It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
**
" Lo kenapa sih yo? Akhir-akhir ini masam banget muka Lo "
Ku alihkan tatapanku dari mangkuk mie yang terus ku aduk-aduk tanpa niat kumakan kearah Alfa yang duduk di sebelah kananku.
Aku, Alfa, Dave, Ricky dan Ara ( entah dari sejak kapan Ara jadi sering bersama kami ) sedang menikmati makan siang kami di kantin.
" Rio kan emang gitu. Mukanya ketus terus, Pantes aja gak ada yang suka sama dia, padahal mukanya manis, sayang banget " Nenek Lampir di depanku mulai mengoceh.
Dave yang duduh di sebelah si Nenek lampir hanya diam tak berkomentar. Tetap fokus pada makanannya. Begitu pun Ricky, ia tak berkomentar apapun tapi malah terus menatapku intens.
" Lo Sakit ya, Yo? " kata Ricky sambil memegang keningku.
" Nggak. " jawabku sambil melepaskan tangannya keningku.
" Oh, atau Lo harus gue cium dulu supaya Senyum lagi?. Ya udah, ayo sini. " Alfa menariku pinggang ku mendekat kearahnya.
" Alfa! Apa-apaan sih Lo. " Kataku kesal sambil melepaskan tangannya dari pinggang ku. Alfa hanya cengengesan mendengar protesanku.
Orang-orang di sekitar kami sesekali melirik tertarik kearah meja kami. Mencoba mencari tau apa yang terjadi di meja kami. Dasar Kepo tuh orang-orang!
" Halo Sayang~ "
Cup..
Kami serempak melihat kearah seorang perempuan cantik nan anggun dengan rambut hitam panjang mencapai pinggang yang mengecup pipi Alfa dengan mesra.
Dia.. Fanny. Pacar resmi Alfa.
" Halo juga Sayang. Ayo duduk. " kata Alfa sambil menepuk-nepuk pahanya. Dengan senang hati di sambut Fanny dan duduk di pangkuan Alfa.
' Oh! Hell. Ini tempat umum! Dasar pasangan tak tau malu. ' dengan gusar, ku alihkan tatapan ku dari mereka yang mulai saling suap-suapan.
Ini membuatku tambah Bad mood.
" Eerrr.. Ma-maaf, Kak Ricky Saya mau daftar jadi anggota Osis. "
' apa lagi ini '
ku lihat seorang perempuan yang ku duga adik kelas kami berdiri dengan kikuk sambil meremas tangannya, dan dengan wajah memerah.
Kejadian selanjutnya semakin membuat ku kesal.
Ricky Tersenyum lembut pada perempuan itu dan dengan halus menjawab.
" Nanti ke Ruangan Kakak ya. Kamu bisa daftar disana. " melihat senyuman lembut di bibir Ricky perempuan itu makin tersipu-sipu.
Ricky itu jarang berekspresi. Dia hanya akan bertampang datar jika bicara dengan orang lain. Dan apa yang tadi itu?! Kenapa dia tersenyum selembut itu pada perempuan yang bahkan baru pertama kali ku lihat wajahnya.
Shit!
Trang!
Dengan kesal ku simpan sendok dan garpuh kearah mangkok mie yang tak ku makan sedikitpun. Lalu aku pun berdiri bermaksud meninggalkan kantin secepatnya.
" Mau kemana Lo, yo? Kok mie nya gak di makan. " tanya Alfa heran sambil memegang tangan ku mencegah ku pergi.
" Gue Kenyang! " jawabku sambil melepaskan tangan nya dan berjalan dengan kesal meninggal kantin.
" Tapi Mie kamu masing banyak Yo. Mubajir entar. " kali ini Ara yang besuara.
" BODO!! " jawabku ketus. Lalu berjalan dengan cepat keluar kantin.
-
Brruumm..
Klek..
Aku turun dari motorku dengan lemas. Hari ini benar-benar melelahkan. Aku terus uring-uringan semenjak kejadian di perpustakaan itu. Ini sudah 2 hari aku tak bicara dengan Dave.
Begitupun dengan Dave.
