BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Sekedar Curhat

2456734

Comments

  • @ aug_ust : terus terang sebaiknya jangan mencontoh saya, karena akhirnya saya jatuh juga dan berulang....
  • @ dota : inginnya seperti itu, tapi tidak mungkin juga, karena saya memang yang salah. But anyway, thanks ya :)
  • Sejak kejadian itu, steve semakin sering datang ke rumah. Dia berani datang karena rumah saya yang jauh dari pemukiman, jadi dia tidak diketahui orang kalau datang ke rumah. Dia takut, karena dia adalah anak dari salah satu orang yang dipandang di tempat saya berdinas. Semakin lama, hati ini semakin merasakan sayang dan cinta (pertama kali saya rasakan untuk hubungan sesama ini) dan akhirnya terjadilah apa yang seharusnya tidak saya lakukan. Saya serahkan semua jiwa dan raga ini ke Steve.

    Saya saat itu layaknya orang jatuh cinta pertama kali, ingin rasanya setiap hari bertemu. Dia pun setiap 2 kali sehari datang ke tempat saya. Tetapi semakin dalam cinta saya ke Steve, semakin jauh pula hubungan saya dengan istri saya dan semakin besar pula rasa bersalah saya kepada agama saya.

    Pada suatu saat, saya mengutarakan bahwa mungkin sebaiknya hubungan ini tidak dilanjutkan, tetapi Steve tetap ingin meneruskan hubungan ini. Dan yang membuat saya terkejut adalah bahwa dia sebenernya masih sedang menjalin hubungan dengan orang lain tetapi tinggal di Makasar, jauh sebelum dia berhubungan dengan saya.
  • Walaupun saya kaget dan sakit, tetapi karena saya berharap hubungan ini bisa berakhir, saya mengatakan bahwa sebaiknya dia memilih dengan pacarnya yang di Makasar, dengan alasan bahwa pacarnya yang di Makasar lebih berhak dengan dia karena sudah lebih lama berpacaran dan juga mungkin dia berhubungan dengan saya karena kita tinggal dalam satu daerah.

    Steve tetap teguh dengan pendiriannya dan dia mengatakan bahwa dia akan memutuskan hubungan dengan pacarnya di Makasar.

    Suatu malam, dia kembali lagi, dan mengatakan bahwa dia telah memutuskan pacarnya dan pacarnya berkata bahwa jangan pernah menghubunginya lagi. Jadi dia tetap ingin berhubungan dengan saya. Saya pun entah kenapa membuka hati saya kembali. Mungkin karena cinta saya yang bisa dikatakan besar kepada dia. Dan salahnya saya adalah, jika telah jatuh cinta, saya selalu memberikan hati saya sepenuhnya dan itu pula yang selanjutnya akan selalu membuat hati saya sakit.
  • Saya selalu menceritakan apa yang terjadi pada diri saya kepada Steve, termasuk komunikasi saya dengan teman saya yang saya katakan mengejar-ngejar saya. Hal ini membuat Steve cemburu, padahal saya mengatakan kepadanya bahwa kita hanyalah teman sejawat, tidak pernah ada rasa ataupun melakukan hal apapun dengan dia. Tetapi Steve tidak mau tahu, dan dia menyuruh saya untuk memutuskan komunikasi dengan teman sejawat saya, karena dia telah berkorban untuk putus dengan pacarnya yang di Makasar. Dan saya mengikuti keinginannya, saya berusaha memutuskan komunikasi dengan teman saya, yang akhirnya hubungan saya dan teman saya merenggang.

    Pada suatu hari, dia mengatakan akan pergi ke Jakarta untuk mencari kerja, walaupun sebenarnya dari usaha dia di tempat penugasan saya sudah sangat baik, tetapi dia tidak ingin bergantung pada usaha keluarganya dan mencari pekerjaan yang sesuai dengan jiwanya.

    Saya pun merenung dengan keputusan dia dan dengan apa yang saya lakukan selama ini dengan Steve. Selain itu juga saya akan kembali ke Jawa sambil menunggu satu periode penugasan saya berikutnya. Karena pertimbangan tersebut dan beberapa hal, saya mengutarakan keinginan saya untuk berpisah. Saya jelaskan berbagai alasan dan berusaha teguh dengan keputusan saya. Terus terang saya menangis dengan apa yang saya putuskan, karena saya telah benar-benar sayang dan cinta padanya. Dia pun ternyata ikut menangis dengan keputusan ini, dan berkata bahwa baru kali ini dia menangis karena diputuskan dalam hubungan seperti ini.
  • Akhirnya pada suatu hari Steve berangkat ke Jakarta, dan saya ikut membereskan keperluannya untuk selama mencari kerja di Jakarta.

