It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
mention y klo dah up..heee
maaf bru bisa poting sekarang.
Menjadi ketua kelas begitu merepotkan. Kita dituntut untuk mengatur kelas dengan baik. Bagaimana aku bisa mengatur 34 siswa laki-laki dikelas ini?
Mereka sangat sulit diatur. Ngga mau disuru-suruh, yang ada aku yang disuruh-suruh mereka. Begitu melelahkan menjadi ketua kelas. Hanya jabatan saja.
Belum lagi jika para guru menyuruhku untuk membawa buku-buku paket yang tebal, karena kebanyakan bukunya menggunakan dua bahasa.
Jarak dari kelasku ke kantor lumayan jauh juga. Apalagi sambil membawa buku-buku yang tebal.
Yap, seperti sekarang ini. Aku disuruh membawa buku biologi yang cukup tebal. Terlebih aku disuruh membawanya sendirian.
Ya, aku hanya mampu mengangkat 25 buku saja. Sisanya kutinggalkan dulu dikantor.
Sumfah, 25buku saja berat banget nih!
Tanganku sudah merah-merah dari tadi. Perutku juga sudah sakit untuk menahan buku ini agar tidak jatuh.
Somebody, help me! Kataku dalam hati.
Aku terus saja berjalan melewati lorong-lorong. Berharap bisa menemukan seseorang yang dapat membantuku saat ini.
Dia! Ujarku dalam hati.
“Bob! Sini!” kataku dari kejauhan saat melihat Bobby berjalan menuju toilet.
“Apa?” tanyanya sambil menghampiriku.
“Bantuin aku bawa buku-buku ini ke kelas,” pintaku.
“Hmm? Aku mau ke toilet dulu!”
“Ayolah, aku lebih ngga tahan!” ujarku memaksa.
“Ckk, merepotkan saja!” ujarnya lalu mengambil buku-buku yang kutahan diperutku,
“Makasih!”
***
Bel istirahat yang sangat khas itu berbunyi. Semua siswa kelas ini langsung menghambur keluar kelas. Termasuk aku dan Joe.
“Kekantin yukm Ken?” ujar Joe sambil merangkul pundakku.
“Ayo, tapi ke kelas Donny dulu, ya,” jawabku.
“Sipp!”
Sesampainya aku dikelas Donny, aku langsung mengedarkan pandanganku. Kulihat Donny sedang mengobrol bersama teman-temannya.
“Don!” ujarku dari luar kelas.
Donny tidak menyahut. Mungkin dia tidak mendengar panggilanku.
“Don!” kataku sekali lagi sambil menghampirinya.
“Kenapa?” ujarnya sambil menoleh ke arahku.
“Ke kantin, yuk!” ajakku.
“Tadi udah makan bareng mereka,” katanya sambil menunjuk teman-temannya.
“Yaudah, temenin aja. Aku traktir, deh!”
“Lagi males, Ken. Itu lu udah ada temen!” ujarnya sambil menunjuk Jonathan.
“Yasudahlah!” jawabku malas.
***
“Ken, cepat habiskan sotomu!” ujar Joe. “Sudah bel, nih!”
“Sabar! Panas, nih!” ujarku. “Tinggal dikit lagi, kok!”
“Cepatlah!”
“Iyaya!”
“Sudah kau bayar?” tanyaku.
“Sudah! Cepet kekelas!” ujarnya sambil menarik lenganku.
“Eh, sebentar! Aku mau ke toilet dulu. Kamu deluan aja!” ujarku.
“Tapi, Ken. Udah ada guru dikelas sepertinya?” jawabnya.
“Aku ke toilet sebentar saja! Kau deluanlah!” kataku sambil berbelok arah menuju toilet.
“Handphone siapa itu?” kataku sambil membenarkan resletingku.
Aku mengambil hape yang tergeletak di lantai kamar mandi.
“Giamana ya? Aku biarkan saja? Apa aku berikan ke kantor?” gumamku. Ah, sebaiknya aku berikan saja ke kantor, biar diumumkan siapa pemilik hape ini, pikirku dalam hati.
@sly_mawt yap, bener! hehe
@Rixada bener juga
@Monic lagi pms kali
@yuzz sori kaka
@RakselLEE sipp
@ardi_cukup okehh !
