BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

kota paling asik di INDONEsia

135

Comments

  • revi wrote:
    knapa sih ga ada yg pengen lburan ke sby.pdhal sby khan t4nya ga jelek2 amat.dari segi makanan juga terjangkau.orangny ramah2.plese deh sby is the best

    gw cuma sekali saja ke surabaya itupun gak nginep jd gak bisa menilai banyak. ini kota besar tetapi entah kenapa kurangnya dimana susah buat dijelaskan.

    1.panas
    2.jauh kemana-mana
    3.naggung ( dibilang jakarta enggak, dibilang semarang juga gak. artinya metropolitan bukan, kota kota menengah juga bukan)
    4.kebun binatangnya kurang nendang, kebun binatang kok ditengah kota. jauh bgt dengan taman safari yg di prigen yg emang dikawasan pegunungan. ragunan pun masih jauh lebih bagus.

    tapi satu ... anak anak porumnya pada ramah ramah dan pada baek .. ini pengalaman pribadi loh
  • THE BEST CITY :
    1. jakarta kota seribu kisah: semua ada, semua suku, semua profesi, semua karakter yg aneh2, gedung2 bagus, makanan, pusat2 belanja, kebudayaan, hiruk pikuk pagi, sore, org kantoran, pelajar, pns, di jakarta orang bisa benar2 memulai hidup baru, ganit karakter, ganti wajah, ..karena di jakarta gak ada yg peduli siapa engkau sebenarnya...semuanya hidup dgn wajah2 dibalik topengnya..

    org2 dijakarta plaing takut kalau dikenali, siapa mereka, keluarganya, latar elakangnya,..dan smua akan berusaha menghindarinya,..

    but ini kota yg gak pernah membosankan...
    macet boleh2 ja, but jam 21 udah lengang, asyik banget meluncur di sudirman, thamrin,.gatsu..
    sabtu minggu jalanan pun udah lengang, maka macet kok jaid diangenin, nah senin-jumat ..macetnya dateng lagi,..
    sangat dinamis,..orang2nya, en rutinitasnya..
    banyak expo, banyak acara,.semuanay deh legkap,.
    tempat2 makan, belanja,..puas2 deh.

    2. bandung koa sejuk, asyik fashioned,.yah asyik aja, adem, en gak se cowded jakarta but lumayan tuk blanja2, life stye semua bisa deh disini.
    anggap aja, bandung tuh pecahan jakarta kayak comotan kemang nya jaksel yang di pasang di jabar..

    3. bali;hanya asik tuk liburan, selingkuhan, bersembunyi, emang sih asyik but bosenin,

    orang sana terlalu turis minded..
    apa2 mahal, beanja susah

    atmospherenya ja yg ..true holiday..

    4.makassar lumaan, lumayan metro..belanja2 juga udha bis anyari barang2 bagus, namun panas, en karakter org2nya agak ekras, en jarang liat yg cakep,..

    5. malang
    sejuk, padat juga, but agak 2 lampau gitu,..gak bisa lama, kayak serem2 masa lalu....cocok tuk suting film2 misteri jaman voc..

    6. menado
    asyik, orangnya cakep2,.otanya indah, bersih, lautnya bagus,
    tapi anak2mudanya suka baget nongkrong depan jalan, mabuk,

    7. surabaya

    aku juga sependapat, nih kota jakarta bukan semarang bukan.

    tanggung, panas, bayangin berdiri di tanjung perak tuh,kalo truk lewat jalanan bergetar sampe loe nya juga bergoyang2 kayak gempa bumi, aku kok bayangin nih kota polusinya tinggi banget, apalagi pernha ada hasil survey, kota paling tercemar udaranya adalah surabaya..bahkan rangking di asia en dunia. koran lokal saat aku di sby thn 1999,.


    surabaya aku ngeri, masih banyak tempat2 kosong yg belum dibangun, jadinya sepi, en kayaknya prmannya lebih sangar,..


    tapi secara karakter, lebih asyik kenal ama komunitas jatim drpd jabar,.
    anak jatim open en sederhana, anak jabar suka jaim, en aku liat sok2 an banget jauh lebih sombong drpd org jakarta, ..
    aku punya ebberapa temen org bandung, cakep iya, but liciknya kompak,..suka ngumpul aja gak mau berbaur,.pindah kantor ketemu lg anak bandung, sama juga, suka remehin orang en tinggi hati..

    emang gitu yah,..katanya karakter sukunya emang merasa "tinggi"..
    aduh jadi sara asari nih..

    tapi salut ras paling cakep mayoritas mah mereka,..
    a
  • nie buat yg bangga and seneng tinngal di jakarta... gw ada sedikit penjelasan.

    Jakarta: In Need of Improvements

    Andre Vitchek
    Worldpress.org contributing editor
    July 26, 2007

    Pada saat ini, gedung pencakar langit, jalanan macet dipadati oleh ratusan ribu kendaraan, dan mal-mal raksasa telah menjadi pusat kebudayaan Jakarta, yang notabene merupakan kota terbesar ke-4 di dunia. Terjepit di antara gedung tinggi, terhampar perkampungan di mana bermukim sebagian besar penduduk Jakarta yang tidak memiliki akses sanitasi dasar, air bersih atau pengelolaan limbah.
    Di saat hampir semua kota-kota utama lain di Asia Tenggara menginvestasikan dana besar-besaran untuk transportasi publik, taman kota, taman bermain, trotoar besar, dan lembaga kebudayaan seperti museum, gedung konser, dan pusat pameran, Jakarta tumbuh secara BRUTAL dengan berpihak hanya pada PEMILIK MODAL dan TIDAK PEDULI akan nasib mayoritas penduduknya yang MISKIN.
    Kebanyakan penduduk Jakarta belum pernah pergi ke luar negeri,
    sehingga mereka tidak dapat membandingkan kota Jakarta dengan Kuala Lumpur atau Singapura, Hanoi atau Bangkok. Liputan dan statistik pembanding juga jarang ditampilkan oleh media massa setempat. Meskipun bagi para wisatawan asing Jakarta merupakan NERAKA DUNIA, media massa setempat menggambarkan Jakarta sebagai kota "modern", "kosmopolitan" , dan "metropolis" .

    Para pendatang/wisatawan seringkali terheran-heran dengan kondisi
    Jakarta yang tidak memiliki taman rekreasi publik. Bangkok, yang tidak dikenal
    sebagai kota yang ramah publik, masih memiliki beberapa taman yang menawan. Bahkan, Port Moresby, ibukota Papua Nugini, yang miskin, terkenal akan taman bermain yang besar, pantai dan jalan setapak di pinggir laut yang indah.

    Di Jakarta kita perlu biaya untuk segala sesuatu. Banyak lahan hijau diubah menjadi lapangan golf demi kepentingan orang kaya. Kawasan Monas seluas kurang lebih 1 km persegi bisa jadi merupakan satu-satunya kawasan publik di kota berpenduduk lebih dari 10 juta ini. Meskipun menyandang predikat kota maritim, Jakarta telah terpisah dari laut dengan Ancol menjadi satu-satunya lokasi rekreasi yang sebenarnya hanya berupa pantai kotor.

    Bahkan kalau mau jalan-jalan ke Ancol, satu keluarga dengan 4 orang anggota keluarga harus mengeluarkan uang Rp 40.000 untuk tiket masuk, satu hal yang tak masuk akal di belahan lain dunia. Beberapa taman publik kecil kondisinya menyedihkan dan tidak aman.