'Haah, ini gara-gara si sialan Ergha'
Aku langkahkan kakiku pelan kearah pintu rumahku.
Cklek..
" Aku pulang! "
Hening..
' kemana semua orang? '
" Mah? "
Benar- benar tak ada orang.
Kulangkahkan kakiku kearah dapur. Biasanya Mamah akan menyimpan Note di depan kulkas jika dia tak ada dirumah.
Dan benar saja.
' Rio. Mamah harus pergi ke Dubai hari ini, kata kakak mu Adam disana ada sedikit masalah yang hanya mamah yang bisa menyelesai kannya. Baik-baik dirumah ya sama Arsya. Oh. ia, Bi Sari juga lagi pulang kampung. anaknya sakit demam berdarah katanya.
Jadi kalau kamu mau makan, makan diluar aja ya sayang sama kakakmu. Mamah gak lama kok paling cuma 3 minggu di Dubai. Kakak kamu udah Mamah kasih tau.
Ya udah ya. Yang akur Loh sama kakakmu. jangan berantem terus.
Mamah. '
Aku menghelanafas. ' Baru juga 4 minggu di rumah. Eh udah pergi lagi. Terus pake nyuruh aku akur sama Kak Arsya lagi. Gak bisa mah, sampai kapan pun kak Arsya akan tetap gak akur Sama Rio.'
Aku ambil Air mineral di dalam kulkas lalu ku teguk perlahan.
" Haah.. "
Ceklek..
Dhumb..
Terdengar suara pintu depan yang di buka dan ditutup cukup keras.
' itu pasti kak Arsya '
Aku berjalan keluar dapur dan berjalan ke ruang tengah.
Dan itu memang Kak Arsya. Kak Arsya berjalan agak terseok sambil terus mengurut pelipisnya.
Aku mengernyitkan dahi ku melihat keadaan Kak Arsya yang tak terlihat Baik-baik saja.
" Ka-- "
Bhugh!!
Aku membulatkan mataku melihat Kak Arsya roboh dan tergeletak di lantai.
" KAK! "
Aku berjalan dengan Cepat ke arahnya, lalu memegang tubuhnya yang terlihat menggil kedinginan. Padahal tangannya tak dingin sama sekali, malah terasa agak panas.
"Kak? Kak? Kakak kenapa?" tanya ku khawati, sambil menyentuh keningnya.
' Astaga. Keningnya panas sekali. Bagaimana ini..? '
"Kak?"
"Nnhh.. D-dingin~"
' Bagaimana ini.?! '
-TBC-
@Tsu_no_YanYan
@3ll0
@Yuuki
@Arie_Pratama
@Wita
@Centaury
@lulu_75
@kristal_air
@cute_inuyasha
@balaka
@4ndh0
@d_cetya
@Cylone
@DoniPerdana
Maaf kalau ada typo..
Dan maaf kalau ceritanya makin absurt, gak nyambung dan aneh.. Hehe
Silahkan~
Yeii kak Arsya kedinginan! Peluk kak Arsya, Rio! Peluk! haghaghag
#cekakakan ala kunti
Dave kenapa kok takluk gtu ama Ergha ? >:P
typo harusnya rio kan?
dave udah cinta mati tuh sama ergha. cinta segitiga nih, dimas-dave-ergha
kak arsya sakit. terus rio rawat. terus baikan. terus saling suka deh. hahaha #sotoy
@lava mohon di mention kalo update
*
Rio Pov
" Kak Arsya gak apa-apa kok. Dia cuma demam biasa. "
Aku menghela nafas lega mendengar perkataan Dave.
Aku benar-benar kebingungan, Aku tak tau apa yang harus kulakan.
Ini pertama kalinya aku menghadapi orang sakit. Apa lagi ini Kak Arsya.
Akhirnya aku memutuskan menghubung salah satu teman ku. Alfa, dia nggak bisa di harapkan. Ngurusin dirinya aja gak becus. -_-
Ricky, aku tak yakin dia bisa membantuku.
Ara, dia jadi orang terakhir yang akan ku hubungi. Males banget kalau udah urusan sama dia.