    Selama Steve di Jakarta, saya dan Steve masih saling berkomunikasi. Dia bercerita bahwa dia masih menganggap saya pacarnya, tetapi saya pun sering mengatakan kepada dia sambil bercanda bahwa di Jakarta pasti banyak yang mau jadi pacarnya, dia bisa mendapatkan yang dia inginkan (secara fisik Steve memang sangat menarik, dan saya pun tidak heran dengan cerita dia bahwa selama di Jakarta, banyak yang ingin menjadikan dia sebagai pacarnya). Tetapi jika saya bercanda seperti itu, yang dia akan menjadi marah dan berusaha mengganti topik pembicaraan.

    Akhirnya, saya pun kembali ke Jawa sambil menunggu surat penugasan saya berikutnya dan juga untuk bertemu keluarga serta saudara-saudara saya. Saya kembali ke Jawa dengan melalui Jakarta dan Steve mengetahui bahwa saya sedang berada di Jakarta
  • edited October 2011
    Karena Steve mengetahui bahwa saya di Jakarta, dia ingin bertemu saya. Saya mengiyakan. Sayapun masih merasakan rindu padanya, karena perasaan saya belum berkurang kepadanya, tetapi hanya berpikiran bahwa kami hanya akan bertemu dan mengobrol saja. Tetapi ternyata tidak demikian, ternyata saya tidak cukup kuat untuk menolak berhubungan intim dengan dia.

    Dari Jakarta, saya menuju ke suatu kota di Jawa Barat. Dan saya menawarkan dia apakah akan ikut ke tempat saya karena kebetulan dia pun ada urusan yang hendak dilakukan di kota saya. Dan selama di kota saya dan ada saya, dia menginap di rumah keluarga saya. Istri saya berada di kota lain di Jawa, karena dia masih melanjutkan kuliahnya. Dan selama di rumah, kami melakukan hal yang seharusnya tidak boleh kami lakukan kembali. Entah hal apa yang telah merasuki hati dan jiwa saya...
  • Saya tidak lama berada di kota saya, karena saya harus menuju ke kota tempat istri saya kuliah. Saya mengatakan kepada Steve, bahwa selama saya disana, sebaiknya jangan mengontak saya dulu.

    Saya tiba di kota tempat istri saya kuliah, dan ketika bertemu dengan istri, saya bersikap dingin kepadanya. Sebenarnya hati saya menangis dengan apa yang telah saya lakukan, karena dia telah rela menunggu saya. Saya bersikap seperti itu bukan karena ingat dengan Steve saat itu, tapi saya merasa telah kotor, berbuat dosa besar menurut saya, dan saya tidak layak lagi dengannya karena dia terlalu baik buatku.

    Istriku sedih dan merasa aneh dengan sikapku. Saya tidak bercerita apa-apa atau mengarang cerita kenapa saya bersikap dingin kepadanya. Dan pada akhirnya karena suatu kejadian, istriku menanyakan siapa Steve. karena istri saya bertanya dan saya tidak ingin berbohong kepadanya, (entahlah apa kejujuran atau kebohongan yang membuatnya semakin sakit hati) saya bercerita semuanya mengenai apa yang terjadi antara saya dan Steve. Saya pun seperti seorang pengecut yang hanya bisa menangis dan semakin sakit hati ini karena melihat istri saya menangis. Dia tidak bisa marah akan hal ini, karena memang bukan sifat istri saya, tetapi dia hanya menangis sambil mengatakan betapa tega dan jahatnya saya.
  • Dari kejadian ini, istri saya jadi pendiam, baik saat bertemu dengan saya atau pun di kuliahnya. Hal ini membuat teman-temannya bertanya, ada apa dengan dia, karena seharusnya dia senang karena didatangi oleh suaminya. Istri saya tidak menjawab apapun pertanyaan teman-temannya. Teman-temannya sepertinya ingin mengorek ada apa dengannya, terus mendesak dengan pertanyaan-pertanyaan yang sampai pada pertanyaan terakhir : Apa suamimu gay? Istri saya hanya diam, dan mengatakan tidak usah dibahas lebih lanjut. Tetapi entah bagaimana mereka jadi berkesimpulan dari reaksi istri saya, yang akhirnya tersiar kabar di teman-temannya dan juga teman-teman saya (pacar teman istri saya adalah teman saya) bahwa saya gay.