    Sama sekali tidak ditemui tempat pejalan kaki di seluruh penjuru kota (tempat pejalan kaki yang dimaksud adalah sesuai dengan standar "internasional"). Nyaris seluruh kota-kota di dunia (kecuali beberapa kota di AS, seperti Houston dan LA) ramah terhadap pejalan kaki. Mobil seringkali tidak diperkenankan berkeliaran di pusat kota . Trotoar yang lebar merupakan sarana transportasi publik jarak pendek yang paling efisien, sehat, dan ramah lingkungan di daerah yang padat penduduk.

    Di Jakarta, nyaris tidak dijumpai bangku untuk duduk dan rileks, tidak
    ada keran air minum gratis atau toilet umum. Ini memang remeh, tapi sangat
    penting, merupakan suatu detil yang menjadi simbol kehidupan perkotaan di bagian lain dunia.

    Sebagian besar kota-kota dunia, ingin dikunjungi dan dikenang akan kebudayaannya. Singapura sedang berupaya mengubah citra kota
    belanjanya menjadi jantung kesenian Asia Tenggara. Esplanade Theatre yang
    monumental telah mengubah wajah kota Singapura, dimana ia menawarkan konser musik klasik, balet, dan opera internasional kelas satu, di samping pertunjukan artis kontemporer kawasan. Banyak pertunjukan yang disubsidi dan seringkali gratis atau murah, bila dibandingkan dengan pendapatan warga kota yang relatif tinggi.

    Kuala Lumpur menghabiskan $100 juta untuk membangun balai konser
    philharmonic yang terletak persis di bawah Petronas Tower, salah satu gedung
    tertinggi di dunia. Balai konser prestisius dan impresif ini mempertunjukkan
    grup orkestra lokal dan internasional. Kuala Lumpur juga sedang
    menginvestasikan beberapa juta dolar untuk memugar museum dan galeri, dari
    Museum Nasional hingga Galeri Seni Nasional.

    Hanoi bangga akan budaya dan seninya, yang dipromosikan guna menarik jutaan turis untuk mengunjungi galeri-galeri lukisan yang tak terhitung jumlahnya, di mana lukisan tersebut merupakan salah satu yang terbaik di Asia Tenggara. Gedung Operanya yang dipugar secara reguler mempertunjukkan pagelaran musik Asia dan Barat.

    Candi-candi dan istana kolosal di Bangkok eksis berdampingan dengan teater dan festival film internasional, klub jazz yang tak terhitung jumlahnya, dan juga pilihan kuliner otentik dari segala penjuru dunia. Kalau bicara musik dan kehidupan malam, tak ada kota di Asia Tenggara yang semeriah Manila .

    Nah, sekarang balik ke Jakarta . Siapapun yang bernah berkunjung
    ke "perpustakaan umum" atau gedung Arsip Nasional pasti tahu bedanya. Tak heran, dalam pendidikan Indonesia, budaya dan seni tidak dianggap "menguntungkan" (kecuali musik pop), sehingga menjadi tidak relevan. Indonesia merupakan negara dengan ANGGARAN PENDIDIKAN TERENDAH nomor 3 di dunia (menurut The Economist, hanya 1,2% dari PDB) setelah Guyana Khatulistiwa dan Ekuador (di kedua negara tersebut keadaan sekarang berkembang cepat berkat pemerintahan baru yang progresif).

    Museum di Jakarta berada dalam kondisi memprihatinkan, sama sekali tidak
    menawarkan eksibisi internasional. Museum tersebut terlihat seperti berasal dari zaman baheula dan tak heran kalau Belanda yang membangun semuanya. Tidak hanya koleksinya yang tak terawat, tapi juga ketiadaan unsur-unsur modern seperti kafe, toko cinderamata, toko buku atau perpustakaan publik. Kelihatannya manajemen museum tidak punya visi atau kreativitas. Bahkan, meskipun mereka punya visi atau kreativitas, pasti akan terkendala dengan ketiadaan dana.

    Sepertinya Jakarta tidak punya perencana kota, hanya ada pengembang
    swasta yang tidak punya respek atau kepedulian akan mayoritas penduduk yang miskin (mayoritas besar, tak peduli apa yang dikatakan oleh data statistik yang seringkali DIMANIPULIR pemerintah). Kota Jakarta praktis menyerahkan dirinya ke sektor swasta, yang kini nyaris mengendalikan semua hal, mulai dari perumahan hingga ke area publik.

    Sedangkan beberapa dekade yang lalu di Singapura, dan baru-baru ini di Kuala Lumpur, mereka berhasil menghilangkan total perkampungan kumuh dari wilayah kota, namun Jakarta tidak mampu atau tidak mau memberikan
    warganya perumahan bersubsidi dengan harga terjangkau yang dilengkapi dengan air ledeng, listrik, sistem pembuangan limbah, taman bermain, trotoar dan sistem transportasi massal.

    Selain Singapura, Kuala Lumpur dengan berpenduduk hanya 2 juta jiwa memiliki satu jalur Metro (Putra Line), satu monorail, beberapa jalur LRT Star yang efisien, dan jaringan kereta api kecepatan tinggi yang menghubungkan kota dengan ibu kota baru Putrajaya. Sistem "Rapid" memiliki ratusan bus modern, bersih, dan ber-AC. Tarifnya disubsidi, tiket bus Rapid hanya sekitar 2 Ringgit (kurang lebih Rp 4.600,00) untuk penggunaan tak terbatas sepanjang hari di jalur yang sama. Tiket abonemen bulanan dan harian yang sangat murah juga tersedia.

    Bangkok menunjuk kontraktor Siemens dari Jerman untuk membangun 2 jalur panjang "Sky Train" dan satu jalur metro. Bangkok juga memanfaatkan sungai dan kanal sebagai transportasi publik dan objek wisata. Pemerintahan kota Bangkok juga mengklaim bahwa mereka sedang membangun jalur
    tambahan sepanjang 80 km untuk sistem tersebut guna meyakinkan penduduk untuk meninggalkan mobil mereka di rumah dan memanfaatkan transportasi umum. Bus-bus kuno yang berpolusi sudah sepenuhnya dilarang beroperasi di Hanoi , Singapura, Kualalumpur, dan Bangkok. Jakarta? Berkat korupsi dan pejabat pemerintahan yang tak kompeten, Jakarta tenggelam dalam kondisi yang berkebalikan dengan kota-kota tersebut.

    Mercer Human Resource Consulting, dalam laporannya tentang kualitas hidup, menempatkan Jakarta di posisi setara dengan kota-kota miskin di Afrika dan Asia Selatan, bahkan di bawah kota Nairobi dan Medellin

    Walaupun Jakarta menjadi salah satu ibukota terburuk di dunia, hidup di sana tidaklah murah. Menurut Survey Mercer Human Resource Consulting tahun 2006, Jakarta menduduki peringkat 48 kota termahal di dunia untuk ekspatriat, jauh di atas Berlin (peringkat 72), Melbourne (74) dan Washington DC (83). Nah, kalau untuk ekspatriat saja mahal, apalagi buat penduduk lokal yang pendapatan per kapita DI BAWAH $1000??

    Anehnya, orang Jakarta diam seribu bahasa. Mereka pasrah akan kualitas udara yang jelek, terbiasa dengan pemandangan pengemis di perempatan jalan, dengan kampung kumuh di bawah jalan layang dan di pinggir sungai yang kotor dan penuh limbah beracun, dengan kemacetan berjam-jam, dengan banjir dan tikus.

