It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@silverrain etdah, disangka maen harvest moon kali ya
#mangguk2
@littlebro ayo apdet lagii!
jgn lupa!
KimXSilver!
XD
[10]
Aku berdiri di depan gedung asrama.
Asrama kelihatannya sudah ramai. Mereka semua sudah pada kembali. Ya, ini sudah cukup sore.
Libur 2 hari, kami pakai untuk kembali kerumah masing-masing. Melepas rindu bersama keluarga. Ya, begitulah. Sebenarnya, aku sudah mulai bosan dengan kehidupan di asrama. Dengan segala peraturannya. Kita dipaksa untuk disiplin. Mana jauh dari orang tua juga.
Peraturan yang sangat melelahkan. Sekarang pulang jam 3. Langsung balik ke asrama dan beristirahat. Malamnya kami harus belajar dengan guru pembimbing yang datang ke asrama hingga jam 9 malam. Dan jam 10, kami harus tidur. Betapa bosannya, bukan?
"Woi! Ngapain bengong disitu!" teriak Joe yang baru keluar dari pintu asrama.
"Hmm? Oke!" kataku singkat sambil menghampirinya.
Aku berjalan menuju kamar di area biru nomor 7. Yap, kamarku. Sesampainya disana, aku langsung merebahkan tubuhku di kasur yang tak empuk itu. Shit!
Apa sebaiknya aku bertanya saja pada Joe, perihal kejadian yang kulihat tadi. Melihantnya berciuman...
"Joe..." ujarku.
"Ya?" jawabnya.
"Eeee... Eee..."
"Kenapa?"
"Joe, Donny mana?" tanyaku. "Dia belum datang?"
kuurungkan niatku untuk bertanya padanya tentang itu. Lain kali saja. Aku takut malah nanti dia marah atau apa.
"Sudah. Dia pindah ke kamarku. Aku tukeran kamar sama dia beberapa waktu saja. Katanya dia tak suka tidur di atas. Makanya dia pindah," jelasnya.
"Kok gitu?!" tanyaku heran.
"Mana gua tau!" ujarnya.
Aku langsung bergegas ke kamar nomor 3. Kamarnya si Joe. Aku melihat, si Donny sedang membereskan barang-barangnya.
"Don, lu apa-apaan sih?" tanyaku keras.
Dia tak bereaksi.
"Woi!!!" teriakku.
"Shh, kenapa? Gua cuma mau pindah aja!" ujarnya keras tanpa menolehku.
"Yaudah kalo kamu ga mau tidur diatas, kita tukeran saja! Asal kamu ga pindah kamar!" kataku.
"Gua ga mau!"
"Don! Aneh ya lu! Aku ada salah apa sama kamu?"
"Ngga ada!"
"Terus!"
"Ya tersarah gua lah!" bentaknya.
"Ga usah nyolot, dong!" ujarku kesal sambil membanting pintu kamarnya.
Akh! Aku tak tahu harus berbuat apa? Ada apa sama dia? Apa salah aku? Segitunya...
Aku membenamkan mukaku ke bantal. Menenangkan diriku. Meredam emosiku. Jika kulanjutkan, hubunganku sama Donny malah jadi semakin tak baik.
"Ken, enak kok tidur diatas, dasar si Donny nya aja yang ga suka sama kamu," ujar Joe.
Aku menghiraukannya.
"Ken, besok ada PR ga?" tanyanya. Ugh, berisik sekali dia.
Aku tak menjawab. Berulang kali, Joe terus bertanya padaku tentang apasaja yang mungkin dia tahu jawabannya sendiri.
"Ken, besok pake baju apa?"
"Ken, besok hari apa?... Oh, iya ya besok selasa" forheaven's sake!
"Ken..."
"Stop, please!" ujarku memotong ucapannya.
Dia terdiam. "Maaf!" gumamnya pelan.
.
Udah tau orang lagi emosi, malah digituiin. Buat nambah marah saja.
Aku beranjak dari tidurku dan berjalan menuju ruang makan. Mungkin semua lagi pada kumpul disana.
