BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Mak Comblang.com

1282931333459

Comments

  • aq bru bca crtanya.. over all bgus kok..

    tpi kraktristik pmeranny krag dlem nih, alurny cpet bgd jd ngrangin feel.. prbhan emsi tiap pmainny jg... tlg diprbaiki ya :)
  • Ũϑåђ ketauan indra n alvian sodara...lnjutanx lbh dipanjangin ya
  • Ũϑåђ ketauan indra n alvian sodara...lnjutanx lbh dipanjangin ya
  • Kepingan kedua puluh delapan.



    ********


    Alvian Pov.



    "Jadi..." Kelvin membuka pembicaraan ini setelah tidak
    ada lagi yang berbicara diantara
    kami berempat.
    "Jadi kalian ini adik kakak?"
    "Iya" ucapku singkat.
    "Kenapa lo ga bilang Ndra"
    tanya Kelvin melirik Indra
    di depannya.
    "Lo ga tanya" jawabnya dingin.
    "Lo udah tau Van?" dia hanya
    menganggukkan kepala.
    "Curanggg! Jadi cuma gue yang
    belum tau semua ini" Kelvin
    menengokkan kepalanya menghadapku. Aku hanya
    mengedikkan kedua bahu ku.
    "Udahlah Vin, yang penting lo
    udah tau kan" sembur lelaki
    yang bernama Evan kepada
    Kelvin. Evan menatapku dan
    mengulurkan tangannya kepada
    ku. Indra menatap Evan bingung.
    "Gue Evan" ucapnya dengan
    senyuman hangat. Aku diam
    saja dan melihat uluran
    tangannya. Aku melirik Kak
    Indra sesaat. Aku tau lelaki
    disebelahnya ini bukan sekedar
    teman biasa, tapi lebih dari
    itu. Aku menjabat tangannya
    dan menunjukkan ekspresi
    tidak bersahabat.
    "Alvian" aku tersenyum paksa.
    "Wow, kamu berbeda sekali ya
    dengan kakak mu" katanya.
    "Maksud mu?"
    "Kamu manis untuk ukuran
    seorang lelaki, di tambah dengan wajah mu yang imut"
    Evan tertawa sembari melirik
    ke arah Indra. Aku hanya
    tersenyum tipis.
    "Kami memang berbeda, sampai
    tidak ada yang percaya jika
    kami ini sebenarnya bersaudara
    kandung" aku menatap Kak
    Indra, dia pun menatapku lalu
    membuang pandangannya ke
    arah lain.
    "Aku juga awalnya begitu, Indra kan dari fisik berbeda sekali
    dengan mu" ucap Evan.
    "Kalian dekat sekali ya?"
    tanya ku.
    "Eh, dibilang dekat sebenarnya
    tidak..."
    "Iya kami dekat" ucap Kak Indra memotong perkataan
    Evan. Aku menghela nafas
    berat, entah kenapa rasanya
    sakit mendengar itu dari mulut
    kakak sendiri.
    "Evan ini sahabatku Ian"
    Kelvin menyela pembicaraan.
    Aku memandangnya, jadi orang
    yang bernama Evan ini adalah
    orang yang disukai Kelvin ya?.
    "Jadi..." ucapku, Kelvin hanya
    tersenyum lirih dan mengangguk. Oh jadi begitu.
    Kelvin sama seperti ku rasa
    cintanya tak terbalaskan.
    "Alvian lebih baik kamu pulang"
    Ucap kak indra.
    "Aku tidak mau"
    "Jangan keras kepala Ian, kamu
    tidak tau ya seberapa khawatirnya Deka saat mencari
    mu" Kak indra mulai tersulut
    emosi karna jawabanku.
    "Aku tau, lalu apakah kakak
    khawatir juga?" tanya ku, kak
    indra hanya diam. Sudahlah
    aku tau jawaban mu kak.
    "Aku sudah tau jawaban mu
    kak" aku tersenyum tipis.
    "Tanpa kakak jawab pun aku
    sudah tau" aku menahan air
    mata yang mulai menggenang
    di pelupuk mata ku.
    "Deka yang selalu menjaga ku
    jadi wajar jika dia lebih
    khawatir jika aku tak ada"
    aku meremas ujung baju ku.
    "Aku juga khawatir dengan mu
    Ian" ucap kak indra, bohong
    sekali ucapannya jelas jelas
    dia lebih menyayangi lelaki
    disampingnya. Pembohong rutuk
    ku dalam hati.
  • Kepingan kedua puluh delapan.