Dan akhirnya Dave yang ku hubungi, Aku yakin dia cukup tau bagaimana menghadapi orang sakit, karena ayahnya Dokter.
Tadinya sih aku ingin langsung minta bantuan Om Fhilliph (Ayah Dave) tapi aku yakin Om Fhilliph sibuk di Rumah Sakit. Pasalnya jam kerja Om Fhillip memang sudah tinggi(?).
Yah, Walaupun hubungan ku dengan Dave kurang baik akhir-akhir ini. Tapi tak apa lah.
" Kamu pasti belum makan ya ,yo? bahkan kayanya ganti seragam aja kamu gak sempat."
Aku melihat penampilan ku yang memang masih memakai seragam. Aku terlalu panik tadi.
Aku hanya bisa tersenyum bodoh, sambil menggaruk pipiku gugup mendengar perkataan Dave.
" hehe. Ya gitu deh."
Dave menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar jawaban ku.
" ya udah, aku pinjem dapur kamu ya. Aku buatin kamu nasi goreng. Sekalian aku buatin bubur buat Kak Arsya. " Aku menganggukan kepalaku menyetujui tawarannya. Setidaknya aku tidak perlu repot-repot Delivery.
Dave lalu berjalan keluar kamar Kak Arsya, Meninggalkan ku dengan Kak Arsya yang terlihat masih kepayahan.
Ku dekati Kak Arsya. Ku ambil Lap Kompres(?) yang ada di keningnya dan ku ganti dengan Lap Kompres yang baru.
' Masih panas. '
" hufft " Ini pertama kalinya aku melihat Kak Arsya sepayah ini.
Biasanya dia akan memasang tampang dingin dan angkung di depanku.
Dan sekarang.. ?
'haahhh'
" Cepet sembuh Kak. Jangan bikin gue khawatir lagi." ucapku pelan.
Tiba-tiba Kurasakan tangan Kak Arsya menggenggam tanganku yang memang ku letakan di sebelah tangannya.
Aku menatapnya kaget.
' A-apa yang..?'
'Ah, M-Mungkin Kak Arsya cuma refleks kali ya?'
' Pasti iya, dia kan lagi gak sadar. Kalau sadar mana mau dia megang tangan gue. '
Lalu ku lepaskan tangannya pelan dari tangan ku.
**
Aku berjalan ke arah dapur. bau harum ku cium saat aku masuk ke dalam dapur.
Dave terlihat sangat sibuk, bahkan tak sadar aku masuk ke dalam dapur dan duduk di kursi meja makan.
" Dave. "
Dave berjengit kaget saat ku panggil, terlihat sekali dia kaget.
" Ya ampun Yo! Kamu ngagetin aja. Sejak kapan kamu disana? Oh iya, Itu Nasi goreng kamu, udah aku siapin."
katanya sambil menunjuk nasi goreng yang terlihat sangat enak yang dia simpan di sebelahnya. Lalu menyibukan diri lagi dengan mengaduk sesuatu di panci di depannya.
Aku sebenarnya ingin langsung menyantap nasi goreng yang terlihat menggoda itu, tapi ada hal yang lain yang lebih penting yang harus ku bicarakan dengan Dave
" Dave.."
" Hmmm? "
" gue minta maaf soal kejadian di Perpustakaan itu. "
Dave lalu melihat kearahku lagi.
" Maaf karena gue marah-marah nggak jelas sama Lo. "
Dave mematikan kompor lalu memusatkan perhatiaannya pada ku.
" Gue cuma gak mau Lo kenapa-napa, itu aja. Lo tau kan se busuk apa Si Sialan Ergha?. " Dave masih diam memperhatikanku.
" Gara-gara Dia, semua orang di sekolah Tau kalo kita ber dua.. Gay. Untung aja Alfa, bisa buat mereka semua bungkam dan gak berani nge bully atau pun ganggu kita. "
FYI.. Ayah Alfa itu Donatur terbesar di sekolah, dia bisa minta Ayahnya mengeluarkan siapa saja yang dia mau. Tentu saja tak ada yang berani melawan Alfa jika sudah begitu.
Dave bejalan kearahku dan duduk di depanku.
