It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kadang aku berfikir menjadi seorang bisex lebih beruntung daripada seorang gay, pada kenyataannya masing-masing menanggung beban tersendiri yang terasa berat bagi masing-masing.
Aku gay, yg akan tetap menjadi gay, namun juga akan tetap menjaga kerahasiaan diri sebagai gay..
Yg sabar aja brother...
Cuma itu yang bisa aku katakan.
@ tonosukapeler : thanks
Saya pun mengiyakan apa yang mas Awan inginkan mengenai status hubungan ini, padahal dalam hati juga merasa kadang tidak ada kejelasan dan dia yang mendekati saya, bukan sebaliknya.
Kami bertemu seminggu sekali, setelah dia pulang latihan dan kadang saya menjemputnya. Walaupun saya senang dikunjunginya seminggu sekali, tetapi disatu sisi, hati saya juga merasa tidak enak dengan istrinya yang telah saya kenal. Terkadang kamipun melakukan kegiatan lain bersama istrinya dan teman-temannya. Ya, saya dierkenalkan kepada teman-temannya, teman-teman yang tidak mengetahui bahwa mas Awan adalah PLU ataupun teman-teman PLU yang suka berkonsultasi atau ketemuan dengan mas Awan. Saya diperkenalkan sebagai temannya, tidak lebih atau kurang.
Mas Awan menemui saya jika telah selesai latihan yang dilakukan seminggu sekali, dan saya diberitahu bahwa latihan tersebut akan selesai, jadi kemungkinan bertemu akan semakin jauh berkurang. Ketika mendengar hal itu, saya hanya bisa mengiyakan, karena saya harus memahami dan tidak ingin mempersulit posisinya, serta mengikhlaskan apapun yang terjadi kedepannya, walaupun saya merasa sedih juga karena saya sangat mencintainya dan masih ingin sering bertemu dengannya.
Dan bulan dimana latihan Mas Awan telah selesai pun datang, dan sejak saat itu kami jadi lebih jarang bertemu.
Setelah satu bulan, saya merasa sulit untuk bertemu dengannya. Sulit bertemu untuk melepas rasa kangen saya, karena jika bertemupun hanya sekedar ketemuan di tempat umum, bertemu sebentar dan saya melihat dia sering sibuk dengan hp-nya. Dia bercerita bahwa dia sibuk dengan hp-nya karena Mas Awan sering dijadikan tempat curhat teman-teman PLU dari suatu komunitas di suatu website dimana Mas Awan menjadi moderatornya.
Terus terang, saya menjadi penasaran dengan komunitas yang mas Awan tergabung didalamnya dan menjadi moderatornya. Akhirnya tanpa sepengetahuannya, saya bergabung dengan komunitas tersebut. Komunitas tersebut merupakan komunitas dimana teman-teman PLU ingin berusaha menjadi hidup seperti pria biasa lainnya, meninggalkan dunia PLU atau sekedar tempat curhat bagi teman-teman yang belum pernah "terjun ke dunia PLU" tetapi ada rasa ketertarikan terhadap sesama.
Dari website tersebut, saya menjadi tahu bahwa kadang diadakan gathering dengan member lainnya, dan mas Awan kadang menjadi "EO" untuk acara tersebut. Dari hal tersebut, saya merasa miris, karena mengapa dia bisa meluangkan waktunya untuk teman-temannya sedangkan jika bertemu saya walaupun sebentar rasanya sulit sekali.
Pada suatu ketika, saya mengalami musibah, dimana berakibat saya menjadi merasa benar-benar down. Saya merasa perlu seseorang yang dapat mensupport saya. Dari keluarga tidak mungkin, karena saya dan sodara-sodara saya berjauhan dan berbeda kota. Yang terpikir oleh saya adalah mas Awan, semoga dapat menenangkan saya karena dia adalah orang yang saya merasa dekat dengannya dan memiliki latar belakang Psikolog. Dan saya ingin bertemu dengannya walau sebentar.
