It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
tulisanku gak sebagus tulisan mu ku .. srius T____T .. mana tulisanku jarang di update . kalau ada mood baru ditulis .. huhuhuh ..
ayo dilanjutin yaakk ... saranku, mending dijadiin 1 part 1 part, takutnya kecampur ama komen, makanya aku selalu jadiin cerita puanjaangg, biar komennya nggak menutupi cerita
udah 2/3 selesai. ini sedang finishing. soalnya sengaja mau aku posting langsung sampai ending. jadi nanti bisa langsung dibaca sampai ending.
btw, newneo udah baca cerpenku yg lama? mau minta komentar juga ^^
Jam istirahat siang sudah berakhir. Kaki ku melangkah menapaki tangga demi tangga menuju ke atas. Terkesan agak tergesa-gesa. Sesampai di lantai tiga aku berhenti sesaat. Mencari tempat yang aman. Tapi di lantai ini hanya ada lorong-lorong kelas. Nggak mungkin rasanya aku sembunyi disini. Kalo seandainya ada guru yang keluar dari salah satu kelas pasti akan memergokiku. Aku benar-benar nggak ingin bertemu dengan papa. Kulihat masih ada urutan tangga menuju atap. Pintunya tertutup. Biasanya pintu itu terkunci. Pihak sekolah melarang keras setiap murid untuk naik ke situ. Alasannya sih kurang jelas. Ada yang bilang kalo di lantai atas itu ada yang pernah kepergok ml lah, Ada yang bilang kalo lantai atap ini berhantulah, tempat jin buang anak lah, Atau pernah ditemukan siswa bunuh diri disana lah dan banyak lagi versinya.
Walau dengan sedikit keraguan aku menaiki satu persatu anak tangga menuju lantai atap. Kuraih gagang pintunya. Kugerakan perlahan takut ketahuan pihak sekolah. Ternyata tidak terkunci. Sepertinya penjaga sekolah lupa menguncinya. Dengan yakin aku menaiki lantai terlarang itu. Lantai atap ini hanya berupa lantai semen dengan pagar beton pembatas rendah yang mengelilingi setiap ujung. Tumpukan-tumpukan kursi rusak, meja rusak , lemari dan barang barang sekolah yang sudah tidak terpakai banyak sekali disana.
Aku menutup pintu dibelakangku. Bergerak menuju salah satu tembok pembatas rendah di ujung lantai tersebut. Pemandangan di sekitar begitu indah terlihat dari sini. Tak ada seorang pun di sini.
Tapi ternyata aku salah. Di salah satu pojok lantai itu. Dibalik lemari kayu yang sudah tak terpakai ada sesosok pemuda di sana. Bulu kudukku agak sedikit merinding. Aku jadi kepikiran lagi ama rumor yang beredar tentang lantai ini walaupun semuanya belum ada buktinya. Mungkin sosok pemuda itu hantunya. Atau anak jin yang dibuang orang tuanya, atau hantu siswa yang bunuh diri itu.
Sosok pemuda itu duduk di sebuah kursi yang sudah agak rusak. Dia membelakangiku tempatku berdiri. Dengan sedikit gemetar aku berusaha untuk mendekatinya. Pria itu berpakaian seragam. Ya seragam sekolah. Sama persis dengan yang ku kenakan. Trus lagi di sekitar sosok itu terlihat kepulan asap rokok. Jadi nggak mungkin kalo itu hantu penunggu lantai atap ini. Hantu mana ada yang merokok? Lagian ini siang hari. Biasanya kalo hantu keluarnyakan malam hari kayak di filem-filem gitu. Dalam hati aku menertawakan kebodohanku. Seperti rumor-rumor yang beredar tentang misteri lantai atap ini telah meracuni otakku.
Saat aku semakin mendekati sosok pria itu. Aku kenal dengan sosok ini. Wili..ya wili tengah duduk di bangku rusak itu. Dia tampak asik dengan rokok di tangannya.
“Ehmm…” aku mendehem
Wili dengan sigap menjentikkan rokoknya ke salah satu pojok lantai atap ini. Padahal rokok yang dia buang itu masih panjang. Di berbalik. Memandang ke arahku dengan kaget.
“Oh..elo Damon gue kirain guru”
Sedikit aneh mendengar nada suaranya. Terkesan bersahabat. Tak seperti biasanya dia berbicara seperti itu pada ku. Apalagi saat ini aku telah mengagetkannya. Biasanya dia akan marah sekali.
“Sini Mon…! duduk disini….! Pemandangannya lebih bagus kalo dari sini” ajaknya.
“Iya Wil” aku bergerak mendekatinya. Wili menyodorkan sebuah kursi yang rusak sandarannya kepadaku.
“Merokok?” Wili menawarkan bungkus rokok kepadaku.
“Gue nggak merokok Wil”
“Ayo lah sekali-sekali aja” tawarnya lagi.
Dengan agak sedikit enggan aku mengambil sebatang dari bungkusnya. Rokok itu ramping dan agak panjang. Ada Huruf A bersar dalam bingkai kotak merah batik tepat di tengah bungkusnya. Aku mengenal rokok ini. Karena iklannya sering sekali muncul di televisi. Iklannya kadang rada suka aneh-aneh dan nyeleneh. Tapi cukup menghibur. Kuselipkan rokok itu di bibirku. Wili menghidupkan pematik. Membantuku membakar rokok di bibirku. Aku menghisapnya.