@kutu22 sip deh. beda kok
[7]
Minggu pagi yang cerah…
Aku berada di rumahku saat ini. Yap, hari senin dan selasa kami libur, karena katanya kelas kami dipakai untuk tes SMPTN. Kalau libur sehari saja, mending ga usah pulang, karena cuma capeiin badan saja. Soalnya sekolah dan rumahku berbeda kabupaten.
Cahaya matahari yang tidak diundang, masuk melalui celah-celah jendela kamarku. Aku masih saja terbaring sambil memejamkan kedua mataku, Walaupun aku sudah terbangun dari tidurku.
“Hey, bangun lagi!” kata seseorang yang membuatku terkejut.
Aku membuka mataku. “Berisik lo, nyet! Buat kaget aja!” ujarku.
Ternyata dia Simon, kakak kandungku yang kuliah di salah satu universitas di Jakarta. Terkadang aku sering mengejeknya dengan panggilan simonYET.
“Eh, bocah bangun lagi!” ujarnya sambil memukul kepalaku dengan bantal.
“Rese bener, sih!” kataku. “PAHHHHHH! Simonnya nakal nih!”
“Ih, dasar bocah. Masih ngadu aja bisanya!” ujarnya.
“Biarin!” kataku sambil membalas pukulannya dan berlari keluar kamar.
***
“Gimana, dek, sekolahmu?” tanya Kak Simon sambil mengunyah nasi gorengnya. Ya, pagi ini kami semua sarapan bersama di meja makan.
“Ya, ngga gimana-gimana,” jawabku sambil terkekeh.
“Ditanyaiin yang bener juga,” ujarnya lagi.
“Ya gitu, enaklah tempatnya. Anaknya baik-baik semua juga,” ujarku.
“Baguslah kalo gitu,” ujar si Papa.
“Kenapa si Kenda, papa biarin masuk sekolah asrama gitu?” tanya Simon. “Kencing aja masih minta temenin, mau sok sekolah asrama.”
“Enak aja!” ketusku.
“Ya gitu, kalo adikmu ada maunya ga bisa ditolak. Kalau ga dibolehin kasian Papa litanya.”
“Ya jangan dimanjaiin terus juga dong, Pah!” protes Simon.
“Ih, biarin,” kataku.
“Sudah-sudah! Kok kalian malah berantem!” ujar si Mama.
“Mon, kalo pulang itu bilang-bilang. Jangan maen pulang aja, ga kasih kabar!” kata Mama.
“Iya tuh, Ma!”
“Hahahah!”
***
Minggu… Waktunya untuk bermalas-malasan. Tadi selvi mengabariku bahwa dia dan teman-teman lain ga jadi kerumah, tapi nanti malam kami akan mengadakan acara bakar-bakar di rumahnya selvi. Entah, bakar apa aku tak tahu juga? Entah bakar sampah, rumah, atau menyan. Hahah
Siang gini, mending aku kerumah Donny. Biasanya kalo minggu gini juga, aku maen PS sampe sore dirumah Donny.
“Donny… Donny!” ujarku beberapa kali sambil terus memencet bel rumahnya.
Beberapa saat kemudian, seseorang membukakan pintunya.
“Mana Donnynya, gil?” tanyaku pada adiknya Donny yang masih kecil.
“Kata Kak Donny, dia lagi tidur!”
Aku tersenyum. “Biar kubangunkan,” kataku sambil masuk kerumahnya dan menuju kamarnya. Rumah ini sudah seperti rumahku. Ya, aku juga cukup dekat dengan keluarganya Donny.
“Don!” ujarku sambil menghampirinya yang masih terbaring di tempat tidurnya.
“Hey, bangunlah sudah siang ini!” ujarku sambil menarik selimutnya.
“Apaan sih!”
“Ayo bangun!”
“Nggak ah!” tolaknya sambil menarik lagi selimutnya.
“Yasudah sanaan! Aku juga mau tidur! Dirumah aku ngga bisa tidur. Simonyet udah pulang soalnya!”
“Huff!”
***
Aku menggeliat sebelum akhirnya bangun. Ternyata aku berada dikamarnya Donny. Tapi, mana tuh anak?
Aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar. Kulihat Donny sedang berkumpul bersama keluarganya di depan tivi.
Aku menghampirinya.
