It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Girin tak peduli. Ia terus saja membaca skenario film barunya.
Ting-Tong!
"Ugh!"desak Girin kesal. "Siapa sih?!"gerutu Girin sambil berjalan ke ruang tamu.
"Eh, dia lagi!!"gumam Girin saat ia mengintip lewat kaca jendela.
Ada Hans di depan pintu.
"Huh, pasti cari Hergy!!!"gerutu Girin kesal.
Girin hampir saja membuka pintu. Tapi ia keburu ingat bahwa ia tengah menyamar. Ia pun langsung ngibrit ke kamar dan langsung ganti baju dan mengenakan wig dalam 3 menit!
Ting-Tong!
"Ya, tunggu bentar!"teriak Girin sambil berlari kembali ke ruang tamu dan membuka pintu.
"Ya, cari siapa?"
"Kamu yang mengantar Hergy tadikan? Kok..."Hans nampak kebingungan.
"Aku sepupunya Hergy,"terang Girin cepat.
"Mm, pantas! Oh ya, perkenalkan namaku Hans,"kata Hans memperkenalkan diri.
"Aku Kirin,"balas Girin.
"Namanu agak aneh ya?"komentar Hans.
Sialaaan! Aku mikirin nama itu setengah mati, tahu! Umpat Girin kesal.
"Ada tamu!"seru Charles.
"Tamu? Siapa?"
"Lihat sendiri!"kata Charles sambil terbang keluar jendela.
"Hhh..."desis Hergy kesal. Ia pun pergi keluar kamar dengan malas.
Sesampainya di Ruang tamu...
"Lho, Hans?"desis Hergy.
Secara kebetulan, Girin menoleh ke dalam dan melihat Hergy berdiri di dekat pintu ruang tengah.
Tiba-tiba muncul ide di kepalanya.
"Hmm...akan kubuat dia kesal...,"gumam Girin dalam hati,
Girin langsung mendorong Hans sampai cowok itu terjerambab ke lantai.
"H-he.."
"Hans, sepertinya aku suka kamu!"
"T-tung..."
"C'mon, kiss me please..."potong Girin sambil memegang kedua pipi Hans. Ia juga mendekatkan wajahnya ke wajah Hans.
"Lepaskan!!"teriak Hans kaget dengan reaksi Girin yang tiba-tiba.
Chuup!
Girin tak peduli dengan teriakan Hans. Ia langsung mengecup pipi Hans.
Hans memalingkan wajahnya ke kiri. Tepat pula saat itu ia menghadap ke arah Hergy.
"Hah? Hergy...?"desis Hans.
Hergy yang kaget tidak bisa menyembunyikan kemarahannya. Ia berbalik dan pergi dengan tangan terkepal.
"G..Gy, tunggu dulu!"teriak Hans sambil mendorong tubuh Girin kuat.
Sementara itu, Hergy masuk ke kamar dan membanting pintu kamar dengan keras.
"Dik..."terdengar suara Hans memanggil namanya.
"Pulang aja!"seru Hergy.
"Aku gak berbuat macam-macam sama sepupu kamu.."
"Pulang aja!"
"Maaf, aku ke sini cuma pengen mastiin kamu baik-baik aja..."terang Hans dari balik pintu.
Hergy tak menjawab.
"Kalo gitu sampai ketemu besok di sekolah ya??"kata Hans lagi lalu melangkah pergi.
Hergy tetap diam. Entah kenapa, ia benci banget melihat Hans. Ia kesal sama cowok itu.
Ia gak rela Girin mencium Hans. Kenapa bukan dia? Kenapa Girin bisa begitu mudahnya menyukai orang lain? Sementara dengan dia, Girin selalu menunjukkan sikap bermusuhan.
Sementara itu, Girin tetap berdiri di tempat semula sambil tersenyum puas.
"Bagus. Kayaknya Hergy benar-benar marah sama cowok brengsek itu, hahaha..."
tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekati tempatnya. Ia menebak itu adalah Hans.
Girin menarik nafas sejenak lalu berbalik ke arah Hans.
"Hem..."
"Mau apa lagi?!"
"Hans...yang tadi itu serius lho!"
Hans mengernyitkan keningnya.
"Gimana kalo kita kencan?"sambung Girin sambil mengedipkan matanya dengan genit.
"Hmm, tapi sebelumnya..."
Hans menyentuh dada Girin.
"Eh?"
"Aku ingin memastikan dulu!"kata Hans.
"M-maksudnya..."
"Dada kamu palsu! Kamu banci, ya?"tuding Hans sambil berjalan menjauh.
Deg!
Gawat, ketahuan!
"Kalau kamu cewek tulen pasti sudah memukul atau memakiku tadi!"
Sial, tahu dari mana dia?Gerutu Girin geram.
"Jangan merayuku lagi! Cari mangsa yang lain aja!"kata Hans sambil berlari keluar rumah.
Ia melepas gaun dan wig-nya dan dilemparkannya sembarang ke lantai.
"Menikahlah denganku sayang...kita pasti akan menjadi keluarga yang bahagia..."
Girin langsung mematikan Tv.
"Bikin tambah kesal aja!"gerutunya.
Ia menyenderkan kepalanya ke sofa. Tiba-tiba ia ingat Hergy.
"HERGY! HERGY!!"
"Iya..."jawab Hergy sambil keluar kamar.
"Mana sandwich pesananku tadi!?"
"Maaf, emang tadi kamu minta sandwich?"Hergy balik nanya.
"Apa katamu?!"teriak Girin sambil mencekik leher Hergy.
"Ma...maaf, akan segeraa kusiapkan."