    Kalau saja ada sedikit harapan, kebenaran pasti akan terucap, dan semakin cepat semakin baik. Hanya diagnosis kejam dan realistis yang bisa mengarah pada obat. Betapapun pahitnya kebenaran, tetap saja lebih baik ketimbang dusta dan penipuan. Jakarta telah tertinggal jauh di belakang ibukota lain negara tetangga dalam hal estetika, pemukiman, kebudayaan, transportasi, dan kualitas dan higiene makanan. Sekarang Jakarta telah kehilangan kebanggaan dan mesti belajar dari Kuala Lumpur, Singapura, Brisbane, dan bahkan dalam beberapa hal dari tetangganya yang lebih miskin seperti Port Moresby, Manila, dan Hanoi.

    Data statistik harus transparan dan tersedia luas. Warga harus belajar bertanya dan bagaimana untuk memperoleh jawaban dan akuntabilitas. Hanya kalau mereka memahami seberapa dalamnya kota mereka telah terperosok, maka barulah ada harapan. "Kita harus berhati-hati" kata produser film Malaysia dalam perayaan tahun baru di Kualalumpur. " Malaysia punya banyak masalah. Kalau kita tidak hati-hati, dalam 20-30 tahun Kuala Lumpur akan bernasib sama seperti Jakarta!"

    Dapatkah pernyataan ini dibalik? Mampukah Jakarta menemukan kekuatan dan solidaritas untuk mobilisasi sehingga dapat menyaingi Kuala Lumpur? Mampukah kecukupan mengatasi keserakahan? Dapatkah korupsi diberantas dan diganti dengan kreatifitas? Akankah ukuran vila pribadi mengecil, dan kawasan hijau, perumahan publik, taman bermain, perpustakaan,
    sekolah dan rumah sakit berkembang pesat?

    Orang luar seperti saya hanya dapat mengamati, bercerita, dan bertanya. Dan hanya masyarakat Jakarta yang punya jawaban dan solusinya.

    beberapa bln yang lalu setelah proses melamar pekerjaan, psyco test, dan intyerview gw sempet diterima bekerja di slh satu persh swasta besar dan ditempatkan di jakarta, sbg fresh graduatet gw ditawarin gaji hampir 3 juta, tapi tanpa pikir 2 kali aku menolak karena setelah dengar banyak cerita dan lihat di TV serta membaca, jakarta bukan kota yg sehat,nice dan bagus untuk pertumbuhan dan perkembangan mental.

    sory to say guyz... bukannya aku mau menjelek2kan ibukota sendiri tapi ini kenyataannya...
  • nie buat yg bangga and seneng tinngal di jakarta... gw ada sedikit penjelasan.

    Jakarta: In Need of Improvements

    Andre Vitchek
    Worldpress.org contributing editor
    July 26, 2007

    Pada saat ini, gedung pencakar langit, jalanan macet dipadati oleh ratusan ribu kendaraan, dan mal-mal raksasa telah menjadi pusat kebudayaan Jakarta, yang notabene merupakan kota terbesar ke-4 di dunia. Terjepit di antara gedung tinggi, terhampar perkampungan di mana bermukim sebagian besar penduduk Jakarta yang tidak memiliki akses sanitasi dasar, air bersih atau pengelolaan limbah.
    Di saat hampir semua kota-kota utama lain di Asia Tenggara menginvestasikan dana besar-besaran untuk transportasi publik, taman kota, taman bermain, trotoar besar, dan lembaga kebudayaan seperti museum, gedung konser, dan pusat pameran, Jakarta tumbuh secara BRUTAL dengan berpihak hanya pada PEMILIK MODAL dan TIDAK PEDULI akan nasib mayoritas penduduknya yang MISKIN.
    Kebanyakan penduduk Jakarta belum pernah pergi ke luar negeri,
    sehingga mereka tidak dapat membandingkan kota Jakarta dengan Kuala Lumpur atau Singapura, Hanoi atau Bangkok. Liputan dan statistik pembanding juga jarang ditampilkan oleh media massa setempat. Meskipun bagi para wisatawan asing Jakarta merupakan NERAKA DUNIA, media massa setempat menggambarkan Jakarta sebagai kota "modern", "kosmopolitan" , dan "metropolis" .

    Para pendatang/wisatawan seringkali terheran-heran dengan kondisi
    Jakarta yang tidak memiliki taman rekreasi publik. Bangkok, yang tidak dikenal
    sebagai kota yang ramah publik, masih memiliki beberapa taman yang menawan. Bahkan, Port Moresby, ibukota Papua Nugini, yang miskin, terkenal akan taman bermain yang besar, pantai dan jalan setapak di pinggir laut yang indah.

    Di Jakarta kita perlu biaya untuk segala sesuatu. Banyak lahan hijau diubah menjadi lapangan golf demi kepentingan orang kaya. Kawasan Monas seluas kurang lebih 1 km persegi bisa jadi merupakan satu-satunya kawasan publik di kota berpenduduk lebih dari 10 juta ini. Meskipun menyandang predikat kota maritim, Jakarta telah terpisah dari laut dengan Ancol menjadi satu-satunya lokasi rekreasi yang sebenarnya hanya berupa pantai kotor.

    Bahkan kalau mau jalan-jalan ke Ancol, satu keluarga dengan 4 orang anggota keluarga harus mengeluarkan uang Rp 40.000 untuk tiket masuk, satu hal yang tak masuk akal di belahan lain dunia. Beberapa taman publik kecil kondisinya menyedihkan dan tidak aman.

    Sama sekali tidak ditemui tempat pejalan kaki di seluruh penjuru kota (tempat pejalan kaki yang dimaksud adalah sesuai dengan standar "internasional"). Nyaris seluruh kota-kota di dunia (kecuali beberapa kota di AS, seperti Houston dan LA) ramah terhadap pejalan kaki. Mobil seringkali tidak diperkenankan berkeliaran di pusat kota . Trotoar yang lebar merupakan sarana transportasi publik jarak pendek yang paling efisien, sehat, dan ramah lingkungan di daerah yang padat penduduk.

    Di Jakarta, nyaris tidak dijumpai bangku untuk duduk dan rileks, tidak
    ada keran air minum gratis atau toilet umum. Ini memang remeh, tapi sangat
    penting, merupakan suatu detil yang menjadi simbol kehidupan perkotaan di bagian lain dunia.

    Sebagian besar kota-kota dunia, ingin dikunjungi dan dikenang akan kebudayaannya. Singapura sedang berupaya mengubah citra kota
    belanjanya menjadi jantung kesenian Asia Tenggara. Esplanade Theatre yang
    monumental telah mengubah wajah kota Singapura, dimana ia menawarkan konser musik klasik, balet, dan opera internasional kelas satu, di samping pertunjukan artis kontemporer kawasan. Banyak pertunjukan yang disubsidi dan seringkali gratis atau murah, bila dibandingkan dengan pendapatan warga kota yang relatif tinggi.

    Kuala Lumpur menghabiskan $100 juta untuk membangun balai konser
    philharmonic yang terletak persis di bawah Petronas Tower, salah satu gedung
    tertinggi di dunia. Balai konser prestisius dan impresif ini mempertunjukkan
    grup orkestra lokal dan internasional. Kuala Lumpur juga sedang
    menginvestasikan beberapa juta dolar untuk memugar museum dan galeri, dari
    Museum Nasional hingga Galeri Seni Nasional.

