It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Indra House, 08.20 am.
Indra Pov.
Aku membuka kedua mataku
cepat aku baru ingat kalau
hari ini ada kegiatan eskul disekolah, aku buru buru
menyelesaikan mandi ku dan
keluar dari kamar mandi. Ku
lilitkan handuk dipinggang
ku buka lemari dan mengambil
kaos abu abu tanpa lengan dan
celana putih karate serta baju
putih karate. Aku hanya memakai
kaos oblong dan celana
putih saja bajunya aku masukan
kedalam tas saja, aku ambil tas dan kunci motor lalu aku berjalan keluarkamar dan melangkah keluar rumah, ku buka pintu garasi dan kutuntun motor ninja hitam ku keluar.
Aku menghela nafas kecil
sebenarnya aku malas menggunakan motor ini tapi mau
bagaimana lagi motor yang
biasa kupakai saat ini sedang
ada di bengkel untuk di perbaiki,
aku naik ke atas motorku tas
kusampirkan di bahuku tak lupa
juga aku memakai helm untuk
keselamatan lalu ku hidupkan
motor dan melaju membelah
jalan raya pagi ini, aku menambah
kecepatan motor dan berusaha
mengejar waktu aku tidak mau
datang telat dan dimarahi oleh
senpai, selama perjalanan menuju
dojo aku masih saja memikirkan
evan haha bodoh dia tidak
mungkin memikirkanku yang ada
diotaknya hanya kelvin saja. Dari kejauhan gedung sekolah mulai terlihat aku pun membelokkan
motorku memasuki kawasan
area parkir sekolah, aku matikan
mesin motorku dan turun. Aku
bergegas pergi menuju gedung
olahraga, aku melihat sekeliling
dan ternyata masih sepi hanya ada beberapa orang saja yang
baru datang dan sepertinya mereka mengobrol, aku menjauh
dan menghindari dari keremununan orang orang aku
lebih baik sendiri. Aku mendekati
bangku panjang yang berada di sudut ruangan dan duduk disana
sambil merenung, hah sudahlah
lupakan saja aku menggeleng
gelengkan kepala ku dan ku
tolehkan kepalaku kesamping aku
hampir saja terlonjak jatuh aku
melihatnya aku melihat evan yang sedang duduk disebelahku saat ini, aku mengucek kedua
mataku apakah ini nyata? Atau
hanya khayalku saja.
"Hai" ucap evan gugup.
"Err, hai" aku menganggukkan
kepalaku.
"Aku mau bicara denganmu"
aku mengerutkan keningku
bingung, apa yang ingin di bicarakan evan padaku.
"Tentang?" ucapku dingin.
"Kita" ujar evan singkat.
"Maksudmu dengan kita?" aku
semakin tidak mengerti arah jalan pembicaraan ini.
"Kelvin sudah tau kalau kita
berpacaran" ucap evan tanpa
memandangku dia memilih
memandang arah di depannya.
"Oh" aku memutar kedua mataku
jenuh. Evan menundukkan
kepalanya. Sudahlah aku capek
dengan sandiwara ini.
"Baiklah aku mengerti, kejarlah
cintamu dan dapatkan dia"
aku berdiri dan mengambil tas
ku bergegas pergi dari sini, tapi
tanganku di tahan oleh evan.
"Maaf, maafkan aku" ucap evan
dengan suara lirih. Lalu evan
memandang ku dia membulatkan
matanya melihat pergelangan
tanganku yang terluka akibat
goresan cutter yang ku buat.
"Ke kenapa dengan tanganmu?"
evan menarik tanganku dan
membuatku terduduk kembali.
"Bukan apa apa" aku menepis
kasar tangannya.
"Bohong, Lo apain tangan lo itu
hah? Jelas jelas itu karna gue kan
disana tertera nama gue! Lo kira
gue buta" evan menatapku sedih
tapi aku mengalihkan pandangan
ku ke arah lain dan memilih
untuk bungkam. Tiba tiba evan
menubruk tubuhku hingga
terjatuh kelantai. Evan memeluk
tubuhku sambil menangis.
Aku meringis menahan sakit
pada punggungku yang
menghantam lantai aku membalas pelukan evan dan
menghela nafas kecil.
