BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

THE PARALYZED

11011131516

Comments

  • lanjutin broooo nanggug parah itu
  • weww.... ayo lagi..hehe
  • yess ada updatenya
  • blm update juga
  • [P A R A L Y Z E D]

    [14]













    Bobby melayangkan tinjuannya tepat di wajah Aris. “Sejak dulu mana urusanmu yang benar, Kak?”

    Aku tercengang melihat pemandangan yang ada di depan
    mataku. Apa yang telah di lakukan Bobby kepada Aris. Apakah mereka memang saudara kandung? Jika begitu kenapa mereka
    tidak mirip?

    Kurasakan cairan yang bewarna merah itu menyentuh sudut
    bibirku, seketika rasa asin dan amis merasuk dalam indra
    perasaku.

    BRAK!!

    Bobby melayangkan tinjuan kepada Aris yang sukses membuat
    Aris terjatuh.

    Dia diam? Tak melakukan perlawanan. Bobby maju selangkah
    dan mencengkram kerah baju Aris.

    “Ini sudah yang keberapa kali? Apa kau ingat? Kau tak pernah
    merasakannya!” ujar Bobby dengan nada tinggi di depan wajah
    Aris.

    “Bob, sudah Bob!” ujarku pelan.

    “Diam kau! Bukan urusanmu! Aku melakukan ini bukan
    untukmu!”

    “Aku benci kalian,” kataku. “Lakukan sesukamu!” ujarku lalu
    bergegas pergi dari ruangan itu.


    ***


    Aku masuk ke toilet sekolah lalu menguncinya. Kubuka blazer
    milikku lalu kemeja sekolahku. Kuamati bagian perutku
    perlahan. Tak ada bekas ataupun luka disana. Tapi hanya rasa
    perih yang kurasakan. Keramnya masih terasa hingga membuat pernapasanku kembali tidak stabil.

    Kemudian kubasuh wajahku dengan air yang mengalir pada
    westafel. Aku tersenyum getir. Perih di bagian sudut bibirku
    mulai terasa.

    Aku tak tahu apa yang akan kulakukan nantinya. Yang pasti
    jika harus adu otot dengannya aku tak akan menang. Apa aku
    harus diam saja? Akan kulawan dia dengan cara lain.

    “Akan kulumpuhkan dia..” ujarku dengan menarik sebelah
    sudut bibirku.


  • @yuzz @tyo_ary @kikiriel @Rzlll @Rivaldo_Nugroho @kutu22 @Gabriel_Valiant @Monic

    udah dilanjut :D
    gomen, part 14 nya dikit, besok deh bakal dilanjut part 14 nya :)

    arighatou:)
  • bzzzzz.....dikit bangettt......
    ga ampe mateng telornya udah selese baca....
    :p
  • kentang dikittttt... di tunggu besokk :D
  • Ya ampun, updatenya betul2 secuil... Q tunggu updatenya besok ya...
  • updatenya di tungu terus ya, n jgn lupa d mention.
  • jangan lama2 lagi ya updateny,
  • mana nii @littlebro .. di tunggu update annya.. :D
  • besoknya kapan sih ?
  • edited April 2013
    Lanjutan Part 14







    “Siapa? Siapa yang akan kau lumpuhkan?” ujar seseorang.

    Aku menoleh kebelakang. Dia! “Seseorang yang menyebalkan tadi,” jawabku datar. “Kau mahkluk yang kemarin kan? Siapa namamu? Aku lupa.”

    “Kau lupa? Errr. Gw Dicky,” dia mengerang sendiri.

    Kulihat sosok berkulit putih yang ada di sebelahnya,

    Perawakannya mirip, nyaris membuatku iri. Tapi, hanya saja dia berambut cepak, tinggi tetapi tidak terlalu kurus, dan dengan sepasang mata almondnya yang mungkin jika kutatap mata itu lebih dari 3 detik. Pertahananku bisa runtuh. “Siapa dia,” ujarku pelan.

    “Aku Gleen,” ujarnya ramah.

    Aku tersenyum. “Aku Kenda, senang berkenalan dengan
    kalian!”