    Hanoi bangga akan budaya dan seninya, yang dipromosikan guna menarik jutaan turis untuk mengunjungi galeri-galeri lukisan yang tak terhitung jumlahnya, di mana lukisan tersebut merupakan salah satu yang terbaik di Asia Tenggara. Gedung Operanya yang dipugar secara reguler mempertunjukkan pagelaran musik Asia dan Barat.

    Candi-candi dan istana kolosal di Bangkok eksis berdampingan dengan teater dan festival film internasional, klub jazz yang tak terhitung jumlahnya, dan juga pilihan kuliner otentik dari segala penjuru dunia. Kalau bicara musik dan kehidupan malam, tak ada kota di Asia Tenggara yang semeriah Manila .

    Nah, sekarang balik ke Jakarta . Siapapun yang bernah berkunjung
    ke "perpustakaan umum" atau gedung Arsip Nasional pasti tahu bedanya. Tak heran, dalam pendidikan Indonesia, budaya dan seni tidak dianggap "menguntungkan" (kecuali musik pop), sehingga menjadi tidak relevan. Indonesia merupakan negara dengan ANGGARAN PENDIDIKAN TERENDAH nomor 3 di dunia (menurut The Economist, hanya 1,2% dari PDB) setelah Guyana Khatulistiwa dan Ekuador (di kedua negara tersebut keadaan sekarang berkembang cepat berkat pemerintahan baru yang progresif).

    Museum di Jakarta berada dalam kondisi memprihatinkan, sama sekali tidak
    menawarkan eksibisi internasional. Museum tersebut terlihat seperti berasal dari zaman baheula dan tak heran kalau Belanda yang membangun semuanya. Tidak hanya koleksinya yang tak terawat, tapi juga ketiadaan unsur-unsur modern seperti kafe, toko cinderamata, toko buku atau perpustakaan publik. Kelihatannya manajemen museum tidak punya visi atau kreativitas. Bahkan, meskipun mereka punya visi atau kreativitas, pasti akan terkendala dengan ketiadaan dana.

    Sepertinya Jakarta tidak punya perencana kota, hanya ada pengembang
    swasta yang tidak punya respek atau kepedulian akan mayoritas penduduk yang miskin (mayoritas besar, tak peduli apa yang dikatakan oleh data statistik yang seringkali DIMANIPULIR pemerintah). Kota Jakarta praktis menyerahkan dirinya ke sektor swasta, yang kini nyaris mengendalikan semua hal, mulai dari perumahan hingga ke area publik.

    Sedangkan beberapa dekade yang lalu di Singapura, dan baru-baru ini di Kuala Lumpur, mereka berhasil menghilangkan total perkampungan kumuh dari wilayah kota, namun Jakarta tidak mampu atau tidak mau memberikan
    warganya perumahan bersubsidi dengan harga terjangkau yang dilengkapi dengan air ledeng, listrik, sistem pembuangan limbah, taman bermain, trotoar dan sistem transportasi massal.

    Selain Singapura, Kuala Lumpur dengan berpenduduk hanya 2 juta jiwa memiliki satu jalur Metro (Putra Line), satu monorail, beberapa jalur LRT Star yang efisien, dan jaringan kereta api kecepatan tinggi yang menghubungkan kota dengan ibu kota baru Putrajaya. Sistem "Rapid" memiliki ratusan bus modern, bersih, dan ber-AC. Tarifnya disubsidi, tiket bus Rapid hanya sekitar 2 Ringgit (kurang lebih Rp 4.600,00) untuk penggunaan tak terbatas sepanjang hari di jalur yang sama. Tiket abonemen bulanan dan harian yang sangat murah juga tersedia.

    Bangkok menunjuk kontraktor Siemens dari Jerman untuk membangun 2 jalur panjang "Sky Train" dan satu jalur metro. Bangkok juga memanfaatkan sungai dan kanal sebagai transportasi publik dan objek wisata. Pemerintahan kota Bangkok juga mengklaim bahwa mereka sedang membangun jalur
    tambahan sepanjang 80 km untuk sistem tersebut guna meyakinkan penduduk untuk meninggalkan mobil mereka di rumah dan memanfaatkan transportasi umum. Bus-bus kuno yang berpolusi sudah sepenuhnya dilarang beroperasi di Hanoi , Singapura, Kualalumpur, dan Bangkok. Jakarta? Berkat korupsi dan pejabat pemerintahan yang tak kompeten, Jakarta tenggelam dalam kondisi yang berkebalikan dengan kota-kota tersebut.

    Mercer Human Resource Consulting, dalam laporannya tentang kualitas hidup, menempatkan Jakarta di posisi setara dengan kota-kota miskin di Afrika dan Asia Selatan, bahkan di bawah kota Nairobi dan Medellin

    Walaupun Jakarta menjadi salah satu ibukota terburuk di dunia, hidup di sana tidaklah murah. Menurut Survey Mercer Human Resource Consulting tahun 2006, Jakarta menduduki peringkat 48 kota termahal di dunia untuk ekspatriat, jauh di atas Berlin (peringkat 72), Melbourne (74) dan Washington DC (83). Nah, kalau untuk ekspatriat saja mahal, apalagi buat penduduk lokal yang pendapatan per kapita DI BAWAH $1000??

    Anehnya, orang Jakarta diam seribu bahasa. Mereka pasrah akan kualitas udara yang jelek, terbiasa dengan pemandangan pengemis di perempatan jalan, dengan kampung kumuh di bawah jalan layang dan di pinggir sungai yang kotor dan penuh limbah beracun, dengan kemacetan berjam-jam, dengan banjir dan tikus.

    Kalau saja ada sedikit harapan, kebenaran pasti akan terucap, dan semakin cepat semakin baik. Hanya diagnosis kejam dan realistis yang bisa mengarah pada obat. Betapapun pahitnya kebenaran, tetap saja lebih baik ketimbang dusta dan penipuan. Jakarta telah tertinggal jauh di belakang ibukota lain negara tetangga dalam hal estetika, pemukiman, kebudayaan, transportasi, dan kualitas dan higiene makanan. Sekarang Jakarta telah kehilangan kebanggaan dan mesti belajar dari Kuala Lumpur, Singapura, Brisbane, dan bahkan dalam beberapa hal dari tetangganya yang lebih miskin seperti Port Moresby, Manila, dan Hanoi.

    Data statistik harus transparan dan tersedia luas. Warga harus belajar bertanya dan bagaimana untuk memperoleh jawaban dan akuntabilitas. Hanya kalau mereka memahami seberapa dalamnya kota mereka telah terperosok, maka barulah ada harapan. "Kita harus berhati-hati" kata produser film Malaysia dalam perayaan tahun baru di Kualalumpur. " Malaysia punya banyak masalah. Kalau kita tidak hati-hati, dalam 20-30 tahun Kuala Lumpur akan bernasib sama seperti Jakarta!"

    Dapatkah pernyataan ini dibalik? Mampukah Jakarta menemukan kekuatan dan solidaritas untuk mobilisasi sehingga dapat menyaingi Kuala Lumpur? Mampukah kecukupan mengatasi keserakahan? Dapatkah korupsi diberantas dan diganti dengan kreatifitas? Akankah ukuran vila pribadi mengecil, dan kawasan hijau, perumahan publik, taman bermain, perpustakaan,
    sekolah dan rumah sakit berkembang pesat?

