It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Aku terdiam terpaku bagai mimpi buruk yang berubah menjadi nyata dalam sekejap, dikala mempercayai seseorang namun dia tak seperti yang kau harapkan,aku menjadi bingung apa yang harus aku lakukan, walaupun kutahu kenyataannya namun aku tak bisa membenci
"Tapi bukan berarti kau boleh menyakiti Revian?" aku akan membela Revian
"Kau belum mengerti atau bodoh hah! apakah kau mau mengalami nasib seperti ayah, harusnya setelah mengetahui semuanya kau membatuku bukannya malah membelanya" ka Rein tampak emosi
"bukankah pa Efendi yang menyebabkan semua ini telah menerima hukumannya, Revian sama sekali tidak ada hubungannya" teriaku mempertahankan argumenku
"apakah kau pikir Revian tidak akan membalas dendam padaku?"tanyanya
"sebenarnya aku tak peduli kalau Revian hanya balas dendam padaku dan membenciku, tapi apakah kau menjamin kalau dia tidak akan membencimu"
"aku yakin ia tak akan membenciku, jikalau ia membenciku aku Rela"
"Kau akan menyesal bila terlalu percaya pada orang lain" ucapnya
"aku tak akan menyesal jadi kumohon ka cukup jangan sakiti Revian lebih dari ini"pintaku memohon padanya
"terserahlah ku harap kau tak akan menyesal" ucapnya pasrah,
akupun berlalu meninggalnya
ku buka pintu kamar Revian, ternyata ia masih terlelap, kuusap lembut rambutnya membelai pipinya, mencurahkan segala rasa sayangku padanya.
"Ka maafkan aku, aku akan selalu menjagamu" bisikku, aku berbaring disebelahnya dan memeluknya, hatiku sungguh letih, duniapun menjadi gelap.
REVIAN----
Panas sinar matahari menyengat wajahku, menyilaukan mataku, badanku terasa terhimpit, kulihat Reva tengah berbaring disisiku wajahnya tampak letih 'kenapa ya' pikirku
tak kuhiraukan, aku langsung menyingkirkan tangannya dari dadaku dan beranjak ke kamar mandi membasuh tubuhku berharap kesegaran dapat memberikan semangat baru untukku, selesai mandi, perutku terasa lapar, aku berjalan ke ruang makan, makanan telah tersedia di meja makan, tampak masih utuh, Reva pasti belum makan, ku kembali
"Reva, kamu belum makan kan?, ayo cepat!, kita makan bareng," ajakku
"hm.m..." jawabnya singkat sambil beranjak menuju kamar mandi.
Aku menunggunya di meja makan sampai akhirnya Reva duduk disisiku dan kami menyantap hidangan ini dengan lahap.
Hari ini, aku malas sekali untuk pergi kemanapun, aku masih menata hatiku yang sempat hancur karena ka Rein, mengingat tentangnya membuatku semakin terluka, padahal selama pacaran ia tak pernah memperlakukanku dengan baik
'Pemilik dari perusahaan xxx saat ini sedang menjalani sidang pertamanya dalam kasus tindakan ilegal yang diakukannya' aku terdiam
"kenapa, apakah ayahku memang bersalah" tanyaku pada Reva meminta kepastian
"hmm... Tenanglah ayahmu tidak apa-apa, ia hanya akan menjalani hukuman ringan saja"jawab Reva
aku tahu Reva hanya mencoba menenangkanku
"Reva aku ingin menemui ayah"pintaku
"aku tak ingin kau terlibat, sebaiknya kita jangan berkunjung dulu" kurasakan kecemasan dalam suaranya
aku hanya bisa pasrah dan menundukan kepala
keadaan Revian menjadi lemah setelah mendengar keputusan ayahnya resmi menjadi tahanan, aku juga tak bisa membiarkannya bertemu dengan ayahnya, sampai suatu hari kami mendengar sesuatu yang mengejutkan, bahwa ayah Revian meninggal di dalam penjara penyebabnya adalah serangan jantung, Revian berteriak histeris dan jatuh pingsan beberapa kali kondisinya makin memprihatinkan,
setelah pulang dari pemakaman ayahnya, Revian hanya termenung didalam kamarnya kadang tersenyum sendiri ataupun menangis