“Uhuk…uhuk…uhkk”
Aku terbatuk saat asapnya mengisi kerongkonganku. Mataku sampai berair dibuatnya. Kusodorkan rokok itu ke Wili.
“Maaf wil gue nggak biasa” ujarku
Wili meraih rokok di jariku. Kemudian di isapnya. Mulutnya membentuk lingkaran. Saat dia menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Membentuk Bulatan-bulatan yang saling berkejaran. Indah sekali. Sekali lagi dia menghisap. Kali ini Wili menahan agak lama asap di mulutnya, dan menghembuskan dari kedua lubang hidung. Dia tampak sangat menikmati momen tersebut.
“Ngapain loe disini Wil?” tanyaku.
Sebetulnya itu adalah pertanyaan yang agak sedikit bodoh. Karena sudah pasti Wili disini ingin menghindari para guru agar tidak ke pergok kalo lagi merokok.
“Gue suka disini Damon. Ini tempat favorit gue di sekolah ini”
“Oh…..”
gumamku
“Kalo lagi ada masalah atau pingin sendiri gue selalu ke sini” ujarnya lagi
“Apa loe nggak takut ama cerita anak-anak tentang tempat ini?” tanyaku penasaran
“Itu Cuma isu”
“Tapi kalo bener gimana? Saat loe duduk sendiri disini, ntus elo di cekek ama hantu penunggu tempat ini dari belakang apa loe nggak takut?”
“Hahaha…elo terlalu mendramatisir cerita yang beredar Mon” tawanya terdengar renyah sekali. Tak ada sama sekali nada permusuhan disitu.
“Ya…kali aja” ujarku
Kami terdiam sesaat. Memandang hamparan pepohonan di bawah sana. Begitu hijau dan asri sekali. Sekolah ini sangat jauh dari pemukiman. Sekira 500 meter dari sini baru banyak terlihat perumahan penduduk.
Aku menoleh kearahnya.
“Maaf untuk apa Wili?”
“Selama ini gue dan teman-teman gue sudah terlalu kelewatan ngerjain elo”
“Biasa aja tu Wil”
“Tapi bener,,,,gue bener-bener minta maaf banget ke elo” Wili menoleh kearahku. Ku tatap matanya ada kesungguhan disana.
“Nggak apa-apa Wil gue maafin elo kok. Lagian gue juga udah janji ama seseorang agar jangan pernah marah ama elo”
“Maksud Loe, Damon?” Tanya Wili tak mengerti.
“Iya gue janji ama seseorang untuk selalu memaafkan elo Wil. Gue rasa loe juga tahu siapa orangnya”
“Memangnya siapa Damon?” Wili semakin penasaran. Aku pun semakin ingin mengerjai perasaan penasarannya.
“Dia masih siswa di sekolah ini. Tapi beda kelas ama kita”
“Siapa dia mon? jangan bikin penasaran gue dong” ujarnya lagi
“Mike”
Exspresi wajah Wili berubah 180 derjat. Seperti orang shock. Seolah-olah dia mendengar sesuatu yang sangat mengejutkan saat aku menyebut nama Mike. Mulutnya ternganga. Tak percaya. Seperti ingin mengatakan sesuatu tapi tak bisa terucap.
“Ngak mungkin Damon… Ngak mungkin. Elo pasti mengada-ngada”
“Benar Wil”
“Ngak mungkin” Wili berdiri dari duduknya.
“Ngapain gue mesti bohong ke elo?”
“Elo pasti mengada-ada”
Wili bergerak. Dia berjalan menuju pintu tangga. Aku berusaha menghentikannya. Tapi dia terus melangkah membuka pintu tangga. Turun ke bawah. Aku tak mengejarnya. Kalo aku ke bawah pasti lah aku akan ketemu dengan papa. Sementara tujuan ku ke lantai atas ini adalah menghindari papa. Aku kembali bergerak menuju bangku tempat tadi aku duduk. Duduk diam di situ menikmati suasana.
hmm hmm ??
aku masih mencoba mencari celah kemana arah ceritamu, blon bisa menebak kenapa sampai segitu kagetnya si Wili
lanjuuutttttt !!!!
Ayo kk Newneo, lanjutin ya. Aku penasaran... Ni cerita sensasi bacanya menurutku sama asyiknya kyk kalo aku lg baca novel karya J.K. Rowling Dan Brown, ato Stephenie Meyer, karena aku gak bisa tdr nyenyak kalo blm nyampe ending cerita...
:P
tapi btw. ada yang bikin gw kurang sreg nih..
gak tau yah yang lain berasa juga atau fine2 aja..
saran gw sih, buat percakapan langsung, kalo bisa bahasanya konsisten yah.. kek kalo penggunaan "aku-kamu" yah aku-kamu terus.. kalo "elo-gue" yah elo-gue terus..
jadi kesannya emang kek percakapan sehari2 gitu.. kan gak enak denger aku-elu atau gue-kamu..
hehe..
sekedar masukan aja kok. kalo buat narasi percakapan tidak langsungnya sih pake aku aja lebih bagus. hehe..
*hikz...Hikz... Gue terharu
Tp trima kasih ya buat dukungannya