“Don, aku pulang dulu, ya! Udah sore!” kataku.
“Iya!”
“Eh, ada kamu, Ken. Dari tadi?” tanya ibunya Donny.
“Iya, tan.”
“Eh, jangan lupa nanti malem, kita dateng ke rumahnya Selvi. Ada acara bakar-bakar katanya,” ujarku.
“He’eh!”
***
“Kenda, tolong ambilkan jagung di tempat penyimpanan makanan ya. Shariva tolong ambilkan bumbu-bumbunya ya. Donny tolong bantu tante ngipasin ikan bakar ya,” Ujar Selvi yang dari tadi nyuruh-nyuruh terus.
Akhirnya selesai juga meyiapkan bahan-bahannya dan akhirnya juga bakar-bakar benerannya dimulai. Kami semua bekerja sama dan membagi tugas untuk acara ini. Ada yang mengipas ikan dan ayam secara bergantian, mengoleskan bumbu, dan lain-lain.
Setelah selesai bakar-bakar jagung, kami membuat tambahan kentang goreng untuk hidangan penutup. Berhubung aku ga bisa masak sama sekali jadi biar mereka saja yang buat kentang goreng. Aku Cuma hanya menyiapkan bahan-bahannya. Shavira juga Cuma menyiapkan minuman saja walaupun ga disuruh (rajin ya dia).
10 menit kemudian, kentang sudah siapp. Tak tanggung-tanggung, kentang goreng yang jadi ada sekitar 3 piring (soalnya yakin bakal banyak yang makan) dan aku bawa kentang goreng itu ke meja yang ada diaman belakang rumah selvi.
Yap, acara malam ini sungguh menyenangkan. Bernostalgia bersama teman lama di SMP. Walaupun kami semua sama-sama capek mengerjakan semua ini. Tapi, kami semua menikmatinya. Kami mengobrol, bercanda, berbagi cerita dan pengalaman lucu di sekolah.
Seusai bakar-bakar, kami sama-sama menyantap hidangan yang sudah ada dimeja. Makanannya ga semuanya enak, seperti kentangnya keasinanan, jagungnya ada yang belum mateng, ikan dan ayamnya ada yang gosong. Tapi, kami semua sama-sama menikamtinya. Hahaha.
“Ken, ikut aku yuk!” ajak Silvi
“Kemana?” tanyaku.
“kesitu doang!” katanya sambil menunjuk ayunan yang ada di sebelah sana.
Akhirnya aku berjalan bersamanya menuju ayuanan itu dan duduk disana.
“Ada apa?” tanyaku langsung sambil mendorong ayunannya dengan kakiku.
“Eee… bintangnya bagus ya?”
“Iyaaa! Kau benar!” jawabku malas.“Terus?”
Dia tak menjawab.
“Ken,” ujarnya beberapa menit kemudian. Akhirnya dia buka mulut juga.
“Hem?”
“A… ak… aku suka kamu,” ujarnya gugup. “cinta.”
BRUUKKK…
@Rixada bener juga [/quote]
*curiga kenal* wkwkwk ,
*curiga kenal* wkwkwk ,
[/quote]
@Rixada haha, yowes, salken aja
humm
ayo lanjut
agak cepat ya skg alurnya?
#peganganbiargaterbang
uhmm
ayo update lagiii~~~~
maaf baru apdet,
maklum tugas sekolah ane numpuk.
baru bisa buka ni situs skrg,
maaf.
[8]
Aku mendengar suara benda jatuh dari kejauhan. Tapi aku tidak bisa melihatnya karena kondisinya gelap.
“Si… Siapa itu?” tanya Selvi sedikit panik sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
“Hmm, biarkan saja. Mungkin mereka lagi rebutan makanan,” ujarku sambil terkekeh pelan, mencairkan suasana.
“Hmmm,” gumamnya pelan.
Kami terdiam cukup lama. Dia seperti menungguku bicara
deluan.
“Ja… Jadi kamu suka sama aku gitu?” tanyaku bodoh. Damn! Aku bingung harus ngomong apa.
Dia mengangguk malu.
“Hmm, gimana ya, Vi. Ehm… aku bukannya nolak kamu, atau apalah. Tapi, aku bener, belum mau pacaran dulu saat ini.