    ********


    Alvian Pov.



    "Jadi..." Kelvin membuka pembicaraan ini setelah tidak
    ada lagi yang berbicara diantara
    kami berempat.
    "Jadi kalian ini adik kakak?"
    "Iya" ucapku singkat.
    "Kenapa lo ga bilang Ndra"
    tanya Kelvin melirik Indra
    di depannya.
    "Lo ga tanya" jawabnya dingin.
    "Lo udah tau Van?" dia hanya
    menganggukkan kepala.
    "Curanggg! Jadi cuma gue yang
    belum tau semua ini" Kelvin
    menengokkan kepalanya menghadapku. Aku hanya
    mengedikkan kedua bahu ku.
    "Udahlah Vin, yang penting lo
    udah tau kan" sembur lelaki
    yang bernama Evan kepada
    Kelvin. Evan menatapku dan
    mengulurkan tangannya kepada
    ku. Indra menatap Evan bingung.
    "Gue Evan" ucapnya dengan
    senyuman hangat. Aku diam
    saja dan melihat uluran
    tangannya. Aku melirik Kak
    Indra sesaat. Aku tau lelaki
    disebelahnya ini bukan sekedar
    teman biasa, tapi lebih dari
    itu. Aku menjabat tangannya
    dan menunjukkan ekspresi
    tidak bersahabat.
    "Alvian" aku tersenyum paksa.
    "Wow, kamu berbeda sekali ya
    dengan kakak mu" katanya.
    "Maksud mu?"
    "Kamu manis untuk ukuran
    seorang lelaki, di tambah dengan wajah mu yang imut"
    Evan tertawa sembari melirik
    ke arah Indra. Aku hanya
    tersenyum tipis.
    "Kami memang berbeda, sampai
    tidak ada yang percaya jika
    kami ini sebenarnya bersaudara
    kandung" aku menatap Kak
    Indra, dia pun menatapku lalu
    membuang pandangannya ke
    arah lain.
    "Aku juga awalnya begitu, Indra kan dari fisik berbeda sekali
    dengan mu" ucap Evan.
    "Kalian dekat sekali ya?"
    tanya ku.
    "Eh, dibilang dekat sebenarnya
    tidak..."
    "Iya kami dekat" ucap Kak Indra memotong perkataan
    Evan. Aku menghela nafas
    berat, entah kenapa rasanya
    sakit mendengar itu dari mulut
    kakak sendiri.
    "Evan ini sahabatku Ian"
    Kelvin menyela pembicaraan.
    Aku memandangnya, jadi orang
    yang bernama Evan ini adalah
    orang yang disukai Kelvin ya?.
    "Jadi..." ucapku, Kelvin hanya
    tersenyum lirih dan mengangguk. Oh jadi begitu.
    Kelvin sama seperti ku rasa
    cintanya tak terbalaskan.
    "Alvian lebih baik kamu pulang"
    Ucap kak indra.
    "Aku tidak mau"
    "Jangan keras kepala Ian, kamu
    tidak tau ya seberapa khawatirnya Deka saat mencari
    mu" Kak indra mulai tersulut
    emosi karna jawabanku.
    "Aku tau, lalu apakah kakak
    khawatir juga?" tanya ku, kak
    indra hanya diam. Sudahlah
    aku tau jawaban mu kak.
    "Aku sudah tau jawaban mu
    kak" aku tersenyum tipis.
    "Tanpa kakak jawab pun aku
    sudah tau" aku menahan air
    mata yang mulai menggenang
    di pelupuk mata ku.
    "Deka yang selalu menjaga ku
    jadi wajar jika dia lebih
    khawatir jika aku tak ada"
    aku meremas ujung baju ku.
    "Aku juga khawatir dengan mu
    Ian" ucap kak indra, bohong
    sekali ucapannya jelas jelas
    dia lebih menyayangi lelaki
    disampingnya. Pembohong rutuk
    ku dalam hati.
  • @hwankyung69: udah up lanjutannya.. ^^
    @Marukchan: ok..
    @Fazlan_Farizi: iya.. ^^
    @woonma: makasih udah mampir baca cerita ini, iya
    pasti aku perbaiki lagi.. ^^
    thanks sarannya ^^
    @ElninoS: lanjut bang :DD haha
  • #menunggu adegan mesra
  • @ElninoS: gue ketiknya selalu
    lewat hp bang bukan pc, males ke warnet penuh terus..
  • =D> salah satu story yg bikin aku tergerak untuk bikin akun di sini ha ha... Good job buat ts nya and salam kenal ^^
  • Tambah lg...hehe
  • @yuzz: wew.. Haha
    @Ren_S1211: thanks udah mampir kesini ^^
    salam kenal juga kawan.. ^^
    @Just_PJ: ok bro.. ^^b
  • Kepingan kedua puluh sembilan.