    Mendengar kabar tersebut, saya hanya bisa pasrah, dan tidak menyalahkan istri saya. Tapi saya menyalahkan temannya dan pacar teman saya yang membuat berita seperti itu. Kenapa mereka begitu tega dan usil dengan apa yang terjadi dengan kehidupan kami. Mereka tidak layak disebut teman, semoga mereka suatu saat akan merasakan betapa tidak enaknya ditimpa suatu berita yang mengobrak abrik kehidupan mereka
  • Karena istri saya tidak mungkin bercerita kepada keluarga, dia meminta ijin untuk bercerita kepada kakak saya. Akhirnya dia bercerita dan kakak saya menjadi tahu dengan keadaan saya. Tentu sudah bisa ditebak, kakak saya marah besar kepada saya. Saya dinasehati dengan berbagai macam nasehat yang kadang disertai dengan kemarahan kakak saya. Istri saya berjanji bahwa dia hanya bercerita ke salah satu kakak saya (saya memiliki banyak kakak perempuan) dan tidak akan bercerita ke kakak saya lainnya. Tapi kenyataannya berbeda, akhirnya semua kakak saya menjadi tahu tentang keadaan saya.

    Selain itu pun, istri saya mulai menghubungi Steve.
  • Karena ingin menjaga rumah tangga, saya menyuruhnya untuk cuti dulu dari kuliahnya dan mengikuti saya ke tempat saya berdinas. Saya berharap dengan mengajaknya, saya bisa mengembalikan perasaan saya kepadanya, memperbaiki diri saya, dan menjaga pernikahan saya. Dia mengiyakan, dan kami pun berangkat ke daerah tempat dinas saya.

    Sedangkan Steve masih tetap berada di Jakarta, sehingga selama disana, istri dan saya tidak bertemu dengannya, dan mungkin ini yang terbaik bagi kita semua.

    Tetapi ternyata, selama bersama di daerah tempat saya berdinas, keadaan kami tidak membaik. Malah bisa dikatakan semakin memburuk. Saya merasa bahwa semua karena sikap saya. Dan pada saat di daerah ini juga saya mengenal Boyzforum yang saya dapatkan websitenya dari istri saya yang memberitahu kepada saya.
  • Karena keadaan tidak semakin membaik dan keluarga istri saya juga sudah melihat bahwa hubungan pernikahan kami dalam masalah, saya dan keluarga istri menyarankan agar istri saya kembali ke Jawa dan melanjutkan kuliahnya. Ketika mengantar istri, saya mengantarnya ke Makasar dan menginap di tempat kakak saya (kebetulan bekerja di Makasar) yang diberitahu pertama kali mengenai apa yang terjadi pada saya.

    Selama di Makasar, saya dinasehati oleh kakak saya, dan walaupun mengatakan bahwa kelanjutan pernikahan kami diserahkan sepenuhnya kepada kami, tapi kakak berharap bahwa semua bisa berubah dan saya tetap mempertahankan istri saya yang sudah cukup baik mau menerima keadaan saya.

    Suatu saat, saya berbicara dengan anak buah kakak saya. Saya mengetahui bahwa anak buahnya ini memiliki kemampuan "indra ke-6" atau "idigo". Saya bertanya kepadanya, bagaimana dengan kehidupan saya bnantinya, dan dia berkata bahwa saya akan mampu bertahan dalam menjalani pernikahan jika saya tahan terhadap godaan dan kedepannya akan banyak godaan yang menghampiri saya. Saya pun jadi teringat dengan perkataan istri saya : Mas, kamu diberikan kelebihan fisik dan profesi serta sifat yang baik, tetapi semua itu bisa menjadi cobaan bagimu dan bisa dimanfaatkan oleh orang lain.

    Mengingat apa yang dikatakan oleh anak buah dan istri saya, saat itupun saya hanya berharap dan berdoa, semoga tidak terjadi apa-apa lagi kedepannya dan saya lebih kuat menghadapi cobaan dan godaan.

    Saya pun mengantarkannya ke Jawa dan setelahnya, saya kembali lagi ke daerah tempat saya berdinas. Karena keadaan hubungan kami yang sudah ada masalah dan perbedaan pulau yang memisahkan kami, hubungan kami pun semakin merenggang dan komunikasi semakin jarang.
  • Saya meneruskan pekerjaan saya di tempat saya berdinas, istri saya melanjutkan kuliah, steven di jakarta. Saya pun sudah tidak berkomunikasi dengan mereka berdua. Pertemanan saya dengan rekan sejawat yang mengejar-ngejar saya (sebut saja namanya Din) kembali membaik karena saya dan dia sama-sama telah menyelesaikan tugas dinas kami. Kamipun kembali ke Jakarta.