Mas Awan sms memberikan saya support. Saya merasa saya masih membutuhkan supportnya, dan akhirnya saya memberanikan diri untuk memulai untuk menelepon mas Awan. Tetapi entahlah, apakah hanya perasaan saya saja, tetapi saya merasa apa yang saya harapkan agar mas Awan dapat men-support saya, saya merasa bahwa itu hanya seperti support dari seorang teman kepada teman lainnya. Dan pada saat saya ingin bertemu untuk bercerita atau curhat, dia mengatakan tidak bisa dengan alasan bahwa dia sedang tidak bisa berkonsentrasi dan fokus kepada dirinya dulu karena merasa ada masalah dengan apa yang sedang berkecamuk dengan dirinya.
Isi sms itu kurang lebih adalah bahwa saya membutuhkan dukungan dan perhatiannya, dan saya tersiksa dengan perasaan yang serba tidak jelas yang membuat saya bisa menjadi lebih terpuruk. Dan mas Awan membalas dengan jawaban yang tidak terduga, bahwa sebaiknya hubungan kita berakhir daripada harus ada yang tersakiti dari salah satu diantara kita.
Saya berusaha mengirimkan YM dan sms kepadanya agar hal ini tidak terjadi (saya tidak berani menelepon karena khawatir akan mengganggunya), tetapi sepertinya keputusan mas Awan sudah bulat.
Sekali lagi saya hanya bisa pasrah dengan semua hal yang telah terjadi dan akhirnya berdampak pada pekerjaan saya, karena orang-orang banyak melihat bahwa saya lebih banyak melamun.
Pada saat saya sedang memberikan training. Ketika berjalan ke belakang, saya berjalan ke belakang, dan mata saya tertuju padanya dan ternyata kami bertatap-tatapan, dan sebut saja dia adalah Prama. Walau sesaat, saya merasa ada sesuatu yang beda padanya. Tetapi saya berusaha mengalihkan pikiran saya dan tetap fokus memberikan training, serta segera kembali ke depan peserta agar mata ini tidak tertuju padanya.
Setelah selesai training, saya biasa berdiskusi dengan peserta yang mungkin tidak paham dengan materi yang saya berikan. Dan Prama ikut bergabung dalam diskusi kami. Prama orangnya ramah dan supel, dan kami pun banyak bercanda pada saat berdiskusi. Pada saat saya akan kembali ke kamar saya, Prama menanyakan no hp saya, agar jika ada kendala di lapangan, dia dapat mengontak saya jika ada masalah kerjaan atau hal yang terkait training
Keesokan harinya, saya masih harus memberikan training di kelas tempat Prama berada. Pada saat memberikan training, terkadang saya merasa Prama melontarkan pertanyaan-pertanyaan atau candaan yang membuat saya menjadi fokus padanya, padahal sebelumnya tidak seperti itu. Walaupun kadang saya malu, tapi saya berusaha tetap bersikap tenang. Walaupun dalam sms Prama berikutnya mengatakan, wajah saya sering merah karena malu ketika bertatapan muka atau mata dengannya.
Tidak berapa lama setelah training selesai, Prama kembali mengirimkan sms hanya untuk sekedar menyapa. Saya terkejut dan senang mendapatkan sms. Prama mengatakan kapan kemungkinan saya bertemu lagi dengannya.
Kebetulan saya sedang akan mencari jaket untuk keperluan saya selama di tempat training daerah Jawa Timur yang terkenal dingin dan saya menanyakan kepadanya, apakah Prama bisa membantu menemani saya untuk mencari jaket. Prama mengiyakan, dan kamipun bertemu untuk mencari jaket tersebut.
Setelah makan malam dan kebetulan juga waktunya sudah hampir tengah malam, Prama menginap di kos-kosan saya. Saya mengijinkannya menginap, karena Prama beralasan bahwa kunci gerbang kos-kosannya tertinggal dan biasanya tengah malam sudah dikunci.
Kamipun tidur seranjang, tetapi saya berusaha agar tidak bersentuhan dengan dia saat tidur. Tidak disangka-sangka, pada saat saya tidur membelakanginya, Prama memeluk saya dari belakang dan mulai menciumi leher saya, dan akhirnya berlanjut lebih jauh.
Dan sejak malam itu, saya dan Prama berpacaran