It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
yang bener lo, ga boong??
Lo Fakultas apa? FTI? FTSP? FTM? FMIPA?
Masa sih ada yang sampe ganti kelamin gitu? Gw baru denger.
Btw, gw baca di salah satu blog, di kampus kita sudah ada komunitas PLU. Berani juga mereka yah. Lo ikutan ga? Ato jangan2 lo pendirinya?
http://boulevarditb.blogspot.com/2007/06/i-am-gay.html
gw aja masih job training disini. ga mungkin lah bisa ngasih rekomen.
tapi kalo lo mo kirim CV+aplikasi, kirim aja ke gw. ntar gw pertimbangkan, apakah gw terima lamaran lo ato kaga.
wakakakak, aya aya wae.
wah nanti bakal ada my partner jantung hati ku versi dua euy huekekek
gimana ya say,,
@remi
lo kire gw barang,,ada serah terima segala,hehe
ya br taun kmrn ganti klaminny, katanya si dia bergen XXY ,,anak 3 bdg 2003 pasti kenal dia,,
mengenai komunitas PLU, yoa bang, ktnya pernah di bahas jd di majalah kampus, cm gw ga tau tuh, ga peduli jg bang,,,apa kita tukeran aja bang,,,abang bantuin gw masuk ke offshore, saya bantuin abang msk ke komunitas PLU itb??
btw, gw dr math bang,,,
ayo bang dilanjutttt____________
doakan saja,,,yg seneng kan kalian2 juga,,ada cerita gratisan,he
jdny diijinin ga nih ka??
wah rem,,,mpok fe udah mulai invasi tuh,,wkwkwk,,,gw ga ikutan ah
Aku terbangun dari tidurku sekitar jam sembilan pagi. Hawa yang sangat dingin di Cipanas membuatku beser, tak berhenti buang air kecil. Nicky tidak ada di kamar, sejak pulang dari Ciengang dia ikut Darmo berjalan kaki keliling area wisata Cipanas. Sementara aku pulang pamit ke kamar, tak tahan dengan rasa kantuk. Kurang tidur semalam ditambah lagi dengan badan yang fresh setelah berendam air hangat dan perut penuh terisi lontong plus sate kambing membuat mataku terasa berat.
Aku keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk terlilit di pinggangku. Sengaja kubuka seluruh pakaianku, maksudku mau sekalian salin karena sejak kemarin sore aku belum ganti pakaian. Udara dingin di Garut membuatku tidak keluar keringat, sehingga rasanya pakaianku tidak kotor, bisa dipakai beberapa kali. Hehehe..., jorok banget yah, tapi memang itu kebiasaanku kalau lagi di Bandung atau Garut, bisa ga mandi seharian, dan bisa ga ganti baju dua hari.
Tiba-tiba saja hujan lebat turun tanpa pemberitahuan. Masih dengan handuk terlilit di pinggang kusibak gorden biru bermotif ukiran batik garutan, mengintip ke halaman hotel yang langsung berhadapan dengan kamar. Langit tidak terlalu mendung. Kulihat mobil lalu lalang di jalan raya, dan beberapa orang berlari-lari sambil menutup kepala mereka sedapat mungkin menghindari terkena derasnya air hujan. Dimana Nicky ya?
Sementara aku termenung mengintip halaman hotel, tiba-tiba suara ketukan terdengar dari arah pintu. “A….! Aa…..! buka A!.” Suara bas Nicky terdengar seperti mendesak.
Aku membuka pintu yang terkunci dari dalam. Nicky masuk dengan tubuh yang basah kuyup dan nafas terengah-engah, rupanya dia habis berlari.
“Hujan lebat, A.” Katanya setelah masuk dan menutup pintu. Sementara air mengucur ke lantai dari kepala dan dari pakaiannya yang basah kuyup. Dia langsung saja membuka kaus dan celananya yang basah, berikut underwear. Menaruhnya semuanya diatas lantai. Aku diam saja berdiri di depannya sambil memperhatikan aksinya sampai dia bugil di depanku.