    Kami terdiam beberapa saat, kutatap mereka berdua yang memperhatikanku seolah mencari tahu siapa aku. “Aku bingung!” tukasku.

    “Kenapa?” jawab mereka bersamaan.

    “Apa motiv kalian ingin berteman denganku?” ujarku hati-hati.

    “Tidak ada maksud apapun. Kami hanya ingin melakukan dan melihat sesuatu yang menarik, karena sudah bosan dengan aktifitas kami biasanya. Dan ada hal yang penting yang ingin kami lakukan,” jelasnya Gleen.

    “Apa itu?”

    “Kebaikan.”

    “Maksudnya?” tanyaku bingung.

    “Maksudnya kami ingin melakukan hal-hal baik, mungkin tak berarti apa-apa. Tapi, untuk menebus rasa bersalah di hati kami masing-masing, dan tuhan yang menentukan bagaimana nantinya akhir dari kami,” ujarnya sambil tersenyum.

    “Kau begitu baik,” gumamku kagum dengan ucapannya tadi.

    Dia terkekeh. “Bagaimana? Kau tidak keberatan bukan?”

    “Tidak sama sekali. Asal masing-masing diantara kita punya batasannya,” jawabku.

    “Aku mengerti itu,” balas Gleen. “Btw, kau harus jaga sikapmu di depan mereka. Jangan menunjukkan ekspresi berlebih ketika kau berkomunikasi dengan kami. Jawablah dengan pelan. Di dalam kamarmu pun, kau tidur bersama 3 orang temanmu, pastikan mereka tidak curiga mengenai ini. Pasti sulit, tapi cobalah dulu. Mengerti?” perintahnya.

    Aku mengangguk. “Tapi bukankah, kalian bisa baca pikiran
    aku?”

    Dicky tertawa dengan kerasnya. “Kau bodoh rupanya? Hahaha,” ujarnya sambil tertawa.

    Aku mengerang. “Apa maksudmu?!”

    “Kami tak bisa melakukan hal itu. Hanya saja pikiranmu begitu transparan. Mudah untuk di tebak! Hahaha,” lagi-lagi dia terkekeh.

    “Errr, aku mau pulang dulu! Sampai nanti!” ujarku lalu berlalu.



    ***


    Mungkin hariku nanti akan menjadi lebih menarik dengan mereka, pikirku.

    Setelah makan malam selesai, aku kembali ke kamar. Di dalam hanya aku dan Bobby. Rio dan Joe sedang keluar, padahal ini sudah jam 9 malam, dan sebentar lagi lampu semua kamar akan di padamkan.

    Kurasa tak masalah jika aku berkomunikasi dengan mereka saat ini. Lagi pula hanya ada Bobby yang sedang mendengarkan lagu dengan headsetnya.

    “Kalian dari mana saja?” ujarku kaget ketika melihat kedua sosok tersebut masuk lewat tembok kamar.

    “Hmm, hanya jalan-jalan saja,” ujar Dicky. “Kenapa?”

    Aku menggeleng. “Ini sudah jam 10, kurasa kalian bisa menggangu jam tidurku,” aku menarik kedua sudut bibirku, memperlihatkan barisan gigiku.

    “Anak laki? Harus biasa tidur malam,” ujar Dicky sinis.

    “Ini asrama, aku tidak bisa seenaknya!” balasku lagi.

    Dia menggertakkan giginya. Aku melipat tanganku di dada.

    “Eh, katamu tadi, kau akan melumpuhkan seseorang? Siapa?” tanya Gleen.

    “Faris!” ujarku tegas.

    “wih sadis! Kau akan mematahkan kakinya?” ujar Dicky.

    “Errrr, bukan itu maksudku, tapi ingin membuat dia...
    berubah,” tukasku.

    Dicky menggaruk kepalanya yang nggak gatal. “Hmm! Mengerikan,” ujarnya sambil terkekeh.

    “Aku tahu maksudmu, tapi dengan cara?”

    “Aku belum memikirkan sejauh itu.”

    “Aku tahu bagaimana...,” ujar Dicky.
Sign In or Register to comment.