Terdengar konyol bukan? Tapi, memang benar, aku belum mau pacaran. Mungkin juga aku ngga bisa kayak cowok lain, yang sudah berpengalaman dalam urusan pacaran berkali-kali. But, this is me. Aku masih belum mau aja. Masih ada banyak hal yang ingin aku lakukan. Sekali lagi aku minta maaf. Aku ngga bermaksud. Gini, kamu cantik, baik, pintar. Siapa yang ga mau sama kamu? Tapi, maaf, Vi. Aku ngga bermaksud…” jelasku.
Dia tersenyum, aku jadi semakin kikuk. Kemudian matanya mulai berkaca-kaca.
“Maaf, mungkin kamu kaget, karena kamu baru tahu dan kamu baru menyadarinya. Aku sebenarnya hanya ingin mengutarakan isi hatiku padamu saja, yang sudah lama kupendam,” katanya lirih.
Aku terdiam, tak berani memandangnya.
“Sebenarnya aku sudah menyukai sejak lama. Dari saat kita sekelas saat SMP dulu, kelas 2 SMP. Sejak itu, aku selalu memperhatikanmu. Aku sudah menunjukkan tanda-tanda padamu, jika aku suka kamu. Tapi kamu ngga pernah menyadarinya. Aku menunggumu sudah sejak lama, Ken. Tapi kamu ngga pernah peka!” ujarnya lirih. Butiran air bening mulai keluar dari matanya.
Dia memejamkan matanya sejenak lalu menghela nafas, untuk meredam emosinya.
“Hingga pada akhirnya, aku tak bisa menahannya lagi. Kupikir dengan kita tidak satu sekolah, aku dapat melupakanmu. Ternyata tidak,.. itu menyiksaku. Mungkin sekarang, dengan kenyataan ini, aku harus bekerja keras melupakanmu lagi,” ujarnya sambil tersenyum getir.
“Maaf… maaf… maaf!” ujarku lirih. Hanya itu yang bisa kukatakan? Dasar bodoh! Kau pengecut, Ken. Kau pecundang!
“Tak masalah! Itu bukan salahmu. Salahku! Yang sudah menyukaimu!” ujarnya lalu Selvi berlari masuk ke dalam rumahnya.
Aku terdiam di tempatku. Tak tahu apa yang harus kulakukan. Memang benar, aku pengecut, bodoh, tak bisa apa-apa.
Aku mengerti persaannya saat ini. Karena aku juga pernah merasakannya. Tapi, dia lebih beruntung, karena dia bisa mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya kepada orang yang dia suka. Sementara aku, aku hanya bisa menyimpan rasa ini, dan hanya terus berharap.
Aku memandang jauh kedepan. Tatapanku kosong. Walaupun mataku terbuka, tapi aku tak tahu apa yang sedang aku lihat.
"Sekali lagi... Aku minta maaf!" Aku tersenyum getir.
Akupun berbalik dan berjalan keluar dari rumah selvi tanpa mempedulikan panggilan dari teman-temanku yang lain.
Sesampainya dirumah aku langsung masuk ke dalam my kingdom, kamar tercintaku. Aku melepaskan kaos yang kupakai. Panas! Sepanans suasana hatiku saat ini.
Kurebahkan tubuhku di atas tempat tidurku. Aku membenamkan wajahku di bantal. Sungguh nyaman, hingga membuatku terlelap.
***
Sinar matahari yang tidak di undang, telah menyinari kamarku. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku lalu aku bangkit dari tidurku dengan selimut yang masih menutupi sebagian tubuhku.
Aku merasa tak enak badan sekarang. Sepertinya aku sedikit demam, mungkin masuk angin. Badanku juga pegal-pegal.
Aku merenggangkan otot-ototku yang kaku.
"Hmm, udah jam 9!" gumamku pelan. Lalu aku kembali merebahkan tubuhku. Tak lama dari itu, kudengar pintu kamarku diketuk beberapa kali dengan keras.
"Arghhht! Siapa?" ketusku.
"Siwon!" ujarnya dari luar. Argggh! Pasti Simon nih!
"Siwon-siwon! Simonyet iya juga!" ujarku dengan terkekeh pelan. Aku bangkit dari tempat tidurku dan berjalan, membukakan pintu kamarku yang terkunci.
"My gosht! Udah jam segini belum juga mandi ni bocah!" ketusnya.
