BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Sekedar Curhat

1356734

Comments

  • @cosike: perasaanmu saat ini seperti apa bro? Kekna lu banyak banget mengambil sebuah konsekuensi...
  • edited November 2011
    O my god... Perasaan seseorang yang memiliki orientasi ke sesama jenis mmg complicated..

    Kadang aku berfikir menjadi seorang bisex lebih beruntung daripada seorang gay, pada kenyataannya masing-masing menanggung beban tersendiri yang terasa berat bagi masing-masing.

    Aku gay, yg akan tetap menjadi gay, namun juga akan tetap menjaga kerahasiaan diri sebagai gay..

    Yg sabar aja brother...
    Cuma itu yang bisa aku katakan.
  • @ fredz : sekarang berusaha menenangkan diri dulu, fokus pada diri sendiri dan melakukan sesuatu yang bermanfaat

    @ tonosukapeler : thanks :)
  • Sejak kejadian pertemuan itu, saya dan mas Awan menjadi "kekasih". Mas Awan tidak ingin menyebut hubungan kita pacaran atau hal-hal yang berbau "keintiman dalam perasaan". Dia hanya menyebut pacaran dengan mantan pacarnya dulu yang dipacarinya selama 3 tahun dan masih berhubungan dan sekarang sudah dianggap sebagai saudaranya, karena mantan pacarnya ini sudah mengenal seluruh keluarga besar dan istri mas Awan.
    Saya pun mengiyakan apa yang mas Awan inginkan mengenai status hubungan ini, padahal dalam hati juga merasa kadang tidak ada kejelasan dan dia yang mendekati saya, bukan sebaliknya.

    Kami bertemu seminggu sekali, setelah dia pulang latihan dan kadang saya menjemputnya. Walaupun saya senang dikunjunginya seminggu sekali, tetapi disatu sisi, hati saya juga merasa tidak enak dengan istrinya yang telah saya kenal. Terkadang kamipun melakukan kegiatan lain bersama istrinya dan teman-temannya. Ya, saya dierkenalkan kepada teman-temannya, teman-teman yang tidak mengetahui bahwa mas Awan adalah PLU ataupun teman-teman PLU yang suka berkonsultasi atau ketemuan dengan mas Awan. Saya diperkenalkan sebagai temannya, tidak lebih atau kurang.

  • Dalam menjalani hubungan dengan saya, mas Awan menceritakan seluruh kehidupan termasuk orang-orang yang pernah dekat dengannya. Dan dia mengatakan, setelah menikah, dia tidak pernah berhubungan lagi dengan pria, sampai akhirnya bertemu dengan saya. Mendengar ceritanya, saya merasa apa harus percaya atau tidak, senang atau sedih, yang pasti jika ceritanya itu benar, saya merasa sangat bersalah karena berarti saya adalah orang pertama yang masuk dalam kehidupannya setelah dia menikah dan merasa telah merusak pernikahannya, walau kejadian di awal pertemuan adalah hal yang tidak saya duga dan tidak pernah saya perkirakan.

    Mas Awan menemui saya jika telah selesai latihan yang dilakukan seminggu sekali, dan saya diberitahu bahwa latihan tersebut akan selesai, jadi kemungkinan bertemu akan semakin jauh berkurang. Ketika mendengar hal itu, saya hanya bisa mengiyakan, karena saya harus memahami dan tidak ingin mempersulit posisinya, serta mengikhlaskan apapun yang terjadi kedepannya, walaupun saya merasa sedih juga karena saya sangat mencintainya dan masih ingin sering bertemu dengannya.

    Dan bulan dimana latihan Mas Awan telah selesai pun datang, dan sejak saat itu kami jadi lebih jarang bertemu.
  • Saya tidak pernah berani memulai untuk sms atau telp kepadanya. Hal ini karena saya orangnya pasif dan saya khawatir mengganggu aktivitas dia saat di kantor ataupun di rumahnya. Mas Awan pun pernah meminta saya dari sejak awal kita berhubungan agar jangan sering sms dia terutama saat dia sudah pulang kantor, karena khawatir jika suatu saat istrinya menemukan sms saya. Dengan demikian, jika saya sms mas Awan pun berusaha sms yang netral tanpa mengindikasikan apa-apa.

    Setelah satu bulan, saya merasa sulit untuk bertemu dengannya. Sulit bertemu untuk melepas rasa kangen saya, karena jika bertemupun hanya sekedar ketemuan di tempat umum, bertemu sebentar dan saya melihat dia sering sibuk dengan hp-nya. Dia bercerita bahwa dia sibuk dengan hp-nya karena Mas Awan sering dijadikan tempat curhat teman-teman PLU dari suatu komunitas di suatu website dimana Mas Awan menjadi moderatornya.
  • Dalam hati ini sering berpikir, jika dia bisa sibuk membalas curhat atau cerita teman-temannya, mengapa saya yang dia katakan adalah orang yang dekat dengannya saat itu, pada saat bertemu, Mas Awan lebih fokus dengan hp-nya untuk membalas curhat atau cerita-cerita temannya. Padahal saya juga ingin Mas Awan bisa fokus dengan curhat atau cerita saya. Tapi jika mas Awan melakukan itu, saya hanya bisa tersenyum pasrah atau tidak memintanya menghentikan sementara kegiatan dengan hp-nya, karena saya kembali teringat dengan posisi saya dan komitmen mas Awan di awal mengenai bahwa hubungan ini tidak ingin dia sebut sebagai pacaran. Sehingga jika telah selesai bertemu dengannya, rasanya masih ada rasa yang belum berkurang dan kecewa.