Ah, aku sedang tak mood makan saat ini. Lebih baik aku tidur saja. Lagipula aku tak lapar, dan seingatku PR-PRku sudah kukerjakan.
***
Pagi ini aku terbangun cukup subuh, jam 4:35. Setelah aku membereskan tempat tidur, aku bergegas mandi, takutnya entar malah kesiangan dan harus berbagi kamar mandi. Setelah itu aku ke masjid untuk sholat subuh berjama'ah.
Setelah aku melakukan sholat subuh, aku kembali ke kamarku. Itu anak masih belum bangun juga. Ya, si Bobby. Yang lain sih udah pada bangun. Tadi juga, aku lihat si Donny di masjid. Tapi, dia masih seperti biasa. Begitu dingin padaku. Hufff.
Ya, lebih baik aku berangkat sekarang. Lagipula jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh kurang. Masih terlalu pagikah? Ya, mungkin juga kelas masih kosong. Tapi tak apa, aku bisa membereskan kelasku dulu. Jadwal piket dikelas bagai tak berlaku, bisa diitung siswa dikelasku yang mau piket. Hanya satu dua saja. Yang lain pada berlagak menjadi bos, sok laki. Padahal adakah larangan jika laki-laki tak boleh menyapu? Ieeew. Mereka saja yang malas bahkan mungkin malu. Tapi, jika kelas kotor, selalu aku yang disalahkan. Kelas ribut, aku yang disalahkan. Shit!
Sesampainya aku dikelas. Aku langsung menaruh tasku dan mengambil sapu, ya setidaknya itung-itung berolagraga pagi.
Sungguh kotor ini kelas. Sampah makanan berserakan dibawah meja, kertas dan tanah-tanah kering juga ada diatas keramik-keramik itu. Bukankah mereka dari keluarga yang berkecukupan, keluarga terpandang, lalu apakah mereka dirumah juga seperti ini? Hoaaammm.
Beberapa anak mulai masuk ke kelas. Tapi dari tadi tak ada satupun yang ikut membantuku. Malahan mereka melewatiku dengan melihatku seolah meremehkan. Errr
"Perlu bantuan?" ujar seseorang berbasa-basi. Ya, tentu hanya berbasa-basi saja.
Aku menoleh. "Tak perlu! Aku bisa menyelesaikannya sendiri,
Joe" jawabku singkat.
"Hmmm," gumamnya lalu kembali duduk di bangkunya.
"Ken, lu udah ngerjain PR matematika. Jam pertama lo soalnya, abis itu kita ulangan harian lagi," ujar Joe.
"Sudah," jawabku singkat sambil terus menyapu.
"Aku lihat ya!"
"He'eh, ambil aja di tas," kataku. Begitulah, rata-rata satu
kelas kalo ngga nyontek sama aku sama Dimas.
"Ken... Kok ngga ada?" tanya Joe sambil mengubek-ubek isi tasku.
"Masa?"
"Huff, lihat!"
Aku menghampirinya, dan langsung mencari bukuku di dalam
tas. Benar tidak ada! Ah! Selalu saja ketinggalan.
"Ketinggalan," ujarku lemas.
"Gimana?" tanyanya.
"Bentar aku ambil dulu," kataku langsung berlari keluar kelas.
"Ken... Kita udah mau masuk!" teriaknya.
Ah! Biarin, pikirku.
Bu Ida itu terkenal kejam seantero sekolah. Ya, dia guru matematika. 3 kali kita ngga ikut pelajaran dia, orang tua dipanggil, apapun itu alasannya. Tidak seperti guru lain, dia akan menghukum habis-habisan murid yang tak mengerjakan tugasnya. Kalo lagi dikelas, kami harus duduk tegap dan tangan dilipat diatas meja. Persis anak TK. Apalagi dia tak segan main tangan orangnya.
Sesampainya di kamar, aku langsung mengambil buku MTK-ku yang kutaruh di dalam rak yang telah disediakan.
Aku menoleh ke samping. Eh, anak itu belum bangun juga, ini sudah hampir jam 7 padahal.
