, kok ga ada?" Mereka berdua melepaskan diri dari rangkulanku. Khalid tertawa merdu, sedang Wika tersenyum malu-malu.
"Iya uda, lapangannya ada di bawah sana. Tadi Wika nih, narik-narik Khalid ke telaga, dia terlihat senang sekali ketika melihat telaga ini. Hihihi, Wika lucu ya uda?"
"Ho oh, Itu kelebihan Wika, dia emang betah bermain air berjam-jam. Tapi dingin juga ya airnya!" Aku memasukkan kepalaku ke dalam air. Menyelam. Kalau bagian tengah telaga ini ternyata cukup dalam juga. Aku terkejut ketika di dasar telaga, aku lihat sesuatu. Sesuatu yang memutih. Segera ku tekan paru-paruku untuk mendorongku lebih jauh ke dalam. Dan begitu sampai di dasar telaga itu, kaget mengguncang hatiku ketika ku lihat dengan jelas sesuatu yang berwarna putih itu. Dengan cepat, aku kembali ke atas.
Namun, begitu kepalaku muncul di permukaan, tiba-tiba sesuatu menghantam kepalaku dengan kerasnya. Membuatku nanar dan limbung. Dan sesosok tubuh berdiri di hadapanku dengan wajah menyeringai.
"Khalid!" Teriakku lemah dengan pandangan tidak percaya, hingga ku rasakan semuanya gelap.
Bersambung.
#SaveWika
haduhhh pake bersambung lagi! #penasaraan bingit!!><
sikhalid brkpribadian ganda..
ish...
ngeri kalli la kek gtu..
jadi takut awak...
uda @ularuskasurius lanjuik taruih....