    Terus terang, saya menjadi penasaran dengan komunitas yang mas Awan tergabung didalamnya dan menjadi moderatornya. Akhirnya tanpa sepengetahuannya, saya bergabung dengan komunitas tersebut. Komunitas tersebut merupakan komunitas dimana teman-teman PLU ingin berusaha menjadi hidup seperti pria biasa lainnya, meninggalkan dunia PLU atau sekedar tempat curhat bagi teman-teman yang belum pernah "terjun ke dunia PLU" tetapi ada rasa ketertarikan terhadap sesama.

    Dari website tersebut, saya menjadi tahu bahwa kadang diadakan gathering dengan member lainnya, dan mas Awan kadang menjadi "EO" untuk acara tersebut. Dari hal tersebut, saya merasa miris, karena mengapa dia bisa meluangkan waktunya untuk teman-temannya sedangkan jika bertemu saya walaupun sebentar rasanya sulit sekali.
  • Saya menjadi berpikir, mungkin saya membosankan dan dia sedang jenuh dengan hubungan ini atau berpikir bahwa hubungan ini adalah tidak benar karena dia sudah menikah. Tetapi jika saya tanya ke mas Awan, apakah mas Awan jenuh, dia selalu mengatakan tidak , tetapi dia hanya ingin sendiri dulu. Ketika mas Awan berkata seperti itu, saya pun berusaha tidak mengusiknya, walaupun saya sangat ingin bisa berkomunikasi dengannya walau hanya sebatas sms.

    Pada suatu ketika, saya mengalami musibah, dimana berakibat saya menjadi merasa benar-benar down. Saya merasa perlu seseorang yang dapat mensupport saya. Dari keluarga tidak mungkin, karena saya dan sodara-sodara saya berjauhan dan berbeda kota. Yang terpikir oleh saya adalah mas Awan, semoga dapat menenangkan saya karena dia adalah orang yang saya merasa dekat dengannya dan memiliki latar belakang Psikolog. Dan saya ingin bertemu dengannya walau sebentar.

    Mas Awan sms memberikan saya support. Saya merasa saya masih membutuhkan supportnya, dan akhirnya saya memberanikan diri untuk memulai untuk menelepon mas Awan. Tetapi entahlah, apakah hanya perasaan saya saja, tetapi saya merasa apa yang saya harapkan agar mas Awan dapat men-support saya, saya merasa bahwa itu hanya seperti support dari seorang teman kepada teman lainnya. Dan pada saat saya ingin bertemu untuk bercerita atau curhat, dia mengatakan tidak bisa dengan alasan bahwa dia sedang tidak bisa berkonsentrasi dan fokus kepada dirinya dulu karena merasa ada masalah dengan apa yang sedang berkecamuk dengan dirinya.
  • Bukannya saya bersikap egois (mungkin juga karena dipengaruhi oleh perasaan yang tidak menentu dari musibah yang saya alami) bahwa saya bersikap seakan tidak mengerti dengan keadaan dia yang sedang ingin sendiri, tetapi saya masih membutuhkan support darinya , dan saya ingin agar sesekali agar mas Awan bisa sedikit memperhatikan saya, akhirnya saya memberanikan diri untuk menulis sms kepadanya.

    Isi sms itu kurang lebih adalah bahwa saya membutuhkan dukungan dan perhatiannya, dan saya tersiksa dengan perasaan yang serba tidak jelas yang membuat saya bisa menjadi lebih terpuruk. Dan mas Awan membalas dengan jawaban yang tidak terduga, bahwa sebaiknya hubungan kita berakhir daripada harus ada yang tersakiti dari salah satu diantara kita.