" aku ngerti yo, Tapi kamu juga harus tau aku gak mungkin ninggalin ataupun ngejauhin dia. Aku gak bisa." Aku menatap Dave dengan tatapan tak mengerti.
" Kenapa sih Dave, Lo ngotot banget pengen deket sama si Ergha? Padahal Lo tau sendiri, dia itu selalu berusaha ngejahatin ataupun nyelakain Lo. " Dave tersenyum tipis mendengar perkataan ku.
" Karena.. Aku Cinta sama dia. Dan aku yakin dia gak sejahat yang kamu kira. Rasanya rumit yo, Sehari aja aku gak ketemu dia. Bisa bikin aku uring-uringan seharian." aku masih menatapnya tak mengerti.
" Kayanya Lo di pelet Si Ergha deh Dave."
Dave tertawa mendengar perkataan ku.
"Ngawur kamu yo. Pokonya Kamu bakalan ngerti apa yang aku rasain saat kamu ketemu orang yang bisa bikin kamu rela ngorbanin apapun yang kamu punya dan rela ngasih apapun yang dia minta. Orang yang bisa bikin kamu jatuh cinta dan takut kehilangan dia." Aku bungkam mendengar perkataan Dave.
" Tenang aja, aku gak akan berubah seperti apa yang kamu selalu takutin setiap aku deket sama Ergha. Lagian aku kan bukan Power Ranger yang bisa berubah kapan aja." kata Dave dengan raut penuh humor.
Aku tersenyum mendengar leluconnya yang sungguh terdengar aneh. Dia tak cocok melucu.
__
" Ya Udah, Aku pulang dulu ya. Itu bubur buat Kak Arsya udah aku Siapin. Kamu bujuk dia buat makan ya, dan jangan lupa kasih obat yang udah aku siapin setelah Kak Arsya makan buburnya. " Kata Dave panjang lebar.
" Siap Bos. Eh, Btw.. Thanks ya udah bantuin gue Dave.. " kataku sambil tersenyum lebar. Dave membalas senyumanku.
" Sipp. Apa pun untuk temenku yang manis ini. " Aku menatap Dave dengan sebal, saat dia memanggil ku 'manis'. Dave tertawa melihat raut wajahku.
Hey. Dia gak sadar ya, wajahnya itu gak beda jauh denganku!.
" Oh iya.. Malam ini kamu harus jagain Kak Arsya ya. Jangan tinggalin dia sendiri. Rawat dia dengan baik Loh, yo."
katanya memberiku wejangan.
" Iya. Iya. Gue ngerti kok."
" Ya udah, aku pulang dulu."
Aku menganggukan kepalaku mengiyakan.
Dave pun berjalan keluar dapur.
" Hati-hati dijalan Dave. Makasih buat nasgornya.! "
teriak ku masih di dapur.
" Iya! " jawabnya juga sambil berteriak.
Lalu selanjutnya terdengar suara pintu depan terbuka dan tertutup lagi.
Aku ambil nasi goreng buatan Dave, dan mulai memakannya.
Nyam.. Nyam..Nyam..
' Enak!, Dave memang jago masak. tentu saja, wong tante Anna (ibu Dave) punya rumah makan, dia pasti belajar dari ibunya. '
Setelah beberapa menit aku pun selesai dengan makananku.
Aku berjalan kearah panci yang sudah ku kira isinya bubur untuk Kak Arsya.
Kuambil mangkok dan menuangkan beberapa sendok bubur itu ke dalam mangkok, sekalian ku ambil minumnya juga. Ku letakan di nampan dan kubawa kekamar Kak Arsya.
Tak..
Kuletakan nampan di meja lampu(?) di sebelah ranjang Kak Arsya yang masih tertidur dengan gelisah.
Ku pegang leher dan keningnya yang ternyata masih agak panas.
Ku ambil Lap kompres dan ku letakan di baskom yang berisikan air dingin.
" Kak.. Kak.. Bangun.. Makan bubur dulu nih."
ucapku pelan sambil menggoyangkan bahu Kak Arsya pelan.
"Nnghh..?" Kak Arsya sedikit membuka matanya lalu memandangku bingung.