    Orang luar seperti saya hanya dapat mengamati, bercerita, dan bertanya. Dan hanya masyarakat Jakarta yang punya jawaban dan solusinya.

    beberapa bln yang lalu setelah proses melamar pekerjaan, psyco test, dan intyerview gw sempet diterima bekerja di slh satu persh swasta besar dan ditempatkan di jakarta, sbg fresh graduatet gw ditawarin gaji hampir 3 juta, tapi tanpa pikir 2 kali aku menolak karena setelah dengar banyak cerita dan lihat di TV serta membaca, jakarta bukan kota yg sehat,nice dan bagus untuk pertumbuhan dan perkembangan mental.

    sory to say guyz... bukannya aku mau menjelek2kan ibukota sendiri tapi ini kenyataannya...

    gw juga pernah baca ulasan ini, tapi lupa dimana.
    emang memprihatinkan ya..
    berdoa aj smoga bakal ada perubahan ke arah yg lebih baik lagi!
  • nie buat yg bangga and seneng tinngal di jakarta... gw ada sedikit penjelasan.

    Jakarta: In Need of Improvements

    Andre Vitchek
    Worldpress.org contributing editor
    July 26, 2007

    Pada saat ini, gedung pencakar langit, jalanan macet dipadati oleh ratusan ribu kendaraan, dan mal-mal raksasa telah menjadi pusat kebudayaan Jakarta, yang notabene merupakan kota terbesar ke-4 di dunia. Terjepit di antara gedung tinggi, terhampar perkampungan di mana bermukim sebagian besar penduduk Jakarta yang tidak memiliki akses sanitasi dasar, air bersih atau pengelolaan limbah.
    Di saat hampir semua kota-kota utama lain di Asia Tenggara menginvestasikan dana besar-besaran untuk transportasi publik, taman kota, taman bermain, trotoar besar, dan lembaga kebudayaan seperti museum, gedung konser, dan pusat pameran, Jakarta tumbuh secara BRUTAL dengan berpihak hanya pada PEMILIK MODAL dan TIDAK PEDULI akan nasib mayoritas penduduknya yang MISKIN.
    Kebanyakan penduduk Jakarta belum pernah pergi ke luar negeri,
    sehingga mereka tidak dapat membandingkan kota Jakarta dengan Kuala Lumpur atau Singapura, Hanoi atau Bangkok. Liputan dan statistik pembanding juga jarang ditampilkan oleh media massa setempat. Meskipun bagi para wisatawan asing Jakarta merupakan NERAKA DUNIA, media massa setempat menggambarkan Jakarta sebagai kota "modern", "kosmopolitan" , dan "metropolis" .

    Para pendatang/wisatawan seringkali terheran-heran dengan kondisi
    Jakarta yang tidak memiliki taman rekreasi publik. Bangkok, yang tidak dikenal
    sebagai kota yang ramah publik, masih memiliki beberapa taman yang menawan. Bahkan, Port Moresby, ibukota Papua Nugini, yang miskin, terkenal akan taman bermain yang besar, pantai dan jalan setapak di pinggir laut yang indah.

    Di Jakarta kita perlu biaya untuk segala sesuatu. Banyak lahan hijau diubah menjadi lapangan golf demi kepentingan orang kaya. Kawasan Monas seluas kurang lebih 1 km persegi bisa jadi merupakan satu-satunya kawasan publik di kota berpenduduk lebih dari 10 juta ini. Meskipun menyandang predikat kota maritim, Jakarta telah terpisah dari laut dengan Ancol menjadi satu-satunya lokasi rekreasi yang sebenarnya hanya berupa pantai kotor.

    Bahkan kalau mau jalan-jalan ke Ancol, satu keluarga dengan 4 orang anggota keluarga harus mengeluarkan uang Rp 40.000 untuk tiket masuk, satu hal yang tak masuk akal di belahan lain dunia. Beberapa taman publik kecil kondisinya menyedihkan dan tidak aman.

    Sama sekali tidak ditemui tempat pejalan kaki di seluruh penjuru kota (tempat pejalan kaki yang dimaksud adalah sesuai dengan standar "internasional"). Nyaris seluruh kota-kota di dunia (kecuali beberapa kota di AS, seperti Houston dan LA) ramah terhadap pejalan kaki. Mobil seringkali tidak diperkenankan berkeliaran di pusat kota . Trotoar yang lebar merupakan sarana transportasi publik jarak pendek yang paling efisien, sehat, dan ramah lingkungan di daerah yang padat penduduk.

    Di Jakarta, nyaris tidak dijumpai bangku untuk duduk dan rileks, tidak
    ada keran air minum gratis atau toilet umum. Ini memang remeh, tapi sangat
    penting, merupakan suatu detil yang menjadi simbol kehidupan perkotaan di bagian lain dunia.

    Sebagian besar kota-kota dunia, ingin dikunjungi dan dikenang akan kebudayaannya. Singapura sedang berupaya mengubah citra kota
    belanjanya menjadi jantung kesenian Asia Tenggara. Esplanade Theatre yang
    monumental telah mengubah wajah kota Singapura, dimana ia menawarkan konser musik klasik, balet, dan opera internasional kelas satu, di samping pertunjukan artis kontemporer kawasan. Banyak pertunjukan yang disubsidi dan seringkali gratis atau murah, bila dibandingkan dengan pendapatan warga kota yang relatif tinggi.

    Kuala Lumpur menghabiskan $100 juta untuk membangun balai konser
    philharmonic yang terletak persis di bawah Petronas Tower, salah satu gedung
    tertinggi di dunia. Balai konser prestisius dan impresif ini mempertunjukkan
    grup orkestra lokal dan internasional. Kuala Lumpur juga sedang
    menginvestasikan beberapa juta dolar untuk memugar museum dan galeri, dari
    Museum Nasional hingga Galeri Seni Nasional.

    Hanoi bangga akan budaya dan seninya, yang dipromosikan guna menarik jutaan turis untuk mengunjungi galeri-galeri lukisan yang tak terhitung jumlahnya, di mana lukisan tersebut merupakan salah satu yang terbaik di Asia Tenggara. Gedung Operanya yang dipugar secara reguler mempertunjukkan pagelaran musik Asia dan Barat.

    Candi-candi dan istana kolosal di Bangkok eksis berdampingan dengan teater dan festival film internasional, klub jazz yang tak terhitung jumlahnya, dan juga pilihan kuliner otentik dari segala penjuru dunia. Kalau bicara musik dan kehidupan malam, tak ada kota di Asia Tenggara yang semeriah Manila .

    Nah, sekarang balik ke Jakarta . Siapapun yang bernah berkunjung
    ke "perpustakaan umum" atau gedung Arsip Nasional pasti tahu bedanya. Tak heran, dalam pendidikan Indonesia, budaya dan seni tidak dianggap "menguntungkan" (kecuali musik pop), sehingga menjadi tidak relevan. Indonesia merupakan negara dengan ANGGARAN PENDIDIKAN TERENDAH nomor 3 di dunia (menurut The Economist, hanya 1,2% dari PDB) setelah Guyana Khatulistiwa dan Ekuador (di kedua negara tersebut keadaan sekarang berkembang cepat berkat pemerintahan baru yang progresif).

    Museum di Jakarta berada dalam kondisi memprihatinkan, sama sekali tidak
    menawarkan eksibisi internasional. Museum tersebut terlihat seperti berasal dari zaman baheula dan tak heran kalau Belanda yang membangun semuanya. Tidak hanya koleksinya yang tak terawat, tapi juga ketiadaan unsur-unsur modern seperti kafe, toko cinderamata, toko buku atau perpustakaan publik. Kelihatannya manajemen museum tidak punya visi atau kreativitas. Bahkan, meskipun mereka punya visi atau kreativitas, pasti akan terkendala dengan ketiadaan dana.