    Di jakarta, saya sementara nge-kos dulu untuk menyelesaikan mengurus segala administrasi berkaitan dengan masa tugas saya yang telah selesai beserta teman-teman saya yang lain yang sama-sama telah selesai. Selama di Jakarta, saya kadang di ajak keluar oleh Din. Dari Din saya jadi banyak mengetahui mengenai kehidupan dunia PLU yang ada di Jakarta. Jika dia akan pergi ke suatu tempat seperti "panti pijat" atau bertemu dengan teman-temannya, Din kadang mengajak saya. Selama di ajak olehnya, saya hanya memperhatikan saja tanpa terlibat lebih jauh ke dalamnya. Saya merasa takut untuk lebih masuk ke dalam dunia PLU.

    Terkadang saya hanya tersenyum atau geleng-geleng kepala dengan tingkah laku Din, atau kesal karena Din sering bersikap menganggap saya pacarnya walaupun di tempat umum, sehingga perhatian orang akan tertuju ke kami. Tapi walau bagaimanapun dia adalah teman saya.

    Akhirnya setelah sebulan di Jakarta, saya dan Din kembali ke kota kami masing-masing
  • Di kota saya, saya mencoba untuk mencari-cari pekerjaan. Selama mencari pekerjaan, rasa rindu kadang ada di dalam hati ini. Akan tetapi rindu terhadap Steve karena mungkin kami berpisah secara tidak baik-baik dan ada kejadian dengan istri saya. Semuanya seakan saya belum bisa menerima.

    Karena banyak waktu senggang dan mungkin pelarian saya, saya pun mulai mengenal dunia chat terutama chat khsusus PLU. Saya mulai asik dengan chat saya. Selama chatting, saya selalu mengatakan dari awal mengenai keadaan saya sebelum lebih kami melanjutkan untuk mengobrol lebih jauh. Ada yang mengajak ketemuan/kopdar, tetapi saya selalu tidak berani untuk melanjutkan kopdar tersebut. Mungkin saat itu saya terlalu naif, tetapi saya mencari teman dari chatting yang mungkin memiliki takdir yang sama dengan saya. Dan saya bertemu dengan orang tersebut dan menjadi sebuah pertemuan yang singkat.

    Disaat yang sama pun saya sudah mengikhlaskan bahwa Steven memang sudah menganggap saya sebagai temen saja, karena ternyata dia sudah berpacaran dengan orang lain dan tinggal di Bali, dan Steven menghubungi saya karena dia ingin curhat soal hubungan dengan pacarnya. Di saat itulah saya mengikhlaskannya....
  • Saya semakin asyik dengan chatting saya. Saya pun bertemu dengan seseorang dan dari orang tersebut saya diperkenalkan dengan seorang psikolog yang sama-sama PLU dan sebut saja dia adalah mas Awan. Saya merasa bahwa dengan mas Awan, saya bisa menceritakan segala sesuatu yang terjadi dengan saya dan memperbaiki diri. Mas Awan telah menikah, dan terus terang hal ini juga membuat saya tenang, karena mungkin dia akan lebih mengetahui dan mengerti keadaan saya, serta sayapun merasa pasti dia hanya akan menganggap saya sebagai salah satu temannya atau pasiennya yang butuh bimbingan dan pengarahannya.

    Saya berkenalan dengan mas Awan melalui YM, dan sayapun berkonsultasi melalui YM, jadi sama sekali tidak pernah bertemu dengannya. Suatu saat kami janjian untuk bertemu karena sudah cukup lama kami saling YM-an. Saya mengiyakan, dan pada saat itu saya tidak ada pikiran macam-macam mengenai mas Awan dan tidak ingin macam-macam dengan mas Awan karena dia telah menikah dan saya pikirpun mas Awan berpikiran yang sama.

    Tetapi setelah pertemuan itu, saya tidak menyadari ternyata mas Awan menjadi suka dengan saya dan mendekati saya dimana saya pun belum juga menyadarinya. Dan pada suatu pertemuan, mas Awan melakukan sesuatu yang akhirnya berlanjut membuat kami menjadi kekasih.
Sign In or Register to comment.