It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Bro..bro... selalu ada resiko dari setiap keputusan....
Hiks.. jadi terharu...
emang susah ya jadi seorang gay... :?
tapi....
LANDJOET....!!!
btw, klo lu lu pade pengen baca cerita macem begini yg yahud punya, nich masuk k www.zahraowens.com
d situ mba zahra ad post cerita bersambung yg judulny snippets of an affair. yahud bgt d... gw heran aja, bgmn cewe bs bikin cerita homo yg erotis begitu. erotis tp ga murahan.
do'i jg nulis novel gay yg judulny Diplomacy, ga d terjemahin k Indo (belum mungkin...ato ga mungkin kayanya...). coba cek aj sinopsisny d www.amazon.com.
lanjuuuuuttt
“Jauh teu ti dieu Ciengang teh?”(Jauhkah Ciengang dari sini?) tanyaku pada Darmo yang sudah datang subuh-subuh.
“Ah, henteu tebih, caket pisan ti dieu mah. Pami mapah oge teu lami da.”(Ah, ga jauh, dekat sekali dari sini. Kalau mau jalan kaki juga ga lama, kok) jawab Darmo.
“Naha atuh isuk2 pisan mapagkeunnana?”(Kenapa kok pagi betul menjemputnya) aku bertanya lagi. . Kami dibangunkan oleh Darmo dengan ketukannya di pintu subuh2. Masih terasa sangat mengantuk sebetulnya, apalagi udaranya sangat dingin.
“Pami radi siang teh rame, teu raos, seueur teuing jalmina, sok pasedek-sedek.”(Kalau agak siang suka ramai, ga enak, terlalu banyak orangnya, suka berdesak-desakan). Darmo menjelaskan alasannya.
“Oh, kitu, ke atuh urang rek subuh heula” (O, tunggu dulu kalau begitu, kita mau sholat subuh dulu).
Setelah sholat subuh, dengan membawa handuk dan perlengkapan mandi kami berjalan kaki menembus kabut menuju Ciengang. Yang aku herankan, kami tidak dibawa seperti menuju ke tempat-tempat umum yang memang dibangun untuk sebuah pemandian umum yang komersil. Malahan kami dibawa menyusuri gang sempit, yang di sebelah kirinya ada parit kecil tetapi airnya jernih dan mengalir sangat deras. Suara air yang mengalir deras itu sangat jelas terdengar di kesunyian subuh hari. Gang itu berkelok-kelok, sehingga membuatku tidak yakin. Kulihat Nicky tertinggal di belakang. Dia berhenti sejenak membungkuk dan mencelupkan tangannya ke air yang mengalir deras di parit. “Hangat!!”. Katanya.
Aku merasakan perjalanan ini seperti romantic adventure, menelusuri labirin yang tak berujung. Berharap sampai pada satu tempat indah seperti sebuah oase di padang pasir. Kubiarkan fantasiku melayang jauh, meskipun akhirnya aku tidak bisa menahan rasa penasaranku.
“Naha kadieu geuning, Mo, asa aneh urang mah?” (Kok, kesini, Jo, perasaanku kok aneh?) tanyaku pada Darmo.
“Muhun leres kadieu, A. Da abdi mah mindeng kadieu pami jajap ibu lalandong.”(Betul kok, kesini, A. Saya sering kesini mengantar ibu berobat). Darmo meyakinkan aku.
Akhirnya sampai juga kami di sebuah tempat yang menurutku kurang meyakinkan untuk menjadi sebuah tempat wisata. Tempatnya masih di dalam gang, hanya saja sedikit lebih lebar dari gang yang tadi. Di tempat itu ada bangunan yang tidak terlalu besar seperti bangunan WC umum dengan tiga buah pintu. Pintu pertama ada tulisan “WANITA”, pintu kedua dan ketiga ada tulisan “PRIA”. Disebelah kiri dan kanan bangunan itu ada dua buah kios yang menjual gorengan dan barang2 kebutuhan mandi. Di depannya ada seorang nenek menjual bajigur dan kacang rebus. Kami terus berjalan menuju pintu kedua dan ketiga. Dari kedua pintu itu terlihat orang keluar dan masuk tidak berhenti.
“Rame oge, nya, Mo.” kataku mengomentari keramaian tempat ini, meskipun suasana masih subuh, belum terang benar.
“Muhun, A, komo pami siang mah langkung rame. Tah nu palih dinya mah aya bakna paranti ngeueum, pami nu hiji deui aya pancuranna kanggo urang ibak.”(Betul, A, apalagi kalau siang lebih ramai lagi. Nah, yang sebelah situ ada baknya untuk berendam. Yang satu lagi ada pancurannya buat kita mandi). Darmo menjelaskan seperti seorang guide.
Sepanjang menyusuri gang tadi Nicky tidak terlalu banyak bicara. Dia terlihat menikmati suasana dingin dan lingkungan Ciengang, karena pandangannya selalu menoleh kesana kemari mengamati rumah-rumah yang kita lewati. Sebagian rumah itu ada yang disewakan kamarnya, karena didepan pintunya ada tulisan “Masih ada kamar kosong”, atau “Kamar penuh”.
“Jadi kita kemana dulu nih?” tanyaku pada Darmo.
