BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

))))) ASRAMA COWOK (((((

123457»

Comments

  • agungers89 wrote:
    tambah rame euy
    makasi udah mampir
  • Teman

    Pagi ini saat aku terbangun dari tidurku, kembali kutemui ruangan kamar kosong tanpa penghuni. Jejeran ranjang besi masih tetap rapi dengan perangkatnya yang kini telah ditinggalkan pemiliknya. Bergegas menuju kamar mandi. Membersihkan tubuh dengan cepat. Untuk kembali memulai hariku.

    Aku tak sempat sarapan karena waktunya sudah terlewatkan. Memang itu hukuman bagi yang telat bangun. Dengan tergesa aku masuk ke ruang kelas. Pagi ini akan dimulai dengan kelas olah raga. Pak Wahyu guru olah raga kami yang berperawakan tinggi besar meminta semua siswa untuk ke halaman. Dengan perut keroncongan aku mengikuti siswa lainnya keluar. “Waduh…ternyata materi atletik yang akan diberikan pak Wahyu” gumamku dalam hati. Tepatnya lari 10 kali putaran halaman sekolah ini. Tubuhku yang tak di jejelali nutrisi pagi ini pasti akan tersiksa dengan pelajaran ini.

    Setelah beberapa siswa di panggil untuk melaksanakan putaran. Matahari semakin tinggi dan mulai terasa panas di kulit.

    “Sekarang Ridho, Damon, Adil, Darma, bayu, Aldo, Tino dan gandi siap dilintasan” ujar pak wahyu memberi instruksi. Kami berdelapan berjejer di lintasan itu.

    “Siap,,,,,,!Yakkkkk” teriakan pak Wahyu, sambil memencet stopwacth di tangannya.

    Seolah lontaran anak panah dari busurnya semua melesat. Saling berlomba mencapai garis akhir. Ada kebanggaan tersendiri untuk bisa menjadi nomer satu. Tapi itu hanya sampai tiga putaran pertama saja. Selanjutnya intensitas kecepatan lari para siswa mulai berkurang. Kecuali Darma dan Aldo yang masih berlari dengan kencang saling berganti posisi tempat pertama dan kedua. Mereka berdua memang sangat suka berolah raga. Di sekolah ini selain Wili, mereka juga merupakan ujung tombak sekolah di team sepak bola. Bagi mereka kalo Cuma di suruh lari 10 putaran itu adalah hal yang gampang.

    Ridho, Bayu, Tino dan Gandi berjejeran berada agak jauh di belakang mereka. Sementara aku berada di urutan paling belakang tepat tak berapa jauh dibelakang Adil yang bertubuh tambum. Sebetulnya agak malu juga aku bisa tertinggal dari si gembrot adil. Tapi perut kosongku yang menggerogoti ini tak bisa diajak kompromi. Seolah menahan laju lariku.

    “Hush…hush…hush..” Memasuki putaran ke lima nafasku sudah terasa sesak, perutku sakit seperti di peras. Pandanganku mulai terasa berkunang-kunang. Aku terus memaksakan diriku untuk terus berlari. Aku tak ingin nilai olah ragaku jeblok cuma karena tak sanggup berlari.

    Sakit di perutku semakin menjadi. Sepertinya asam lambungku naik dari perut menuju mulut. Langkahku kini mulai tertatih. Lintasan jalur lariku seperti bayangan yang bergerak-gerak. Lintasan itu terlihat seperti dua buah oleh mataku. Aku pusing. Tapi tak berapa lama kemudian tubuhku ambruk menyentuh tanah. Debu dari lapangan mengisi lubang hidungku. Tapi aku tak merasakannya lagi. Semuanya menjadi hitam. Sangat sunyi sekali. Tak ada sedikit pun suara. Perasaanku begitu damai saat itu. Aku seolah berada di suatu tempat yang indah sekali. Di tempat itu aku Cuma bisa melihat sebuah titik cahaya kecil yang semakin lama semakin besar dan jelas. Sebuah siluet tubuh tampak kabur diujung cahaya itu.