    Sepertinya Jakarta tidak punya perencana kota, hanya ada pengembang
    swasta yang tidak punya respek atau kepedulian akan mayoritas penduduk yang miskin (mayoritas besar, tak peduli apa yang dikatakan oleh data statistik yang seringkali DIMANIPULIR pemerintah). Kota Jakarta praktis menyerahkan dirinya ke sektor swasta, yang kini nyaris mengendalikan semua hal, mulai dari perumahan hingga ke area publik.

    Sedangkan beberapa dekade yang lalu di Singapura, dan baru-baru ini di Kuala Lumpur, mereka berhasil menghilangkan total perkampungan kumuh dari wilayah kota, namun Jakarta tidak mampu atau tidak mau memberikan
    warganya perumahan bersubsidi dengan harga terjangkau yang dilengkapi dengan air ledeng, listrik, sistem pembuangan limbah, taman bermain, trotoar dan sistem transportasi massal.

    Selain Singapura, Kuala Lumpur dengan berpenduduk hanya 2 juta jiwa memiliki satu jalur Metro (Putra Line), satu monorail, beberapa jalur LRT Star yang efisien, dan jaringan kereta api kecepatan tinggi yang menghubungkan kota dengan ibu kota baru Putrajaya. Sistem "Rapid" memiliki ratusan bus modern, bersih, dan ber-AC. Tarifnya disubsidi, tiket bus Rapid hanya sekitar 2 Ringgit (kurang lebih Rp 4.600,00) untuk penggunaan tak terbatas sepanjang hari di jalur yang sama. Tiket abonemen bulanan dan harian yang sangat murah juga tersedia.

    Bangkok menunjuk kontraktor Siemens dari Jerman untuk membangun 2 jalur panjang "Sky Train" dan satu jalur metro. Bangkok juga memanfaatkan sungai dan kanal sebagai transportasi publik dan objek wisata. Pemerintahan kota Bangkok juga mengklaim bahwa mereka sedang membangun jalur
    tambahan sepanjang 80 km untuk sistem tersebut guna meyakinkan penduduk untuk meninggalkan mobil mereka di rumah dan memanfaatkan transportasi umum. Bus-bus kuno yang berpolusi sudah sepenuhnya dilarang beroperasi di Hanoi , Singapura, Kualalumpur, dan Bangkok. Jakarta? Berkat korupsi dan pejabat pemerintahan yang tak kompeten, Jakarta tenggelam dalam kondisi yang berkebalikan dengan kota-kota tersebut.

    Mercer Human Resource Consulting, dalam laporannya tentang kualitas hidup, menempatkan Jakarta di posisi setara dengan kota-kota miskin di Afrika dan Asia Selatan, bahkan di bawah kota Nairobi dan Medellin

    Walaupun Jakarta menjadi salah satu ibukota terburuk di dunia, hidup di sana tidaklah murah. Menurut Survey Mercer Human Resource Consulting tahun 2006, Jakarta menduduki peringkat 48 kota termahal di dunia untuk ekspatriat, jauh di atas Berlin (peringkat 72), Melbourne (74) dan Washington DC (83). Nah, kalau untuk ekspatriat saja mahal, apalagi buat penduduk lokal yang pendapatan per kapita DI BAWAH $1000??

    Anehnya, orang Jakarta diam seribu bahasa. Mereka pasrah akan kualitas udara yang jelek, terbiasa dengan pemandangan pengemis di perempatan jalan, dengan kampung kumuh di bawah jalan layang dan di pinggir sungai yang kotor dan penuh limbah beracun, dengan kemacetan berjam-jam, dengan banjir dan tikus.

    Kalau saja ada sedikit harapan, kebenaran pasti akan terucap, dan semakin cepat semakin baik. Hanya diagnosis kejam dan realistis yang bisa mengarah pada obat. Betapapun pahitnya kebenaran, tetap saja lebih baik ketimbang dusta dan penipuan. Jakarta telah tertinggal jauh di belakang ibukota lain negara tetangga dalam hal estetika, pemukiman, kebudayaan, transportasi, dan kualitas dan higiene makanan. Sekarang Jakarta telah kehilangan kebanggaan dan mesti belajar dari Kuala Lumpur, Singapura, Brisbane, dan bahkan dalam beberapa hal dari tetangganya yang lebih miskin seperti Port Moresby, Manila, dan Hanoi.

    Data statistik harus transparan dan tersedia luas. Warga harus belajar bertanya dan bagaimana untuk memperoleh jawaban dan akuntabilitas. Hanya kalau mereka memahami seberapa dalamnya kota mereka telah terperosok, maka barulah ada harapan. "Kita harus berhati-hati" kata produser film Malaysia dalam perayaan tahun baru di Kualalumpur. " Malaysia punya banyak masalah. Kalau kita tidak hati-hati, dalam 20-30 tahun Kuala Lumpur akan bernasib sama seperti Jakarta!"

    Dapatkah pernyataan ini dibalik? Mampukah Jakarta menemukan kekuatan dan solidaritas untuk mobilisasi sehingga dapat menyaingi Kuala Lumpur? Mampukah kecukupan mengatasi keserakahan? Dapatkah korupsi diberantas dan diganti dengan kreatifitas? Akankah ukuran vila pribadi mengecil, dan kawasan hijau, perumahan publik, taman bermain, perpustakaan,
    sekolah dan rumah sakit berkembang pesat?

    Orang luar seperti saya hanya dapat mengamati, bercerita, dan bertanya. Dan hanya masyarakat Jakarta yang punya jawaban dan solusinya.

    beberapa bln yang lalu setelah proses melamar pekerjaan, psyco test, dan intyerview gw sempet diterima bekerja di slh satu persh swasta besar dan ditempatkan di jakarta, sbg fresh graduatet gw ditawarin gaji hampir 3 juta, tapi tanpa pikir 2 kali aku menolak karena setelah dengar banyak cerita dan lihat di TV serta membaca, jakarta bukan kota yg sehat,nice dan bagus untuk pertumbuhan dan perkembangan mental.

    sory to say guyz... bukannya aku mau menjelek2kan ibukota sendiri tapi ini kenyataannya...

    gw juga pernah baca ulasan ini, tapi lupa dimana.
    emang memprihatinkan ya..
    berdoa aj smoga bakal ada perubahan ke arah yg lebih baik lagi!
  • benar adanya
    jakarta tuh kota yang emnag lebih kejam dr ibu tiri
    makanya yang bsia hidup enka di jakarta yah ..yang anak kandungnya aja.

    jakarta membuat kita 2-3 x lebih taft, lebih banyak usaha, banyak kerja, banyak peras otak, ide, suapay bsia sukses

    yang bisa survive di jakarta,..keluar jakarta akan cepat melejit karena udah terbiasa hidup dalam tekanan, lebih rajin.,lebih tangguh

    suka gak suka
    aku suka jakarta

    makanan enak banyak
    teman2 banyak
    berbagai suku
    karakternya asyik


    apalagi ngaku ak ngaku, semua kota2 yang tumbuh malahan menjadi jakarta wanna be,.
    anak2 mudanya, abg2nya, bergaya, bertingkah, berbahasa, berdialek gaya2 jakarta
    pengaruh Tv kali..nah dr pd palsu2an.
    mendingan aselinya..


    suka gak suka,.
    gaya jakarta jadi trend setter
    berahasa gaya jakarta menunjukan kelasnya seseorng


    coba lihat di mana2, tempat umum

    rang2 akan berusaha berbahasa, bertingkah gaya jakarta agar kelihatan layak,.
    kalo gak akan kelihatan ndeso

    suka gak suka..