"Maaf, maafkan aku" tangis evan
pun pecah, untunglah disini
masih sepi dan berada ditempat
yang paling sudut jadi tidak
mungkin orang orang tau apa
yang kami lakukan ini.
"sudahlah, jangan cengeng
begitu" aku mengusap kepalanya
lembut.
"Maaf, aku tidak memikirkan
perasaan mu maaf aku telah
bertindak egois maaf jika aku
telah membuat ku merasakan
sakit maaf untuk semuanya"
evan menangis dan terus saja
meracau.
"Maaf maaf maaf" evan terus
saja mengucapkan kata maaf.
Aku menatapnya dan kemudian
aku mencium bibirnya, aku
tersenyum kecil terima kasih
setidaknya luka dihati ini
sudah tersembuhkan, aku melihat
evan menutup kedua matanya dan menikmati ciuman ringan
ini. Terima kasih .
Danau, 09.30 am.
Kelvin Pov.
Setelah aku pergi meninggalkan
evan, yang ada diotak ku saat ini
hanya tempat ini, aku duduk
di pinggir danau dan merebahkan
badan ku di rerumputan hijau.
Aku memandang langit dan
mengangkat kedua tanganku
ke udara, aku menghela nafas
aku sangat kecewa kecewa sekali
tapi di satu sisi aku pun sangat
menyesal menyesal karna telah
membentaknya menyesal
karna telah memukulnya, apa hak
ku untuk melarangnya berpacaran
dengan orang lain apa hak ku
untuk memarahinya hanya karna saat ini dia dimiliki seseorang tapi
aku kecewa karna evan tidak jujur
padaku, dia jujur disaat dia sudah
bersama disaat perasaan ku mulai
tumbuh dan dengan mudahnya
dia hancurkan begitu saja, aku
memijat kepala ku pelan rasanya
pusing sekali kenapa takdir
seolah mempermainkan kami
begitu sulitkah mendapatkan
cinta yang kita inginkan. Aku
teringat wajah evan yang menangis entah kenapa ada perasaan sakit saat melihat itu
dan yang membuat evan
menangis itu adalah aku ya
aku sahabat macam apa aku ini,
aku meremas kepalaku dan
merutuki kebodohan ku
seharusnya aku mendukung
mereka mendukung hubungan
mereka iya, aku tidak boleh
egois meskipun itu sakit aku
tidak boleh memikirkan
perasaanku sendiri, tapi aku
masih bingung dengan hubungan
mereka apa yang membuat
mereka jadi dekat? Seingatku
mereka tidak terlalu akrab saat
disekolah? Lalu apa yang membuat mereka akhirnya
berpacaran? Pertanyaan itu
terus saja menggantung di
dalam otak ku, sudahlah besok
saja aku tanya mereka untuk saat
ini biarkan aku menenangkan
diri dahulu, mulai sekarang aku
harus menjadi sahabat yang
baik untuk evan jika aku tidak
bisa menjadi kekasihnya dengan
menjadi sahabatnya itupun
sudah cukup bagiku dan aku
tidak boleh egois, aku akan
ikhlas untuk belajar melepaskan
evan sepenuhnya mungkin
dari sinilah pengorbanan cinta
ku untuknya, ya semua demi
kebahagiannya aku rela
melakukan apa saja. Aku
tersenyum kecil dan kembali
memandang langit.
@Just_PJ: sabar ya, bsk up .. Lg
dipikirin dulu..
@CoffeeBean, @Fazlan_Farizi,
ini chap 30 dan 31..
mank alurnya bgtu bang klu
di ulur lagi nnti mlh berantakan
isi ceritanya.. Ko pada minta ada
lanjutannya lagi ya pdhl mau tamat Haha *plok
insya allah deh nnti dibuat
sekuelnya klu sempet ^^v
indra atau kelvin?
Mmm kasi tau ga yah? #nahloh
Semangat ya, bagaimanapun ini cerita kamu
Kamu luarbiasa hehehehe
Salut
Dojo, 09.20 am.
Evan Pov.
Huft, syukurlah aku bisa berbaikkan lagi dengan Indra, setelah aku meminta maaf dan
menjelaskan semuanya kepada
Indra. Aku masih memeluknya dan posisi kami tetap seperti ini.
"Sudah" Indra menepuk pundakku.
"Apanya??" ucapku bingung.
