BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Mak Comblang.com

1262729313259

Comments

  • Kepingan kedua puluh dua.

    ********


    Kelvin Pov.


    Aku masih memeluk tubuh
    rapuh ini, dia masih terisak
    setelah menumpahkan seluruh
    kekesalannya dalam tangisan.
    "Kamu mau pulang ke rumah
    mu atau ikut kerumah ku?"
    tanyaku setelah tangisannya
    mereda, dia menunduk dan
    mencengkram kain baju yang
    menutupi bagian dada ku.
    "Aku..." dia makin menundukkan
    kepalanya.
    "Ikut dengan mu saja" ucapnya
    lirih. Aku menganggukkan
    kepala ku.
    "Ok" aku menggandeng tangannya dan menariknya
    mengikuti arah jalan ku.
    "Mau kemana?" Alvian menatap
    ku dengan mata yang memerah.
    "Pulang, motor ku ada di ujung
    jalan itu" aku mengambil helm ku dan menghidupkan mesin
    motor. Aku naik keatas jok
    dan menepuk jok belakang
    motorku. Alvian menatapku
    dalam diam. Sepertinya dia
    bingung ingin ikut denganku
    atau tidak. Aku menggoyangkan
    kepalaku ke arah belakangku
    mengisyaratkan agar dia naik
    ke atas motor. Akhirnya Alvian
    pun naik dan dia memilih
    mendiamkan kedua tangannya
    di kedua pahanya. Aku
    menghela nafas kecil lalu ku
    tarik tangannya dan melingkarkannya di pingggang
    ku. Alvian menatapku bingung.
    "Peluk yang erat ya" ucapku.
    Aku menancapkan gas motorku
    tiba tiba dan memacunya dengan kecepatan tinggi, tubuh
    Alvian tersentak ke belakang
    dan dia pun memeluk pinggang
    ku semakin erat. Aku hanya
    tersenyum dan aku menambahkan kecepatan laju
    motorku.
  • Kepingan kedua puluh tiga.


    ********

    Kelvin House, 15.00 pm.
    Alvian Pov.


    Sesampainya dirumah Kelvin,
    aku hanya memandang luar
    rumah Kelvin yang bisa di
    bilang mewah, Kelvin turun dari
    motornya dan menuntunnya masuk kedalam halaman rumah.
    Dia membawa masuk motornya
    kedalam garasi dan menutup
    pintu garasi. Kelvin memalingkan arah wajahnya
    menghadapku dan menampilkan
    senyuman manisnya kepada ku.
    "Ayo masuk ke dalam" dia
    mengambil kunci rumah dalam
    saku celananya dan membuka
    pintu rumah. Aku masuk dan
    mengucapkan salam terlebih
    dahulu. Kelvin mengerinyitkan
    keningnya.
    "Kenapa?" ucapku.
    "Kenapa kamu bilang salam"
    "Itu kan hal wajar, jika mau
    masuk kedalam rumah harus
    diawali dengan salam terlebih
    dahulu" jelasku.
    "Owh, ya pak ustad" ujarnya
    usil. Kelvin berjalan ke arah
    dapur dan keluar dengan
    membawa satu botol air
    dengan dua gelas bersih.
    Aku duduk di atas sofa
    berwarna hijau tosca ini.
    "Orang tua mu kemana?"
    aku melihat sekeliling rumah
    yang rapi dan wangi.
    "Mereka sibuk" jawabnya
    singkat.
    "Pasti dengan pekerjaannya"
    tebakku padanya.
    "Yeah, kamu benar"
    "Orang tua kan memang
    seperti itu" aku tertawa kecil.
    Kelvin menatapku lekat, aku
    berhenti tertawa dan membalas
    menatapnya bingung.
    "Kenapa?" tanyaku.
    "Kamu lebih cocok tertawa dari
    pada menangis sperti tadi"
    wajahku seketika memerah
    saat Kelvin mengingatkan
    kembali dengan kejadian di
    danau tadi.
    "Sudahlah jangan membahas
    itu lagi" aku menundukkan
    kepalaku dan memandang
    lantai. Kelvin duduk di sebelah
    ku dan menggenggam tangan
    kiri ku erat. Aku memalingkan
    mukaku ke arahnya.
    "Aku bukan pembohong seperti
    yang kau maksudkan itu"
    aku menatapnya bingung, dia
    sepertinya menganggap aku
    mengatakan pembohong itu
    untuknya sebenarnya bukan.
    "Aku mengatakan hal itu buk.."
    kata kata ku terpotong oleh
    perkataannya yang spontan
    keluar dari bibirnya.
    "Aku mencintai mu tulus, sangat tulus. Percayalah" Kelvin
    menatapku dan menggenggam
    kedua tanganku erat.
  • @Henry_13, @Just_PJ, @darkrealm, @ElninoS,
    @Fazlan_Farizi, @semua