“Pinjem handuknya dong.” Katanya tiba-tiba. Dan tanpa persetujuanku dia tarik handuk yang melilit di pinggangku. Kontan saja aku langsung telanjang bulat. Secara refleks kedua tanganku menutup selangkanganku, sambil ngomel. “Eeeeh……, sembarangan lo….!!”
“Hahaha........alaaah, pake ditutup segala..” Nicky tertawa sambil mengejekku. Tangannya sibuk mengeringkan kepalanya dengan handuk.
“Tolong handuki punggungku.” Katanya kemudian sambil menyerahkan handuk kepadaku. Tadinya aku mau lilitkan kembali handukku ke pinggang, tapi melihat Nicky melepaskan seluruh pakaiannya, kubatalkan niatku itu. Biarlah, pikirku, kita sama-sama telanjang, sambil aku berusaha supaya tidak terbangun gairahku.
Tapi usaha itu ternyata sangat sulit bagiku. Siapa yang tahan melihat tubuh seksi yang putih mengkilap seperti itu. Sambil mengeringkan punggung Nicky, kurasakan si udin kecil bangun tanpa kompromi, segera saja kututup dengan tangan kiriku. Jadi ketika Nicky membalikkan tubuhnya menghadapku, meskipun tangan kiriku berusaha menutupnya dan dengan cepat tangan kanan membantu menutup dengan kain handuk, tetap saja dia sempat melihat perubahan itu.
“Haaa…., bangun nih A?” katanya sambil tertawa. Tanpa persetujuanku, dia langsung menarik handuk dan membuangnya ke lantai kemudian memegang milikku dan meremas-remasnya.
Aku memejamkan mataku karena terasa ada yang mengejang di dalam perutku ketika aku menarik nafas. Kemudian kupegang tangannya yang meremas kepunyaanku itu dengan tangan kiriku, maksudku untuk menyingkirkannya, tapi dia malah tertawa polos sambil mempertahankan posisi tangannya.
“Kurang ajar nih anak.” Pikirku. Aku mencoba mendorong tubuhnya dengan tangan kananku. Tapi masih sambil tertawa dia malah balik mendorong tubuhku. Karena tangan kiriku masih memegang tangannya, akhirnya kami sama-sama terhempas ke atas kasur yang ada di belakangku.
Aku juga ikut tertawa dan kami bergulat di atas kasur dalam keadaan bugil. Seperti anak kecil saja. Tangannya terus menerus berusaha memegang penisku, sementara aku terus berusaha menghindarinya. Setelah beberapa lama akhirnya aku menyerah, karena dia lebih kuat dariku. Aku telentang pasrah terengah-engah dengan tubuh Nicky yang berat berada di atas tubuhku. Wajahnya terlihat cerah, tersenyum penuh kemenangan. Tangannya kanannya menggenggam milikku dan meremasnya.
Aku memejamkan mataku sambil mendesah. Tiba-tiba saja mulutku tertutup oleh bibirnya yang dingin dan kurasakan ciuman yang ini lain daripada ciuman pertama di Bandung. Terasa lebih berani, dengan gerakan lidahnya yang menari-nari di dalam mulutku.
“Ntar dulu Nick.” Kataku sambil memegang kepalanya, menjauhkannya dari wajahku. Nafasku masih terengah-engah, begitu juga Nicky. Aku terdiam sejenak sambil menatap kedua matanya. Aku mencoba sekuat hati menahan gelombang hasrat yang melanda tubuhku, apalagi Nicky berada tepat diatas tubuhku dalam keadaan sama2 bugil.
Dengan jantung yang berdetak kencang, aku menarik nafas dalam-dalam. “Kenapa kamu melakukan ini?” tanyaku. Sejujurnya aku terhanyut dalam permainan itu, dan kalau mengikuti nafsuku, aku masih ingin melanjutkannya, dan bahasa tubuhku menunjukkan hal itu. Tetapi logikaku saat itu lebih mendominasi. Aku pikir inilah kesempatanku untuk menanyakan langsung kepadanya. THE FIRST STEP : Before reveal my heart, i have to know about his mind first.