"Ayo pergi siapkan!!"
Hergy berlalu ke dapur.
Eh, itu tadi bukan suara rintik hujan ya. Itu tadi bunyi detak jam yang terus bergulir.
Girin melirik jam di dinding.
Sudah 30 menit berlalu sejak ia menyuruh Hergy membuat sandwich.
"Gila, lama banget! Perutku udah keroncongan nih..."gerutu Girin sambil bangkit dan menyusul Hergy ke dapur.
"Ngapain aja sih dia?"
Brak!
Girin membuka pintu keras bermaksud ingin mengejutkan Hergy.
"Hey, Hergy!!"teriak Girin sambil masuk ke dapur.
Tapi Girin langsung tertegun saat melihat Hergy di dapur.
"Dia tidur..."gumam Girin.
Ia lantas mendekati Hergy. Ia memandangi wajah Hergy dengan lekat.
"Hmm dia cute juga kalau sedang tidur,"kata Girin pada diri sendiri.
Spontan Girin mencium kening Hergy lembut. Tapi sedetik kemudian hatinya kembali berubah.
"Huh!"desisnya sambil menarik lengannya. Sikunya nyaris saja mengenai dagu Hergy.
"Ngapain aku mikirin dia, dia aja udah bikin aku kelaper..."Girin menghentikan ucapannya saat melihat sandwich yang terletak di atas meja, tidak jauh dari Hergy ketiduran.
"Bodoh ah! Aku udah gak berselera!!"katanya sambil berlalu meninggalkan Hergy sendirian ketiduran di dapur.
%%%
@lembuswana : iya. Kemaren ada kesalahan teknis, hhe.
"Eengg..."
"Hei, bangun! Kenapa tidur di sini, heh?"
Hergy membuka matanya.
"Charles?"
"Sudah malam, ayo pindah ke kamarmu."
"Oh, iya! Sandwich untuk Girin..."seru Hergy tiba-tiba.
"Aduh gimana Char? Girin pasti ngamuk berat..."gumam Hergy sambil melirik piring berisi sandwich yang ada di atas meja.
"Sudahlah, gak udah dipikirin. Tidur yuk!"
"Iya..."
"Huhh...Girin tega sekali. Masa tenagamu masih diperas sampai malam!"gerutu Charles.
"Sekarang tidurlah..."
Hergy naik ke atas ranjang dan merebahkan diri...
%%%
Lewat tengah malam, Hergy tiba-tiba terbangun. Ia merasa lapar.
Dengan mata yang masih ngantuk, ia berjalan ke dapur. Ia ingat di meja tadi ada sandwich yang semula ia buat untuk Girin.
"Lho, kok nggak ada?!"seru Hergy saat melihat di atas meja tinggal hanya ada piring saja. Sementara sandwichnya entah sudah pergi kemana.
"Sudah dilahap habis sama Girin,"kata Charles yang tiba-tiba datang.
"Ohh..."desis Hergy lemas.
"Kamu lapar ya?"
"Sudahlah..."pungkas Hergy sambil berjalan kembali ke kamarnya.
Saat ia melewati meja belajar, ia teringat PR-nya juga belum dikerjakan.
Hergy duduk di kursi belajar. Ia kebingungan mau melakukan apa. Otaknya masih tertutup. Akhirnya ia kembali ke ranjang dan menarik selimut sampai menutupi kepalanya...
%%%
Diperbaikin aja...
tp bagus koq critanya...
Lanjuuut ^_^
"Sudah telat, tidak mengerjakan PR juga?!"
Hergy menunduk.
"Bagaimana kamu ini, heh?!"
"Ma...maafkan saya, Bu. S-ssya..."
Arg, kenapa Girin nggak bagunin aku ya? Gumam Hergy sambil mencuri pandang ke arah Girin yang nampak tersenyum puas.
Ugh! Sepertinya dia sengaja, gumam Hergy jengkel.
"Pokoknya Ibu tidak mau dengar alasan apapun! Sebagai hukuman, di jam istirahat nanti kamu tulis 'saya tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi!!!' di papan tulis sampai istirahat selesai!!"
Hergy melongo.
"B-Bu..."
"Sekarang duduk!"
"Yahh...gawat..."gumam Hergy lemas.
%%%
Beberapa murid ada yang meledak, seperti gang Rahma dan Fanie. Tapi ada juga yang menaruh simpati. Tapi bagi Hergy, Girin sudah jelas ada di pihak siapa.
Krucuk...kruukkk...
Perut Hergy berbunyi.
Hergy menghela nafas berat. Dia merasa lapar karena sejak semalam belum makan apapun. Ditambah lagi tadi bangun kesiangan dan tidak sempat sarapan di kantin.
Hergy melongok ke luar ruangan lewat jendela. Berharap ada seseorang yang bisa ia minta bantuan untuk membelikan makanan. Sayangnya setelah lima menit pertama istirahat, anak-anak berhamburan ke luar kelas.
Hergy ingin jajan sendiri, tapi takut sewaktu-waktu Ibu guru mengeceknya. Ia tak mau mengambil resiko dan mendapat sanksi yang lebih berat lagi.
Kriukk...
Hergy berhenti sejenak dan memegang perutnya yang terus berbunyi.
Hergy memejamkan matanya. Rasa laparnya makin menjadi.
"Aku harus tahan..."gumam Hergy menguatkan diri.
Ia pun membuka mata dan bersiap untuk menulis lagi. Tapi...saat membuka mata, pandangannya nampak gelap dan kepalanya terasa pusing.
Hergy memegang kepalanya dan berusaha berpegangan di papan tulis...