    Maaf jadi double post begini..
    Monggo di baca..
  • Seperti'nya alvian masi ragu dgn kelvin!
  • euuwww...huhuhuhu...
  • Kepingan kedua puluh empat.


    ********

    Alvian Pov.


    Aku menatapnya dan dia pun
    menatapku, aku memandang
    lekat bola matanya disana
    ada kesungguhan yang terpancar dari sinar matanya. Sesaat aku seolah
    terhipnotis oleh manik hitam
    matanya, Kelvin menangkup
    pipi ku dengan sebelah tangannya kemudian mengelus
    lembut.
    "Apa jawaban mu?"
    "Aku.. Aku belum bisa untuk
    menjawab" aku menunduk.
    "Apakah butuh waktu bagi mu?"
    Kelvin menempelkan bibirnya
    di dekat telingaku dan
    menghembuskan nafas hangatnya ke lubang telinga.
    "Entahlah" aku mendesis.
    "Kalau begitu pikirkanlah
    baik baik" Kelvin mengecup
    daun telinga ku dan mencium
    kedua kelopak mata ku.
    "Aku berharap kau tidak
    menangis lagi seperti tadi"
    aku hanya mengangguk malu,
    aku tidak bisa berkata apa
    apa dia begitu baik, sikapnya
    pun manis sekali. Aku
    menggenggam erat ujung
    kaosku dan melirik ke arahnya
    sebentar. Kelvin sadar bahwa
    dia saat ini sedang di
    perhatikan oleh ku.
    "Kenapa?" dia menyeringai.
    "Ah, bukan apa apa" aku
    menatap ke arah lain.
    "Umm, a apakah yang kau
    katakan itu benar?" ucapku.
    "Tentu saja" jawabnya mantap.
    "Akan aku pikirkan kembali
    kalau begitu" aku menunduk,
    Kelvin mengacak rambutku.
    "Iyaa" Kelvin mencubit pipi ku
    pelan, aku hanya meringis sakit.
    "Thanks" ucap Kelvin dengan
    tersenyum. ^^)
  • Alvin terima aja si Kelvin
  • cute, kind yet fragile
  • Kangen evan sm indra!
  • Kepingan kedua puluh lima.

    ********


    15.30 pm.
    Deka Pov.


    Aku mengetuk ngetuk permukaan meja dengan jari
    telunjuk ku, aku menunggu
    Alvian pulang hampir tiga jam
    di danau tapi sampai saat ini
    juga dia belum pulang, aku
    khawatir di tersesat atau lebih
    parahnya lagi. Tidak tidak
    stop Deka kamu jangan pikir
    hal yang bukan bukan. Aku
    menghela nafas kecil dan melihat jam yang melingkar
    di tangan ku.
    "Kamu dimana Vian" desisku.
    Aku memijit kening ku
    sebentar, dan mencoba berpikir
    positif. Aku membolak balikkan
    halaman buku yang sedang ku
    baca, aku meremas tumpukan
    kertas yang tergeletak di atas
    meja. Aku tak fokus kemana
    Alvian sekarang. Shit!
    Aku membanting buku bacaan
    itu dan dengan segera aku
    bergegas pergi ke tempat
    Alvian. Aku banting pintu dengan keras, membuka
    pintu garasi dan langsung
    masuk ke dalam mobil hitam
    milik ku. Aku memacu kecepatan
    mobil ku seperti orang terburu
    buru, sesampainya di jalan
    sendanu aku berjalan dan
    mengelilingi danau. Tetapi hasilnya nihil aku mencari
    sosok Alvian disana tidak
    ada siapa pun. Aku meremas
    rambut belakang ku kesal.
    Aku merogoh saku celana ku
    dan berusaha menghubunginya
    lewat telphone. Shit, hanphone
    pun tak aktif. Aku mengumpat
    pelan dan di dalam pikiran
    ku saat ini adalah sosok Indra,
    apakah aku harus menghubunginya untuk
    menanyakan keberadaan
    Alvian dimana? Aku menatap
    layar ponsel ku da memencet
    tombol call. Aku mengurutkan
    keningku berharap dia mau
    mengangkat telphone ku.
  • Kepingan kedua puluh enam.