“Memangnya kenapa? Aa ga suka?” dia malah balik bertanya, sepertinya merasa tidak enak, sambil turun dari tubuhku dan berbaring miring menghadapku.
“Bukan masalah suka atau ga suka Nick. Tapi apa kamu ga takut dibilang homo sama orang?” tanyaku lagi.
Nicky diam tidak menjawab, tapi pandangan matanya ke atas, sepertinya dia berfikir.
“Apa kamu pernah beginian sama orang lain? Laki-laki maksudku?” aku melanjutkan pertanyaanku, karena dia tidak segera menjawab pertanyaanku sebelumnya.
Dia menggelengkan kepalanya cepat, “Ngga pernah….. Aa yang pertama.” Jawabnya. Aku langsung percaya.
“Kalo sama cewek?” aku terus mendesak dengan pertanyaan lagi.
“Ngga pernah juga……. ngga berani.” Katanya lagi.
“Trus apa kamu ga takut dibilang homo sama orang?” kuulangi pertanyaan pertamaku yang belum terjawab tadi.
“Ah, biar aja………., yang jelas aku bukan homo, ……………, lagian kan orang juga ga tau…………… aku suka begini karena aku suka Aa, itu saja. Tapi kalo Aa ga suka, ya sudah aku juga gapapa kok.” Jawab Nicky dengan nada polos tanpa beban.
Ah, ada juga orang seperti ini, pikirku. Mengaku bukan gay, tapi mau melakukan bersama laki-laki yang dia sukai. Mungkinkah Nicky biseks, pikirku.
“Nanti kalo Aa sudah nikah, ya ga usah begini lagi, kan sudah ada istri. Moga aja kita nikahnya deketan waktunya, jadi aku juga ga lama kesepiannya kalo Aa nikah duluan.” Lanjutnya. Sebuah logika simpel yang aneh menurutku, seolah-olah baginya ini hanya persoalan sederhana, permainan iseng antara dua orang cowok yang ga punya pelampiasan.
“Tapi aku berharap Aa jangan terlalu cepet nikah, nanti-nantilah satu atau dua tahun lagi. Aku masih ingin sama-sama.” Katanya lagi sambil mengusap-usapkan tangannya di dadaku.
“Yeey…, kok jadi kamu yang ngatur sih. Terserah aku dong mau nikah besok atau sepuluh taun lagi.” Kataku dengan nada bercanda walaupun sesungguhnya saat itu perasaanku terasa gamang setelah mendengar jawabannya yang panjang itu. Beginilah resiko menjadi gay, tidak bisa terlalu berharap dengan ‘long term relationship’, harus siap kehilangan orang yang paling dicintai. Kutahan tangannya yang membelai dadaku, soalnya tindakannya itu bisa membuat aku ga tahan,
“Ah, aku ga mau pusing mikirin itu sekarang …….. bikin aku sedih aja………..yang penting kan kita sekarang sama-sama.” Kata Nicky sambil memelukku dan meletakkan kepalanya di dadaku. Masih banyak pertanyaan yang akan kuajukan, tapi melihat reaksinya aku jadi terdiam. Kemudian dia bangkit naik ke atas tubuhku.
“Aku suka ini.” Nicky duduk diatas kedua pahaku, tangannya menggelitik perutku. Kontan saja aku menggeliat geli. Kugulingkan badanku, sehingga aku yang sekarang duduk di atasnya. Kubalas perbuatannya dan kami kembali bergulat seperti tadi, sambil tertawa.
lanjut.... lanjut...
Bulan puasa sih.
Ga tega rasanya mau nulis yang lebih detail lagi. :oops: :oops:
Tapi kelanjutannya sudah bisa diduga kan?