"Biarin!" kataku sambil berbalik dan merebahkan tubuhku di tempat tidur.
"Nah, tidur lagi?! Bangun! Abis itu mandi!" perintahnya.
"Aih, rese bener! Emang mau ngapain? This is monday!
Waktunya untuk bermalas-malasan! Ngerti!" kataku sinis.
"Etdah! Teori dari mana, tuh?! Setau ane senin itu, hari dimana orang-orang pada bersemangat! Giat bekerja!" bantahnya.
"Yee, terserah aku lah! Hari inikan aku libur!"
"buruan! Mandi!" ujarnya dengan keras di telingaku lalu memukul tubuhku dengan bantal.
"Paahhhh! Simonya nih!" kataku, mengadu.
"Hahahaha!" dia tertawa setan. "Papa sama Mama, sudah berangkat kerja!"
"Sial!" decakku. Kemudian aku bengkit dan berjalan menuju kamar mandi.
Setelah aku selesai mandi dan berpakaian, aku menuju ruang tv, tempat biasa kami berkumpul.
"Kak, udah nyarap?" kataku sok ramah.
"Belom!" jawabnya singkat tanpa menolehku. Matanya masih
terfokus dengan acara tivi yang sedang dia tonton.
"Kok? Emang si Susi belum masak?" tanyaku. Susi adalah pembantu dirumahku. Tapi dia tidak tinggal bersama kami. Dia hanya bekerja dari pagi hari hingga sore hari. Karena rumahnya tak jauh dari rumah kami.
"Udah! Kita makan diluar aja, bentar lagi!" ujarnya.
"Mau kemana?"
"Ke mutun, atau ke mana gitu!"
"Ogah ah, kepantai. Panas broh!"
"Yeee!"
"Kalo ke kalianda resort mau deh gue!"
"Enak aja!" ujarnya.
"Yaudah siap-siap, gih! Elu mau keluar cuma pake boxer!"
Aku terkekeh.
"Kak, aku ajak Donny ya!"
"He'eh!"
Aku bergegas keluar rumah dan berjalan menuju rumah Donny yang terletak persis di samping rumahku.
"Donnnnnn!" teriaku dari luar.
"Ya," katanya sambil membukakan pintu.
"Maen yuk, sama Simon!" ujarku bersemangat.
"Nggak, gue lagi males!" ujarnya sambil menutup pintunya
"Ih, kenapa tuh anak?" gumamku. "Segitunya! Lagi pms kali
ya?"
"Aku perasaan ga buat salah deh sama dia. Mungkin ada perilaku atau perkataanku yang ngga berkenan dihatinya tanpa aku sadari," ucapku dalam hati.
Aku kembali kerumahku dengan lemas.
"Mana, Donny?" tanya Simon.
"Lagi ngga enak badan katanya," jawabku berbohong.
"Hmm, yaudah yuk! Entar keburu siang."
"Jadi, kemana?"
"Ehm, hunting buku aja, abis itu ke lembah hijau mau?"
"Yaudah deh, tapi jangan kesoreaan pulangnya. Aku mau balik ke asrama," kataku.
"Sip bos!"
kami berjalan memasuki mobil ayahku. Aku duduk di depan bersama Simon. Beberapa saat kemudian, mobil pun mulai melaju.
"Mon, itu bagus ya!" kataku mmenjailinya.
"Mana?" ujarnya antusias sambil menoleh ke arahku sesaat.
"Itu!" kataku sambil menunjuk sebuah warung kecil.
"Etdah! Kurang kerjaan banget sih lu! Gitu doang!" ujarnya sambil menjitak kepalaku.
Aku tertawa lebar.
"Kak, kok berhenti disini?" tanyaku heran saat menyadari mobilnya berhenti di depan sebuah rumah.
"Kakak, mau pinjem dvd dulu sama temen,"
"Bagus amat rumahnya!" gumamku kagum.
"Iya, bokapnya pejabat!"
"oh!"
"Tunggu dimobil bentar ya, dek! Atau mau ikut masuk! Bentar
doang kok!"
"Ngga ah, disini aja!"
"Oh, yasudah!"
"Awas aja kalo lama!" ancamku.
"Ya-iya!"