    Saya berusaha mengirimkan YM dan sms kepadanya agar hal ini tidak terjadi (saya tidak berani menelepon karena khawatir akan mengganggunya), tetapi sepertinya keputusan mas Awan sudah bulat.
    Sekali lagi saya hanya bisa pasrah dengan semua hal yang telah terjadi dan akhirnya berdampak pada pekerjaan saya, karena orang-orang banyak melihat bahwa saya lebih banyak melamun.
  • Perpisahan yang mas Awan putuskan terjadi sebelum ulang tahun mas Awan (kurang lebih 3 minggu). Tetapi karena saya sudah merencanakan jauh-jauh hari akan memberikan kejutan pada mas Awan di hari ulang tahunnya, walaupun kami sudah berpisah, saya mengirimkan sendiri kue ulang tahunnya ke kantornya pada pagi hari sebelum semua orang pada datang, agar teman-teman kantornya tidak tahu siapa yang mengirimkan kue tersebut (dan semoga mereka berpikir bahwa istrinya yang mengirimkan kue tersebut). Walaupun sudah berpisah, saya merasa senang masih bisa memberikan kado dan juga merasa tenang karena saya bisa melaksanakan rencana saya untuk memberikan kue di hari ulang tahunnya, dengan berharap semoga hal ini tidak menyinggung perasaannya.
  • Saya pernah berharap bahwa hubungan dengan mas Awan adalah hubungan terakhir saya dengan pria, tetapi ternyata keadaan berkata lain. Datang pria lain yang mendekati saya dan mengisi hidup saya, dan akhirnya harus berakhir dengan kenyataan yang saya lihat, dan membuat saya sampai sekarang harus lebih kuat, tidak ingin tersakiti lagi, dan fokus kepada perbaikan diri saya dari semua yang telah saya alami ....
  • Setelah perpisahan dengan mas Awan, saya sering melamun di kantor tempat saya bekerja. Beruntung, ada training yang harus saya lakukan sehingga pikiran ini bisa disibukan dengan persiapan treining.

    Pada saat saya sedang memberikan training. Ketika berjalan ke belakang, saya berjalan ke belakang, dan mata saya tertuju padanya dan ternyata kami bertatap-tatapan, dan sebut saja dia adalah Prama. Walau sesaat, saya merasa ada sesuatu yang beda padanya. Tetapi saya berusaha mengalihkan pikiran saya dan tetap fokus memberikan training, serta segera kembali ke depan peserta agar mata ini tidak tertuju padanya.

    Setelah selesai training, saya biasa berdiskusi dengan peserta yang mungkin tidak paham dengan materi yang saya berikan. Dan Prama ikut bergabung dalam diskusi kami. Prama orangnya ramah dan supel, dan kami pun banyak bercanda pada saat berdiskusi. Pada saat saya akan kembali ke kamar saya, Prama menanyakan no hp saya, agar jika ada kendala di lapangan, dia dapat mengontak saya jika ada masalah kerjaan atau hal yang terkait training
  • Pada saat saya sudah di kamar, Prama mengirimkan saya sms. SMS menanyakan hal mengapa saya tidak makan malam bergabung dengan yang lain, dan sms lainnya. Jujur, sya merasa senang mendapatkan sms dan bisa berbicara dengannya, tapi saya berusaha agar saya tidak melanggar batas antara pengajar dan peserta.

    Keesokan harinya, saya masih harus memberikan training di kelas tempat Prama berada. Pada saat memberikan training, terkadang saya merasa Prama melontarkan pertanyaan-pertanyaan atau candaan yang membuat saya menjadi fokus padanya, padahal sebelumnya tidak seperti itu. Walaupun kadang saya malu, tapi saya berusaha tetap bersikap tenang. Walaupun dalam sms Prama berikutnya mengatakan, wajah saya sering merah karena malu ketika bertatapan muka atau mata dengannya.
  • Hari terakhir saya memberikan training, Prama kembali mengirimkan sms, bahwa dia merasa sedih karena harus selesai dengan training ini. Sebenarnya, saya pun merasa sedih, tetapi saya berusaha agar tetap bersikap biasa karena tidak ingin menaruh harapan dan hati ini kepada Prama, karena saya tidak mengetahui apa maksud Prama dan bagaimana Prama menganggap saya.

    Tidak berapa lama setelah training selesai, Prama kembali mengirimkan sms hanya untuk sekedar menyapa. Saya terkejut dan senang mendapatkan sms. Prama mengatakan kapan kemungkinan saya bertemu lagi dengannya.

    Kebetulan saya sedang akan mencari jaket untuk keperluan saya selama di tempat training daerah Jawa Timur yang terkenal dingin dan saya menanyakan kepadanya, apakah Prama bisa membantu menemani saya untuk mencari jaket. Prama mengiyakan, dan kamipun bertemu untuk mencari jaket tersebut.
  • Setelah mencari jaket, kami keluar mencari makan memakai motornya. Walaupun saat itu masih belum jelas dengan Prama, saya merasa bahwa hal tersebut romantis buat saya. Dan saya pun hanya berpikiran, Prama hanya menganggap saya sebagai teman saja.

    Setelah makan malam dan kebetulan juga waktunya sudah hampir tengah malam, Prama menginap di kos-kosan saya. Saya mengijinkannya menginap, karena Prama beralasan bahwa kunci gerbang kos-kosannya tertinggal dan biasanya tengah malam sudah dikunci.

    Kamipun tidur seranjang, tetapi saya berusaha agar tidak bersentuhan dengan dia saat tidur. Tidak disangka-sangka, pada saat saya tidur membelakanginya, Prama memeluk saya dari belakang dan mulai menciumi leher saya, dan akhirnya berlanjut lebih jauh.

    Dan sejak malam itu, saya dan Prama berpacaran
Sign In or Register to comment.