    “Damon,,,,Bangun Damon” Tiba-tiba indra pendengaranku mendengar suara memanggil nama. Aku membuka mata. Terasa agak menyilaukan.

    “Syukurlah loe udah siuman” Kulihat ada Wili di sampingku.

    “Gue dimana Wil?” tanyaku saat mulai bisa menguasai diri. Berusaha bangkit. Wili menahan tubuhku bangkit dari pembaringan.

    “Tenang aja damon,,,,,! Loe sekarang di ruang UKS sekolah. Istirahat aja dulu. Tadi elo pingsan waktu pelajaran olah raga” jelasnya.

    Kembali aku teringat kejadian beberapa saat yang lalu.

    “Gue udah mendingan damon” ujarku.

    Karena aku berkeras untuk bangkit akhirnya Wili mengalah dan membantuku. Aku duduk di ganjal bantal. Wili meraih gelas berisi air ‘teh manis di atas meja yang ada disamping pembaringan. Dia mendekatkan gelas itu ke bibirku. Aku meneguk air di gelas itu sampai tak bersisa. Air ‘teh itu memberi efek segar di tubuhku.

    “Makasi ya Wil” ujarku saat dia meletakkan gelas yang telah kosong itu kembali keatas meja.

    “Sudah kewajiban gue sebagai teman,,, Damon” ujarnya.

    “teman,,,?” ujarku dalam hati. Perasaanku senang sekali mendengar kata-kata sederhana yang baru di ucapkan Wili itu kepadaku. Aku tak menyangka sekarang Wili sudah benar-benar memploklamirkan diriku menjadi salah seorang temannya.
  • Kenyataan


    Walau tubuhku sudah mulai merasa segar dan ingin kembali kekelas, Wili memintaku untuk tetap beristirahat di ruangan uks ini. Agar benar-benar sembuh. Dia menjanji untuk menjagaku disini. Karena itu aku mengikuti yang dia sarankan.

    “Loe kok bisa pingsan tadi Damon?” tanya Wili.

    “Tadi pagi gue telat bangun Wil, Jadinya belum sarapan”

    “Parah loe Damon,,,,masak belum sarapan, loe nekat memaksakan diri untuk lari 10 putaran di udara panas” ujarnya sambil duduk di bangku samping pembaringan. Kemudian Wili melanjutkan kata-katanya.

    “Besok-besok kalo loe belum sarapan ada pelajaran olah raga lagi, loe harus bilang ke pak Wahyu biar di kasih waktu buat sarapan. Gue nggak ingin loe pingsan lagi kayak gini”

    Aku kaget dengan kata-kata penuh perhatian yang di lontarkan oleh mulut Wili. Tapi tentu tak ku perlihatkan di exspresi wajahku.

    “Iya Wil,,,besok-besok gue pasti akan sarapan dulu sebelum pelajaran olah raga” ujarku sambil menatap wajahnya. Sekilas kuperhatikan Wili berusaha untuk menghindari kontak mata denganku. Dia agak memalingkan wajahnya.

    “Wil,,,Ada yang pingin gue tanyai ke elo?” ujarku.

    “Ada apa Damon?” Wili balik bertanya. Aku terdiam sesaat.

    “Ini tentang Mike”

    Saat ku ucapkan kata-kata itu kembali ku lihat exspresi wajah Wili berubah. Persis sama seperti exspresi waktu aku menanyakan hal ini di lantai atap sekolah. Tapi cuma saat ini tak nampak kemarahan di wajahnya.

    “Memangnya apa yang loe tahu tentang Mike?” Nada bicara Wili terkesan berhati-hati.