"Hei, bangunlah! Ini sudah hampir terlambat," kataku membangunkannya.
Dia tak bereaksi.
"Hei, bangun!"
Dia hanya menggumam tak jelas.
"Bob!" kataku sambil mengguncang bahunya.
Dasar kebo memang! Susah dibangunkan. Biarkan saja, lah.
Aku berbalik hendak keluar dari kamar. Tapi, dengan sigap dia menarik lenganku hingga aku terjatuh dipelukannya.
"Bob..." ujarku pelan.
Dia bergumam tak jelas, masih memelukku.
Ah, badannya panas sekali.
"Bob, kamu sakit!" kataku. Gimana ini? "Sebentar, kupanggil orang yang ada di UKS dulu," kataku sambil menarik tubuhku dari pelukannya.
Aku segera berlari menuju ruang UKS. Ah, lokasinya cukup jauh!
Sesampainya disana, UKS masih sepi saja. Kuedarkan pandanganku kesekliling. Itu...
Ya, dia saja!
"K... kak..." kataku terbata-bata. Oh, aku lupa mengambil nafas dulu. Hufff
"Hmm?"
"Kak! Temen saya, demam," kataku.
"Dimana?"
"Dikamarnya!"
"Ayo, cepet kesana!" ujarnya. Aku dan Kak Kim berlari ke kamarku.
Sesampainya disana Kak Kim langsung memeriksa tubuh Bobby layaknya dokter.
"Dia lagi..." ujar Kak Kim.
"Siapa? Bobby?" tanyaku.
"Ya," jawabnya singkat sambil tersenyum. Ugh!
"Perlu dibawa kerumah sakit?" tanyaku.
"Lihat dulu perkembangannya sebentar. Kita bawa Bobby dulu
ke UKS. Bentar lagi, dokternya datang," jelasnya. Ya, sekolah ini memang mempunyai dokter pribadi.
Kak Kim langsung mengangkat tubuh Bobby dan membawanya ke UKS. Iw, padahal tuh, anak berat banget pastinya. Badanya aja tinggi besar gitu. Eh, tapi mereka seperti sudah pernah kenal sebelumnya.
Sesampainya di UKS, Bobby langsung ditangani oleh Bu fika. Ya, setelah dia diberi obat dan mengompres kepalanya, dia sudah lebih baik dari sebelumnya. Aku menunggunya di luar saja.
"Kau selalu mendatangkan masalah ya?" tanya Kak Kim mengangetkanku.
Aku tersenyum miris mendengarnya.
"Haha, aku bercanda," ujarnya sambil tertawa kecil. Aku suka
melihatnya tertawa, sunggu lucu. Matanya yang meram saat ketawa itu. Haha, sipit sekali.
"Lebih baik, kau kembali ke kelasmu!"
"Ah! Iya! Aku.... Ada ulangan!!!" kataku sedikit keras.
Segera aku berlari menuju kelasku. Shit! Aku sampai lupa. Gawat! Ulangan Bu Ida. Bisa-bisa aku kena hukum dia, karena keluar di pelajarannya.
Aku mengetuk pintu kelasku perlahan. Lalu kubuka pintunya. Sunyi... Sepi.... Begitulah, mereka sedang ulangan. Bahkan aku bisa mendengar gerak jarum jam dengan jelas.
"Maaf, Bu, tadi saya dari UKS," ujarku gugup.
"Tak ada alasan! Kamu ngga usah ikut ulangan dan tugasmu tidak akan saya nilai!" ujarnya dengan mata melotot yang hampir keluar.
"Tapi..."
"Keluar!!!!"
Hufff, aku menghela nafas panjang. Sial!
***
sepi banget kayaknya -_-"
sama *eh
cpat d update ya n law bisa yang rutin. Aq pembca bru critamu ni n i like it.
cpat d update ya n law bisa yang rutin. Aq pembca bru critamu ni n i like it.
cpat d update ya n law bisa yang rutin. Aq pembca bru critamu ni n i like it.
lupa aplod, besok malem aja dah