    pembanguna kota2 di seluruh indo telah meninggalkan ciri khasnya

    semua udah bergaya modern,
    ma kemana di indo, adana ruko, mall dengan gaya yangs ama
    makanya drpd sumpek liat mal2, toko2 setengah keren..
    sekalian jakarta

    semua yg aseli, real high class disini adanya, fasilitas sesuai janji

    di kota2 lain, stand merk2 ternama biasnaya gak lengkap koleksinya, servicenya beda..
    ..suka aghak suka
    jakarta adalah acuan

    dan aku duha biasa dapet yang real, terbaik

    di kota lain,.kita dapetnya yang no 2, .model lama,.
    service seadanya..

    yah mengecewakan..

    kemana2 kota yang aku pergi, fasilitas kota sangat terbatas,
    fasilitas umum payah

    di malang emang gampang dapet angkot kalo udah malem..?
    di kota kecil, fasilitas publik terbatas,
    makanya enakan jakarta

    emnags ish dibandinkan kota2 di negara tetangga, jakarta masih harus berbenah

    tapi jangan salah,..jakarta punya luas berkali lipat dr kota2 negara etangga
    gak ganpang ngaturnya
    apalagi 32 tahun kita hidup dlm pembangunan gak 'jelas'


    namun liat jakarta makin oke, usaha pemda utk ebnahin kota keliatan banget
    emang sih disni kemana2 pake duit
    makanya
    warga jakarta kudu pintar en tangguh..


    plus or minus, i loved jakarta
  • cream wrote:

    tapi secara karakter, lebih asyik kenal ama komunitas jatim drpd jabar,.
    anak jatim open en sederhana, anak jabar suka jaim, en aku liat sok2 an banget jauh lebih sombong drpd org jakarta, ..
    aku punya ebberapa temen org bandung, cakep iya, but liciknya kompak,..suka ngumpul aja gak mau berbaur,.pindah kantor ketemu lg anak bandung, sama juga, suka remehin orang en tinggi hati..

    emang gitu yah,..katanya karakter sukunya emang merasa "tinggi"..
    aduh jadi sara asari nih..

    tapi salut ras paling cakep mayoritas mah mereka,..
    a



    gue dari bandung loh, temen2 gue banyak dari berbagai ras dan suku...
    but enjoy dan asyik2 aja tuh gue rasa selama ini,
    mereka juga begitu, kagak ada masalah
    jadi...tolong dengan hormat, jaga ya tuh lidahnya, jangan sampe diulang lagi untuk menSTEREOTYPEkan semua orang bandung seperti itu.

    lihat signature gue, itu dua kota favorit gue ( JAKARTA & BANDUNG )
    PLUS SURABAYA & MEDAN
    karena hanya 4 kota itu yang Glamour dan serba komplit segala macemnya ( SHOPPING, FOOD, ENTERTAINMENT, LIFESTYLE Etc ) ...
    yang laen kayaknya belum seasyik dan semetro kota2 diatas
  • Lanjut

    Medan : cantik ketika malam menjelang. lampu2 berserakan di pusat2 gaya hidup sekelas merdeka walk, meriah, dan penduduknya modis ( mostly chinese population ). asiknya untuk mendapatkan gaya hidup tsb kota ini menawarkan harga yg sedang2 saja.
  • medan kota termaju di sumatera memiliki dunia permainan berkelas internasional semacam ancol. waterboom, dan penduduknya terkenal doyan makan.
  • revi wrote:
    Lanjut

    Medan : cantik ketika malam menjelang. lampu2 berserakan di pusat2 gaya hidup sekelas merdeka walk, meriah, dan penduduknya modis ( mostly chinese population ). asiknya untuk mendapatkan gaya hidup tsb kota ini menawarkan harga yg sedang2 saja.

    Sapa bilang harganya sedang2..Banyak tuh yg mahal2,terutama makanan..Buat yg mau ke Medan,kalo mau makan dilihat2 dulu,soale banyak tempat yg karena memang terkenal jadinya mahal..Tapi ya gimanapun Medan tetep kota tercinta..Kedua ya Bandung..Miss Bandung so much..
  • cream wrote:

    tapi secara karakter, lebih asyik kenal ama komunitas jatim drpd jabar,.
    anak jatim open en sederhana, anak jabar suka jaim, en aku liat sok2 an banget jauh lebih sombong drpd org jakarta, ..
    aku punya ebberapa temen org bandung, cakep iya, but liciknya kompak,..suka ngumpul aja gak mau berbaur,.pindah kantor ketemu lg anak bandung, sama juga, suka remehin orang en tinggi hati..

    emang gitu yah,..katanya karakter sukunya emang merasa "tinggi"..
    aduh jadi sara asari nih..

    tapi salut ras paling cakep mayoritas mah mereka,..
    a







    gue dari bandung loh, temen2 gue banyak dari berbagai ras dan suku...
    but enjoy dan asyik2 aja tuh gue rasa selama ini,
    mereka juga begitu, kagak ada masalah
    jadi...tolong dengan hormat, jaga ya tuh lidahnya, jangan sampe diulang lagi untuk menSTEREOTYPEkan semua orang bandung seperti itu.

    lihat signature gue, itu dua kota favorit gue ( JAKARTA & BANDUNG )
    PLUS SURABAYA & MEDAN
    karena hanya 4 kota itu yang Glamour dan serba komplit segala macemnya ( SHOPPING, FOOD, ENTERTAINMENT, LIFESTYLE Etc ) ...
    yang laen kayaknya belum seasyik dan semetro kota2 diatas


    ..sorry mungkin terdengar kasar
    but emnag gitu deh org bandung kalo di jakarta suka sok2 an..
    asyikan org sby atau malang lebih open en gak pilih2 teman

    org bandung liatnya dr penampilan, kayaknya standar bandung tuh yang modis dsb, belum bisa merealized bahwa penampilan gak menggambarkan pribadi seutuhnya..

    8 th lalu aku masi pegawai kecil fresh graduate di kantor, temen dr bandung, yah git, pindha kantor gitu juga,
    smape teman kost ada grup anak bandung juga gitu,
    akhirnya sy hanya punya teman anak2 malang, surabaya, irian dan sulawesi,.alo bandung menutup diir, exclusive gitu, sekost seperti blan teman, gak pernah negur,.sok bener2..
    dan bukan sekali ketemu tipe gitu,..

    tapi dgn kondisiku skrg,.hanya org sintting yang brani sok2 an.
    itu yg aku rasakan,. orang daerah , east indoensia, or pinggiran, lebih menghargai melihat orang yang kekurangan or gak 'selepel' ama dia..


    nih ya kesimpulan suka gak suka, ini realita makanya bisa ada trademarknya :
    misalnya,

    - menado ;ramah, suka berteman,borju, suka senang2, royal, suka minjam, pesta2,.mau kaya, mau miskin suka senang2..