    “Cukup banyak yang ku tahu tentang dia Wil, kerena dialah teman pertamaku di sekolah ini” ujarku, sambil berusaha merahasiakan kejadian cermin kamar mandi semalam yang sempat membuat shock. Karena sampai saat ini aku masih belum percaya dengan kenyataan itu. Atau bisa jadi diriku tidak ingin bahwa itu adalah sesuatu yang sebenarnya.

    “Ngak mungkin Damon,,,,ini benar-benar nggak mungkin” ujar Wili, Jawabannya yang persis sama dengan yang dilontarkannya saat aku menanyakan tentang hal ini di lantai atap.

    “Maksudmu nggak mungkin?”

    “Ya…Nggak mungkin” nada suara Wili agak meninggi.

    “Dia banyak bercerita tentang loe Wil” ujarku lagi.

    “Kamu udah gila Damon” Wili merubah kata loe menjadi kamu dalam ucapannya. Itu pertanda dia serius dengan ucapannya itu.

    “Aku tidak gila Wil” jawabku terpengaruh mengganti kata gue dengan Aku.

    “Mike itu sudah Mati, loe harus sadar itu Damon”

    Tak sadar Wili menarik kerah baju kaus olah ragaku dengan agak keras. Tapi sejenak kemudian dia tersadar dan melepaskannya kembali. Aku masih berusaha untuk tidak mempercayai ucapan Wili. Karena selama ini Mike begitu nyata bagiku. Aku bisa menyentuh kulit halus wajahnya. Kecupan lembut bibirnya.

    “Tidak Wil,,,Tidak……!!!! Mike masih hidup. Dia itu Nyata”

    Tak sadar butiran-butiran bening menetes dari kedua mataku. Aku benar-benar tak bisa menerima kenyataan ini.

    “Hanya Mike,,,,Wil!!!!! hanya Mike yang bisa mengerti aku…. Hanya Mike yang bisa membuat ku bersemangat menjalani hidup….. Hanya Mike yang selalu mendengar keluh kesahku disekolah ini…..Hanya Mike temanku disini Wil. Hanya Mike……”

    Aku tak sanggup melanjutkan kata-kataku. Tangisku menjadi. Kedua pipiku telah basah. Wili bergerak mendekati pembaringan. Duduk disamping tubuhku. Merangkul tubuhku dalam dekapannya. Wajahku dibawa kedalam pelukan dada bidangnya. Tangan kanannya melingkar di punggungku. Sementara tangan kiri Wili mengelus rambutku. Tak ada suara dari bibirnya. Tapi aku merasakan kedamaian dalam dekapnya. Baju olahraga Wili kini basah oleh Air mataku yang tak kunjung berhenti. Kini hanya ada isak mengisi ruang antara ku dan Wili.

  • Wili story (flashback)


    “Eh….anak orang kaya kalo di sekolah ini jangan belagu loe ya” Ujar mike saat aku tak sengaja menunpahkan ‘teh manis ke pakaiannya. Sebenarnya Ini bukan kesalahanku. Teman-temannya mengait kakiku. Sehingga aku jadi terjengkang di buatnya. Tanganku yang sedang memegang the botol miring. Menumpahkan semua isinya ke atas baju mike.

    Semua itu awal dari hari-hari burukku di sekolah ini. Memang setiap yang memulai konfrontasi dengan Mike dan tema-temannya akan mengalami nasib serupa. Hari-hari ku selanjutnya penuh dengan hal-hal yang membuat hidup tak tenang. Aku di kerjai habis-habiskan. Aku berusaha untuk selalu menghindari mereka.
  • mana nih lanjutannya
  • lanjut lanjut
  • huweeeee

    ceritanya udah bagus bagus gini koQ malah bersambung sih

    ayo lanjutin

    ane gabung jadi salah satu penggemar karya mas NEO nih

    ayo lanjutin ayo lanjutin
  • sayang ya..gak dilanjutin lagi
  • knapa g dilanjutin???
    ceritanya bagus bgt,,,
Sign In or Register to comment.