" Makan dulu kak. Supaya agak mendingan Lo juga pasti lapar kan? "
Ku bantu Kak Arsya duduk. Dia hanya menurut dan masih menatapku bingung.
" G-gue kenapa?, Terus ngapain Lo di kamar gue? " katanya ketus sambil menatap yang sedang mengambil bubur buatan Dave .
" Lo Demam. Ya udah nih makan dulu." kataku sambil menyodorkan sesendok bubur yang sudah ku tiup agar tak terlalu panas.
Kak Arsya tak meresponku. dia malah menatapku Aneh sambil mengurut pelan kepalanya.
" Itu buatan Lo? Sejak kapan Lo bisa masak. Lo Masak Air aja gosong. "
Katanya menatapku sangsi dan sinis.
Ku letakan kembali sendok kedalam mangkuk dan ku tatap dia kesal.
' Ck.. Lagi sakit gini masih aja sempen-sempetnya curigaan. Udah gue duga kalo sadar gini Kak Arsya kembali ke sifat aslinya. '
" Bubur ini buatan Dave. Oke. Dia tadi kemari bantuin gue ngerawat Lo dan buatin Bubur ini. Jadi Lo gak usah takut Bubur ini gue racunin."
Kak Arsya diam mendengar jawabanku.
Dia menatapku lekat sampai membuatku tak nyaman.
Lalu tiba-tiba dia membuka mulutnya.
Aku mengernyitkan dahiku menatapnya bingung.
Melihatku tak bereaksi, Kak Arsya bicara lagi.
" Lo tadi mau nyuapin gue kan? Ya udah Suapin." katanya lalu membuka mulutnya lagi.
Walaupun agak aneh dengan sikap Kak Arsya yang berubah dengan cepat. Aku tetap menurut dan mulai menyuapinya.
Tak ada pembicaraan di antara kami saat aku menyuapinya, hanya suara sendok yang sesekali beradu dengan mangkok.
Kak Arsya terlihat tenang dan menerima dengan baik setiap suapan bubur dariku. Berbeda sekali dengan reaksinya saat pertama tadi.
Satu hal yang ku simpulkan.
Kak Arsya kalau sakit berubah aneh.
*
Satu mangkok bubur buatan Dave habis Kak Arsya makan. Perkembangan bagus. Setidaknya itu bisa membuat keadaan lebih baik.
Setelahnya ku sodorkan obat yang sudah di siapkan Dave pada Kak Arsya. Dan tanpa bicara ataupun menatapku curiga Kak Arsya mengambil dan meminumnya.
' Walaupun agak aneh, tapi baguslah, setidaknya itu mempermudah pekerjaanku merawatnya. '
Ku bantu Kak Arsya rebahan kembali, lalu ku bereskan mangkok dan gelas yang sudah kosong. Kutaruh di nampan dan ku angkat bermaksud membawanya kembali ke dapur.
Grep..
Tapi tiba-tiba saja tangan ku di tahan sesuatu.
Aku sempat kaget dan hampir menjatuhkan nampan yang ku pegang.
Ku tatap sebal Kak Arsya yang ternyata memegang tanganku.
" Kenapa lagi sih Kak?!. Hampir aja nampannya jatoh. Jangan ngagetin Gue bisa nggak sih?" kata ku kesal sambil menggerutu.
Tanpa memperdulikan gerutuan ku, Kak Arsya bertanya.
" Mau Kemana Lo? "
Aku menatapnya Aneh.
" Kemana lagi. Ya mau nyimpen ni mangkok bekas makan Lo ke Dapur lah. Lo pikir gue mau kemana? Ke hongkong?! " kataku dengan nada mengejek.
Kak Arsya terdiam tak menanggapi ejekanku dan malah menatap ku lama.
" Nggak usah. Simpen aja di meja. Dan Lo..Temenin gue tidur. " Katanya enteng.
Aku mengedip-ngedipkan mataku tak mengerti.
Otak ku masih memproses perkataanya.
Loading.. 50%
Loading.. 80%
Loading.. 99%
" Hah ?! "
Aku menatapnya tak percaya.
' Gue gak Salah denger kan? '
___