    ********


    Indra Pov.


    Drttt Drtt Drttt.
    Aku mendesis pelan mendengar
    suara getar handpone ku, aku
    membuka kedua mata ku
    lelah setelah melakukan aktifitas
    melelahkan di ranjang bersama
    Evan, aku melirik ponsel ku
    yang tergeletak di atas buffet
    dan mengambilnya. Aku menatap bingung sebuah nama
    yang tertera di layar ponsel ku.
    Aku mendengar suara erangan
    kecil yang bersumber dari
    sosok di sebelahku saat ini,
    Evan mengucek kedua matanya
    yang sayu. Lalu menatapku
    dengan kedua matanya yang
    mengundang hal liar masuk
    kedalam otak ku. Aku
    menggelengkan kepala ku
    cepat. Evan mendekati ku
    dan memeluk tubuh telanjang
    ku erat.
    "Siapa yang menelephone?"
    "Sepupu ku" jawabku singkat.
    "Angkatlah mungkin saja
    penting" Evan menaruh dagunya dia atas bahu ku.
    Aku mengangkat telphone
    dari Deka. Evan menatapku
    gelisah terlihat dari berbagai
    macam ekspresi yang ku
    tunjukkan saat berbicara dengan
    seseorang disana. Setelah
    itu aku menutup sambungan
    telphone dan menghela nafas
    kecil.
    "Ada apa?" Evan menatapku
    cemas.
    "Adikku tidak ada dimana mana" ucapku lesu.
    "Maksud mu?"
    "Alvian tadi ingin pergi keluar
    tapi sepupu ku bilang dia
    malas, dan Alvian nekat keluar
    rumah sendirian"
    "Memangnya kenapa?"
    "Dia baru beberapa hari disini
    Van, aku takut dia tersasar
    saat pulang. Cih aku memang
    kakak yang tidak berguna"
    aku meremas tangan kiri ku.
    Evan mencoba menenangkan ku
    dengan menggenggam lembut
    tangan ku.
    "Memang dia mau pergi kemana?"
    "Deka bilang di dekat danau di
    jalan sendanu, kau tau?"
    "Ah, danau itu toh. Aku pernah
    pergi kesana"
    "Tapi deka sudah mencarinya
    dan Alvian tidak ada disana"
    ucapku kesal. Evan menatapku
    lurus.
    "Oya, kalau tidak salah Kelvin
    saat disekolah dia bilang mau
    pergi ke tempat biasa, sepertinya dia juga kesana.
    Mungkin saja Kelvin tidak
    sengaja bertemu dengan adik
    mu yang kebetulan pergi
    ke danau juga" Evan menatap
    ku serius. Aku memandangnya
    sejenak kemudian mengangguk
    setuju.
    "Lalu? Bagaimana?" tanya ku.
    "Sekarang kita ke rumah
    Kelvin saja, jam segini pasti
    dia sudah pulang"
    "Ok" aku dan Evan bergegas
    bangun dan memakai baju
    kami yang teronggok di lantai.
    "Kamu mau ikut Van?" tanya ku.
    "Tentu saja" dia tersenyum,
    aku menarik tangannya dan
    bergegas pergi ke rumah
    Kelvin.
Sign In or Register to comment.