    - jawa; sopan, ramah, hemat

    - batak; open, pelit, china medan licik, lihai, pintar masak

    - bugis:ramah, murah hati, suka pamer,

    - madura ; ngejreng, suka ribut

    - irian ; royal, foya2, suka dipuji

    - ambon; perlente, suka minjam, mabuk

    - sunda; ramah, matre, tinggi hati


    jangan marah, karena aku mewarisi beberapa dr suku2 di atas,..
  • cream wrote:

    tapi secara karakter, lebih asyik kenal ama komunitas jatim drpd jabar,.
    anak jatim open en sederhana, anak jabar suka jaim, en aku liat sok2 an banget jauh lebih sombong drpd org jakarta, ..
    aku punya ebberapa temen org bandung, cakep iya, but liciknya kompak,..suka ngumpul aja gak mau berbaur,.pindah kantor ketemu lg anak bandung, sama juga, suka remehin orang en tinggi hati..

    emang gitu yah,..katanya karakter sukunya emang merasa "tinggi"..
    aduh jadi sara asari nih..

    tapi salut ras paling cakep mayoritas mah mereka,..
    a







    gue dari bandung loh, temen2 gue banyak dari berbagai ras dan suku...
    but enjoy dan asyik2 aja tuh gue rasa selama ini,
    mereka juga begitu, kagak ada masalah
    jadi...tolong dengan hormat, jaga ya tuh lidahnya, jangan sampe diulang lagi untuk menSTEREOTYPEkan semua orang bandung seperti itu.

    lihat signature gue, itu dua kota favorit gue ( JAKARTA & BANDUNG )
    PLUS SURABAYA & MEDAN
    karena hanya 4 kota itu yang Glamour dan serba komplit segala macemnya ( SHOPPING, FOOD, ENTERTAINMENT, LIFESTYLE Etc ) ...
    yang laen kayaknya belum seasyik dan semetro kota2 diatas


    ..sorry mungkin terdengar kasar
    but emnag gitu deh org bandung kalo di jakarta suka sok2 an..
    asyikan org sby atau malang lebih open en gak pilih2 teman

    org bandung liatnya dr penampilan, kayaknya standar bandung tuh yang modis dsb, belum bisa merealized bahwa penampilan gak menggambarkan pribadi seutuhnya..

    8 th lalu aku masi pegawai kecil fresh graduate di kantor, temen dr bandung, yah git, pindha kantor gitu juga,
    smape teman kost ada grup anak bandung juga gitu,
    akhirnya sy hanya punya teman anak2 malang, surabaya, irian dan sulawesi,.alo bandung menutup diir, exclusive gitu, sekost seperti blan teman, gak pernah negur,.sok bener2..
    dan bukan sekali ketemu tipe gitu,..

    tapi dgn kondisiku skrg,.hanya org sintting yang brani sok2 an.
    itu yg aku rasakan,. orang daerah , east indoensia, or pinggiran, lebih menghargai melihat orang yang kekurangan or gak 'selepel' ama dia..


    nih ya kesimpulan suka gak suka, ini realita makanya bisa ada trademarknya :
    misalnya,

    - menado ;ramah, suka berteman,borju, suka senang2, royal, suka minjam, pesta2,.mau kaya, mau miskin suka senang2..

    - jawa; sopan, ramah, hemat

    - batak; open, pelit, china medan licik, lihai, pintar masak

    - bugis:ramah, murah hati, suka pamer,

    - madura ; ngejreng, suka ribut

    - irian ; royal, foya2, suka dipuji

    - ambon; perlente, suka minjam, mabuk

    - sunda; ramah, matre, tinggi hati


    jangan marah, karena aku mewarisi beberapa dr suku2 di atas,..
  • cream wrote:

    tapi secara karakter, lebih asyik kenal ama komunitas jatim drpd jabar,.
    anak jatim open en sederhana, anak jabar suka jaim, en aku liat sok2 an banget jauh lebih sombong drpd org jakarta, ..
    aku punya ebberapa temen org bandung, cakep iya, but liciknya kompak,..suka ngumpul aja gak mau berbaur,.pindah kantor ketemu lg anak bandung, sama juga, suka remehin orang en tinggi hati..

    emang gitu yah,..katanya karakter sukunya emang merasa "tinggi"..
    aduh jadi sara asari nih..

    tapi salut ras paling cakep mayoritas mah mereka,..
    a







    gue dari bandung loh, temen2 gue banyak dari berbagai ras dan suku...
    but enjoy dan asyik2 aja tuh gue rasa selama ini,
    mereka juga begitu, kagak ada masalah
    jadi...tolong dengan hormat, jaga ya tuh lidahnya, jangan sampe diulang lagi untuk menSTEREOTYPEkan semua orang bandung seperti itu.

    lihat signature gue, itu dua kota favorit gue ( JAKARTA & BANDUNG )
    PLUS SURABAYA & MEDAN
    karena hanya 4 kota itu yang Glamour dan serba komplit segala macemnya ( SHOPPING, FOOD, ENTERTAINMENT, LIFESTYLE Etc ) ...
    yang laen kayaknya belum seasyik dan semetro kota2 diatas


    ..sorry mungkin terdengar kasar
    but emnag gitu deh org bandung kalo di jakarta suka sok2 an..
    asyikan org sby atau malang lebih open en gak pilih2 teman

    org bandung liatnya dr penampilan, kayaknya standar bandung tuh yang modis dsb, belum bisa merealized bahwa penampilan gak menggambarkan pribadi seutuhnya..

    8 th lalu aku masi pegawai kecil fresh graduate di kantor, temen dr bandung, yah git, pindha kantor gitu juga,
    smape teman kost ada grup anak bandung juga gitu,
    akhirnya sy hanya punya teman anak2 malang, surabaya, irian dan sulawesi,.alo bandung menutup diir, exclusive gitu, sekost seperti blan teman, gak pernah negur,.sok bener2..
    dan bukan sekali ketemu tipe gitu,..

    tapi dgn kondisiku skrg,.hanya org sintting yang brani sok2 an.
    itu yg aku rasakan,. orang daerah , east indoensia, or pinggiran, lebih menghargai melihat orang yang kekurangan or gak 'selepel' ama dia..


    nih ya kesimpulan suka gak suka, ini realita makanya bisa ada trademarknya :
    misalnya,

    - menado ;ramah, suka berteman,borju, suka senang2, royal, suka minjam, pesta2,.mau kaya, mau miskin suka senang2..

    - jawa; sopan, ramah, hemat

    - batak; open, pelit, china medan licik, lihai, pintar masak

    - bugis:ramah, murah hati, suka pamer,

    - madura ; ngejreng, suka ribut

    - irian ; royal, foya2, suka dipuji

    - ambon; perlente, suka minjam, mabuk

    - sunda; ramah, matre, tinggi hati


    jangan marah, karena aku mewarisi beberapa dr suku2 di atas,..
  • gue suka jakarta untuk shooping dari yg mahal ampe murah ada disini.


    gue suka bogor untuk refreshing ,menghirup udara segar secara deket ama mega mendung dan puncak.

    gue suka singkawang ,kota kecil di kalimantan barat.that's why... wisatawan dari kuching malaysia timur lebih suka ke singkawang secara makanan lebih murah di singkawang di banding pontianak. kotanya rame tapi lalu lintas masih terkendali..ada pantai dan gunung yg mengelilingi kota...wisata kuliner semarakkk di singkawang. semua serba alami.
  • gw dah 4 taun tinggal di bogor buat kul
    sebenernya tempatnya enak
    makanan ga terlalu mahal
    ga murah juga sih
    cukup dingin
    dan gw stress di sini, karena macet ma angkot

    klo di jakarta, gw sangat stress
    karena macet n kadar polusinya dah tinggi banget
    walau memang disana fasilitasnya lengkap banget

    belakangan ini gw bolak balik semarang buat lomba
    n gw jatuh cinta ma kotanya
    makanannya murah dan enak2
    orangnya ramah
    walau agak panas, gw tetep suka kota yg 1 ini

    :)
Sign In or Register to comment.