    ********

    Indra Pov.

    Aku menatapnya lekat, aku
    melihat ada setetes air mata
    yang menggenang di pelupuk
    matanya. Dia menahannya agar
    tak menangis saat ini juga.
    Aku menghela nafas berat,
    melihatnya yang seperti ini
    aku benar benar tak tega.
    Aku bangkit dari duduk ku
    mendekati Alvian dan menarik
    tangannya.
    Evan Dan Kelvin menatap ku
    bingung.
    "Kami mau berbicara berdua
    saja bolehkan?" ucap ku.
    Kelvin dan Evan hanya
    menganggukkan kepalanya
    mencoba mengerti dengan
    keadaan yang sepertinya
    tidak mendukung.
    "Kalau begitu kami keruang
    tengah ya, kalian bicara saja
    dulu" Aku melihat Evan dan
    Kelvin meninggalkan ruangan
    ini. Setelah mereka berdua
    tidak terlihat lagi aku
    menarik tangan Alvian dan
    menyeretnya masuk ke dalam
    dapur. Aku menghadapkan
    tubuh ku di depannya.
    "Kakak mau bicara apa lagi?"
    ucapnya dengan nada suara
    tertahan.
    "Tolong kamu jangan membahas masalah kita ini
    di depan mereka Ian"
    "Aku tidak membahasnya tapi
    kakak yang selalu saja
    menghindarkan" ucapnya
    dengan emosi yang ia tahan
    sejak tadi.
    "Kakak mencoba menutupi
    semuanya, kakak tidak mau kan kalau dia sampai tau?"
    "Tolong hentikan pembicaraan
    ini Ian" jawabku.
    "Kenapa?!" desisnya.
    "Itu masa lalu Ian, kakak tidak
    mau mengingat kejadian itu
    lagi"
    "Kakak pikir dengan pindahnya
    aku keluar kota dan tinggal
    bersama ayah bisa mengurangi
    perasaan ku yang dulu? Itu
    semua salah besar kak" dia
    menangis dan tubuhnya
    bergetar.
    "Perasaan itu salah Ian, yang
    kamu rasakan itu hanya
    sebatas rasa sayang kepada
    seorang kakak bukan cinta"
    "Tapi kenapa kakak seolah
    menjauh dari ku, mana janji
    kakak dulu saat di
    pemakaman ibu"
    "Mana janji kakak yang akan
    selalu menjaga ku, jika kakak
    memang tak bisa membalas
    perasaan ku setidaknya
    penuhi janji kakak itu"
    "Aku... Aku takut ayah marah
    jika aku terlalu dekat dengan
    mu" aku menatapnya lekat.
    Dia menunduk dan menangis
    dalam diam, tubuhnya
    terguncang. Aku tidak tega
    melihatnya seperti ini.
    Aku berjalan mendekatinya
    dan merengkuh tubuh
    rapuhnya. Badan ini terlalu
    kecil saat ku peluk begitu
    lemah. Seolah jika aku
    memeluknya terlalu kuat dia
    akan hancur perlahan.
    "Putuskan laki laki itu kak
    aku tidak suka kakak
    bersama dengan orang lain"
    Alvian memeluk ku erat.
    "Aku tidak bisa, dia begitu
    berarti untuk ku Ian"
    Alvian terdiam kemudian dia
    melepaskan pelukannya dan
    memandangku sendu.
    "Apakah dia lebih berarti
    di bandingkan aku kak?
    Apakah kakak lebih
    menyayangi dia?" aku hanya
    dia, Alvian menatapku.
    Tidak bisakah kakak membalas
    perasaanku walau sesaat kak?
    Aku terlalu mencintai mu"
    Ucap Alvian lirih.

    Prang..
    Aku mendengar suara pecahan
    gelas yang terjatuh didekat
    pintu dapur, aku menengok
    ke asal suara itu tubuhku
    seolah kaku saat itu juga
    dia mendengarnya dia
    mendengar pembicaraan ku
    dengan Alvian. Dia menatap
    ku dan Alvian dengan wajah
    yang terkejut.
  • Hah, seru seru!
    Kasian evan'nya :'(
Sign In or Register to comment.