Simon pun keluar dari mobil dan masuk kedalam rumah itu. Aku memandang jauh kedepan. Lama-lama bosen juga disini.
5menit-10menit-15menit. Si Simon belum juga muncul. Sudah kutebak, pasti akan lama jadinya. Pasti, kakakku itu doyan bener ngobrol. Apalagi sama kawan lama. Shit!
Aku mengecek hapeku, berharap hapeku bergetar, karena ada pemberitahuan. Tapi, se to the pi, sepi banget nih hape!
Aku menggunting kukuku, mendengarkan lagu, dan melakukan kegiatan lain di dalam mobil yg panas ini. Lama banget tuh anak! Sudah 30 menit lebih aku nunggunya.
Sekarang sudah jam 10.30.
Kuputuskan untuk menelponya.
"Woy! Lama amat! Cepet! Panas nih!" kataku dengan nasa tinggi.
"Iya... Gue la...."
Aku mematikan telponnya.
Lebih baik kususul saja dia, ucapku dalam hati. Saat aku ingin membuka pintu mobil, gerbang rumah itu terbuka. Kupikir itu
Simon, ternyata bukan.
Dia.....
Ia dia orangnya. Aku yakin!
Bukankah dia si Devil itu? Si Aris kah?
Kulihat dia keluar dari rumahnya dengan motor ninjanya,
tanpa menggunakan helm.
"Ah mungkin aku salah lihat! Tapi.... Whatever, lah!" ujarku. Eh, nanti kutanya saja sama si Simon.
Beberapa saat kemudian, si Simon datang dan masuk ke mobil dengan wajah tak berdosa.
"Hoy! Lama amat!" ketusku.
"Gue lagi ada perlu tadi!"
"Arghht!" kataku sambil membuang muka.
"Yah, gitu aja ngambek!"
"U know how to kill my mood!"
"sorry!"
"Pulang!" kataku ketus.
"Kok gitu? Maaf deh!"
Aku tak menjawab. Sementara Simon langsung menghidupkan mesin mobilnya dan melajukannya.
Aku memandang jenuh keluar jendela. Ke Gramed! Ugh, barusan saja aku hunting buku beberapa hari yang lalu.
Aku langsung masuk kedalam dan mulai memilih buku-buku.
Aku ambil novel terjemahan, dan beberapa komik. Untuk menambah koleksiku.
Sementar Kakakku mencari buku-buku untuk bahan kuliahnya. Aku tak tahu menahu.
Setelah aku selesai memilih-milih buku, aku menyerahkannya pada kakakku. Lalu aku berjalan keluar dari gedung. Wah, banyak yang cantik, ganteng apalagi. Seneng liatnya, sekalian cuci mata nih. Haha
Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke lembah hijau. Cukup jauh jaraknya, dan jalananannya pun kaga nahan karena di daerah perbukitan dengan lembah dan sungai-sungai kecil.
Sesampainya disana kakakku langsung membayar tiket masuknya, yang tak mahal. Cukup 10.000 untuk satu orang.
Di sini, kita bisa melihat koleksi flora dan
fauna, karena di sini juga ada kebun binatangnya. menunggang kuda, dan pergi berkemah dengan juga ada arena outbound, paintball, waterboom dan fasilitas lainnya.
Aku sudah sering kesini. Ya, terkadang bersama teman ataupun keluarga.
"Kak, aku ke toilet dulu ya," kataku.
"Oke, kakak tunggu disini!" jawabnya.
"Sip!"
kemudian aku berlari ke arah toilet di ujung sana.
Setelah itu, saat aku ingin kembali ke tempat simon. Aku mendengar sesuatu yang berisik. Seperti suara orang yang sedang bertengkar.
Kucoba mendekati sumber suara itu, dibalik pohon besar yang tak kuketahui jenisnya.
What!
Kuliahat seseorang lagi kissing. Dan mereka sama-sama pria. Hahaha, gila, melakukan begituan di tempat terbuka seperti ini. Aku berbalik, jangan sampai orang itu mengetahui jika aku mengintipnya yang sedang bermesraan. Untungnya mereka tak menyadari keberadaanku.
Aku kembali menoleh kedua orang itu. Eh, dia...
Joe!
Apa aku ngga salah lihat?
@Silverrain iya nih kayaknya =="
okesip, maaf bru bisa apdet skrg