"Badan mu Van, Ukhh berat"
Indra meringis, aku melihat
kembali posisi kami yang 'ehem'
intim. Aku cepat cepat berdiri dan
memalingkan mukaku.
"Ya ampun badanmu berat" Indra berdiri dan menepuk nepuk
celananya.
"Huh, alasan" aku melipat kedua
tanganku kedada.
"Van, ada yang berdiri tuh" ujar
Indra sambil tertawa.
"Ha?? Aku kan memang berdiri
bukan duduk" ucapku polos. Indra
menepuk kepalanya pelan lalu
menujukkan jarinya kearah kedua
pahaku, aku mengikuti gerakan
jari Indra dan menengok ke bawah, mataku membulat
sempurna ternyata dedeku
tegang. Mukaku memerah tapi
Indra tertawa puas melihatnya.
"Grrr, menyebalkan!" aku
menatap sebal kearah Indra, indra menghentikan tawanya. Kemudian dia menatapku serius.
"Oya, masalah Kelvin bagaimana?
Kamu mau jelaskan semuanya?"
"Tentu saja" aku menganggukkan
kepalaku mantap.
"Kalau dia tetap marah bagaimana?"
"Resikonya akan tetap ku terima"
Indra mangguk mangguk mengerti.
"Tapiii" aku mendekati Indra dan
menatap wajahnya.
"Akuu..masih tetap menjadi
pacarmu kan?" Indra menatapku
bingung dan tergantikan dengan
wajah penuh senyuman yang
meneduhkan.
"Tentu saja" Indra menepuk
kepalaku sekali lalu tersenyum
kecil.
"Horeee, hehe" aku bersorak
heboh seperti anak kecil.
"Oya besok temani aku ya
menjelaskan semuanya pada
Kelvin, ini semua kan gara gara
kamu juga" aku meninju ninju
kecil bahunya.
"Tapi kalau ga begitu kita ga
akan bisa pacaran seperti inikan?"
"Hum, iya juga sih"
"Ya walaupun harus banyak
merasakan rasa sakit dulu baru
bisa benar benar bersama" ucap
indra tersenyum kecut.
"Seperti pribahasa kan, berakit
rakit dahulu bersenang senang
kemudian, bersakit sakit dahulu
bersenang senang kemudian"
"Ya ya, semuanya memang
butuh pengorbanan terlebih
dahulukan" Indra menerawang jauh.
"Iya, berkorban perasaan, keikhlasan dan hati bahkan air
mata" aku menambahkan kata
kata indra sebelumnya.
"Udah ah kenapa kita jadi
ngomong lebay begini sih"
indra merinding sendiri.
"Yehh, kan kamu yang pake
acara drama segala huuuu"
aku menyorakinya.
"Tapi siapa yang pake acara nangis dan nubruk nubruk
segala hah" indra menatapku
jengkel.
"Eh? Aku" ucapku polos sambil
menunjuk diri sendiri. Indra
menghela nafas dan meninggalkan aku begitu saja.
"Ehhh mau kemana?" aku
mengejarnya.
"Mau pulang" ucapnya santai.
"Bukannya kamu ada eskul ya?"
"Bolos" aku menatapnya bingung.
"Kenapa?"
"Aku mau menikmati hari ini
bersama sama denganmu saja"
Indra menarik tanganku lalu
membawaku pergi ke area
parkir sekolah.
"Kamu serius?" ucapku tak enak.
"Iya, kemari" indra memakai
helmnya kemudian menepuk
nepuk jok motor belakang.
"Aku bawa motor ko" aku
berjalan keara motorku yang
terpakir di barisan kedua.
"Sudah, biarkan disana saja nanti
viar kusuruh orang saja untuk
mengantarkannya kerumah mu"
Indra menarik tanganku lalu
memaksaku untuk duduk diatas
motornya. Indra memakaikan helmnya padaku. Lalu menghidupkan motornya dan
memacu motornya.
"Kita mau kemana?" ucapku
keras.
"Sudah pegangan saja" indra
menambahkan kecepatan motornya dan aku memeluk
tubuhnya seerat mungkin.
@rulli arto, @Fazlan_Farizi,
@semua, @pria_apa_adanya,
@Just_PJ
Segini dulu yang gue up, nanti malem gue lanjut.. ^^