It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
***********Beberapa Bulan Lalu******
“Do, aku berhasil Do, aku berhasil” riang Boni di telpon, aku kaget dengan telponnya yang tanpa angin tanpa hujan langsung kegirangan seperti itu
“Berhasil apa?” tanyaku bersemangat, aku yakin pasti dia mau bilang kalau dia berhasil juara lagi, hampir setiap kali dia juara dia seperti itu
“Aku di terima sama James, kami pacaran” riangnya lagi, prangggg, rasanya kaca-kaca itu telah pecah, yang sebelumnya retak kini sempura telah pecah. Aku memang sudah memutuskan untuk membuang rasa itu jauh-jauh, tapi tak bisa ku pungkiri aku sangat cemburu dengan berita yang baru saja aku sebutkan.
“Selamat ya” hanya itu yang dapat aku katakan dan aku langsung mematikan sambungan telpon serta langsung menon-aktifkan handphoneku, malam itu aku ingin menangis sejadi-jadinya. Mau tertawa terbahak-bahak. Mengangis atas aku yang kalah dan tertawa atas aku yang bodoh karena telah mencintai sepupu sendiri yang hanya menganggap aku sahabatnya.
Ke esokan harinya saat aku mengaktifkan kembali handphoneku, ada puluhan sms yang masuk dan semua berasal dari Boni, dia cemas mengapa handphone ku tak bisa di hubungi, aku hanya tersenyum, setidaknya dia masih tak berubah, dia masih saja mengkhawatirkan diriku
“Aku baik-baik aja, kemarin handphoneku low bat dan di rumah mati lampu” jawabku saat Boni menelpon ku
“Ohh syukurlah kalau gitu, aku jadi lega, oh ya kami mau jalan-jalan nih ke mall bentar lagi , coba kamu masih ada disini, jadi bisa ku kenalkan dengan James” kata Boni riang, dia tak pernah tahu dan bahkan tak akan pernah tahu bagaimana sakitnya aku saat mendengar semua itu
Hampi setiap hari dia menghubungiku dengan terus menceritakan hari-harinya bersama James, lama kelamaan aku memang dapat mengusir rasa cintaku untuknya dan aku menjadi turut bahagia akan kehidupannya yang baru, toh dia juga tak pernah berubah terhadapku, dia masih saja Boni yang dulu, yang selalu perhatian padaku
Sampai semua terjadi kira-kira sebulan lalu, sebuah tragedy terjadi, Boni menangis tersedu-sedu saat menceritakan padaku kalau James membencinya dan tak ingin lagi menemuinya, ayah James dan ayah Boni ternyata adalah sepasang kekasih lama yang terpisah, dan pertemuan mereka kembali membawa petaka yang akhirnya mengakibatkan kematian ayah James, sejak saat itu James menyalahkan Boni, dia membenci Boni, segala macam upaya telah dilakukan Boni, tapi James tak jua bergeming, rasa bencinya terhadap Boni mampu membunuh cintanya.
Aku yang awalnya respect dengan hubungan indah mereka menjadi membenci James, bagaimana bisa dia menyalahkan Boni atas apa yang telah terjadi, apakah Boni salah terlahir dari ayahnya?
Boni sangat frustasi saat itu, apalagi dia tahu James pindah ke Pontianak, dia tak lagi tahu apa yang harus di perbuat, hamper setiap hari dia menangis dan tak melakukan apa-apa.
Aku yang marah saat itu pergi ke Jakarta mengunjunginya, tak ku perdulikan lagi sekolahku, aku hanya ingin membuat Boni kembali tertawa
Tak ada lagi senyum di wajahnya, dimatanya ku tangkap hanya sebuah asa kosong yang tak memiliki harapan, bagaimana bisa James membuat hal ini padanya? Karena marah, saat itu ku lempar foto James yang ada di kamar Boni
“Tidakkkkk” teriak Boni saat itu, dia langsung berlari dan memungut kembali foto James, gerakannya yang kacau membuat tangannya berdarah karena kaca-kaca yang pecah, aku yang melihatnya tak bisa melakukan apa-apa, aku hanya menangis melihat sepupuku yang kian menderita, apa harus sebuah cinta di bayar dengan luka itu? Apakah pantas seorang James melukai hati malaikat seperti Boni?
Boni tak memperhatikanku, dia terus saja memandang foto James, meski tangannya terluka penuh darah
Aku keluar dari kamarnya dengan tanpa arah, aku tak tahu bagaimana cara membuat dunianya kembali,
“Gimana dengan Boni, Do?” Tanya Ayah Boni dengan wajah penuh cemas, aku hanya menggeleng saja, dan duduk di ruang tamu, aku merebahkan diriku dengan segala masalah yang ada
“Tidakkkkkkkkkkkkkkkkkkk, Boniiiiiiiii” teriak mama Boni dari dalam, aku yang kaget langsung saja berlari ke kamar Boni, saat sampai disana kulihat di pegelangan tangannya sudah penuh dengan darah, dia mencoba bunuh diri dengan kaca pecah itu. Mama nya memeluknya dengan erat sambil menangis, aku hanya terdiam kaku melihat Boni saat itu, dan dalam hariku bersumpah akan membuat James merasakan apa yang telah dia lakukan pada Boni
“Panggil ambulans” teriak ayah Boni, aku yang tersadar dari lamunanku langsung meronggoh handphone di saku celanaku dan memanggil ambulans.