“Ngeueum heula wae A, supados raos, tapi caina teh langkung panas ti tempat nu sanes. Janten teu kedah asa-asa pami bade ngeueum, langsung we dilelepkeun.” (Kita berendam dulu A, supaya enak. Tapi air disini lebih panas dari tempat lain, jadi jangan ragu-ragu kalau mau berendam, langsung nyebur aja), maksudnya kalau ragu-ragu malah jadi ga berani masuk, karena airnya lebih panas.
Lalu kami masuk ke tempat berendam. Aku terkejut begitu melihat suasana di dalam. Aku ga menyangka sama sekali, karena sebagian besar laki2 yang ada disana dalam keadaan full naked. Sedikit saja yang masih memakai celana pendek. Ada yang duduk di pinggir kolam sambil merendam kakinya saja, ada juga yang berendam sampai leher atau pinggang. Kolamnya tidak terlalu besar, perkiraanku mungkin 6X6 meter persegi atau lebih kecil. Di salah satu sisi kolam terlihat ada laki2 masih muda berbaring telanjang dan telentang sedang dipijat oleh seorang laki-laki yang sudah tua. Pikirku, ada juga jacuzzi di Indonesia ini, kirain cuman di Jepang aja. Aku saling berpandangan dengan Nicky, yang juga terlihat agak terkejut melihat pemandangan itu.
Darmo dengan tidak ragu-ragu melepas seluruh pakaiannya tanpa kecuali dan langsung berendam di dalam bak. It was first time for me to see him naked. Darmo sebenarnya asli Kulonprogo Jogjakarta. Tapi sejak usia belasan tahun diambil oleh tante di Sukabumi, jadi bahasa sundanya sangat bagus. Usianya sekitar 35 tahun, sudah menikah dan punya anak dua. Tubuhnya kekar, karena terbiasa bekerja keras. Kulitnya kuning langsat.
“Ayo, A.” Kata Darmo, melihat kami masih bengong.
“Gimana A, kita bugil juga nih?” Nicky berbisik di telingaku sambil nyengir.
“Terserah…….., bugil aja kalo kamu ga malu.” kataku sambil tertawa. Padahal sebenernya aku ga rela kalo Nicky telanjang bulat di depan umum seperti ini, dan takut juga ga bisa mengendalikan diri kalau lihat dia telanjang. Bikin malu aja kalau aku sampai sange di depan umum. Aku langsung membuka pakaianku, tapi masih menyisakan celana dalam. Setelah itu langsung berendam di dalam bak, mengikuti saran Marjo. Nicky mengikuti apa yang aku lakukan, kept his underwear. Airnya jauh lebih panas daripada di penginapan, dan bau belerangnya masih terasa. Mungkin karena langsung dari gunung.
Setelah sekitar setengah jam berendam, kami pindah ke ruangan satunya lagi yang ada pancurannya. Ruangannya lebih kecil daripada yang tadi. Di dinding tersedia sekitar delapan buah pancuran. Semuanya sudah terisi orang yang mandi. Berbagai warna kulit kulihat di dalam ruangan itu, karena kulihat ada juga orang dari daerah Indonesia Timur, ada chinese, bahkan ada satu bule di pancuran paling sudut. Mereka mandi dengan berbagai gaya, ada yang duduk menghadap ke pancuran, si chinese berjongkok membelakangi pancuran, maksudnya supaya punggungnya kena tersiram air, sementara si bule berdiri bolak balik. Mereka terlihat asyik dengan aktivitasnya masing-masing, kayaknya ga peduli dengan situasi sekitar yang menurutku agak ganjil. Usia mereka bervariasi, ada yang sudah uzur dan ada juga yang masih abg dengan Mr. P-nya yang memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda. Aku menikmati pemandangan gratis itu seperti karya seni yang eksotik dan unik.
Hawa dingin pagi hari dengan pori-pori kulit masih yang terbuka karena habis berendam di bak sebelah membuat kami menggigil, menunggu giliran untuk bisa mandi di pancuran.
udah diedit tuh.
maksud gw pake bahasa sunda supaya terlihat keaslian cerita dan suasananya.
thanx kritikannya. sory kalo udah bikin lo ga nyaman bacanya.
tu masih ada...
baru ada translationnya dalam tanda kurung
beda 2tahun,gw 2003, hehe,,btw,anak TL emang mantep2 bang,,tp ada lho co TL'03 yg ganti kelamin di thailand jd cewe (gosip mode on:p )..
eh, abang IF yak,,buidih,,pinter donk boss, udah gt jago nulis,,,ajiib benerrr,,,boleh nih klo gw lulus, di rekomendasiin kerja di offshore kek abang,,hoho,,apa perlu gw kirim CV+Application Letter skrg nih? *tetep usaha:D
ayo ayo,,di lanjut bang,,,
untuk Tuhan, Bangsa dan Almamater
TL=teknik lingkungan?
IE= ? Ilmu farmasi?
ungkapan yang tepat!!
gw memang asli tercengang waktu ke ciengang.
bukan IPB..ITB om...iya kan say (hoho....)
IF=informatika...begitu bukan??
paladin..u jgn lama2 ah di jakartanya,gw ngejanda niiiihhhh...luv u!!
*punten sateuacana,ngiringan masang message pribados..hehe..nuhun kang![/img]
Tenang aja jack... ntar Paladin ane awasin biar dia gak macem2 di jakarta.... ente serahin aja sama ane.... :twisted: :twisted: