BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

MY PARTNER - jantung hatiku ....

1568101146

Comments

  • blueriyo wrote:
    afkaristan wrote:
    vire_alert wrote:
    MASYA ALLAH!! Bunny!! jangan dikentangin begitu donk.....aduh loe tega banget dah ma gue!! :x
    dikentangin maksudna apa toh?
    dikentangin = dianggurin/ditelantarkan

    Dikentangin:Nanggung, gantung.. Gue bingung kata2nya. Setau gue kalo minum. Sadar gak mabuk gak. Kentang bget dh pokoknya
  • blue.bunny loe kedengeran kaya si Julian yg dibunuh remy itu tuh, lol
  • wah curiga udah mo tamat neeh ceritanya :roll:
    afkaristan wrote:
    segitu aja..?

    kekna sih gak
    tempra wrote:
    enggal atuh lanjutannya...teu sabar yeuh

    Masih ada lanjutannya, kok.

    Jujur aja, sulit banget, membalikkan gaya berbahasa dari bahasa pekerjaan ke bahasa sastra. Seharian kerja berhadapan dengan mesin, angka, rumus, kabel dan data, semuanya serba logika. Trus harus menulis cerita yang musti seratus persen melibatkan perasaan. ga gampang bagi gw. Mungkin otak kanan gw yang kurang nutrisi.

    makanya gw kagum sama bang Remy yang bisa menulis dengan gaya cuek tapi deskriptif. terasa segar dan menghibur.
  • vire_alert wrote:
    MASYA ALLAH!! Bunny!! jangan dikentangin begitu donk.....aduh loe tega banget dah ma gue!! :x

    Sop tuh yang dikentangin
    opor juga enak kalo dikentangin
    apalagi sambel goreng kentang, pasti aneh kalo ga dikentangin.
    tapi yang paling enak dikentangin, ya siomay bandung.

    hmmmmmm, jadi laper nih pengen makan siomay. hehehe

    Teteh Vire, bukannya gw tega mau ngentangin lo. tapi gimana ya, ada yang lebih bening sih disana. :lol:
  • kangataz wrote:
    blue.bunny loe kedengeran kaya si Julian yg dibunuh remy itu tuh, lol

    iya nih, heran gw juga. :?:
  • Terus?
  • bunny.blue wrote:
    vire_alert wrote:
    MASYA ALLAH!! Bunny!! jangan dikentangin begitu donk.....aduh loe tega banget dah ma gue!! :x

    Sop tuh yang dikentangin
    opor juga enak kalo dikentangin
    apalagi sambel goreng kentang, pasti aneh kalo ga dikentangin.
    tapi yang paling enak dikentangin, ya siomay bandung.

    hmmmmmm, jadi laper nih pengen makan siomay. hehehe

    Teteh Vire, bukannya gw tega mau ngentangin lo. tapi gimana ya, ada yang lebih bening sih disana. :lol:
    maksud gue bukan loe, tapi cerita loe itu bikin gue kentang!!
  • vire_alert wrote:
    bunny.blue wrote:
    vire_alert wrote:
    MASYA ALLAH!! Bunny!! jangan dikentangin begitu donk.....aduh loe tega banget dah ma gue!! :x

    Sop tuh yang dikentangin
    opor juga enak kalo dikentangin
    apalagi sambel goreng kentang, pasti aneh kalo ga dikentangin.
    tapi yang paling enak dikentangin, ya siomay bandung.

    hmmmmmm, jadi laper nih pengen makan siomay. hehehe

    Teteh Vire, bukannya gw tega mau ngentangin lo. tapi gimana ya, ada yang lebih bening sih disana. :lol:
    maksud gue bukan loe, tapi cerita loe itu bikin gue kentang!!

    wakakakakak :lol:
    :oops: merah muka gw.
  • Tak ada kata yang terucapkan dari mulut Nicky sedikitpun setelah ciuman yang menghanyutkan itu. Matanya terbuka penuh, dan bibirnya tersenyum samar. Oh......., what a beautiful he is. Dan aku tidak ingin momentum indah itu cepat berlalu. Kuelus bagian-bagian wajahnya dengan lembut. Jari-jariku bermain di dahinya, alisnya, kelopak matanya, hidungnya, pipinya dan bibirnya, seakan ingin merekam semua keindahan itu dan mentransfernya ke dalam memoriku yang paling dalam. Sementara itu pelukannya yang bertambah erat dengan kaki-kaki kami yang saling bertindihan menyebabkan bersentuhannya bagian kami yang paling sensitif. Sentuhan yang menyebabkan sensasi yang luar biasa, seperti mengalirnya listrik dengan voltase yang sangat tinggi.

    Aku tidak sanggup melukiskan dengan lengkap seperti apa indahnya malam itu, karena gelombang demi gelombang gairah seperti melanda kami setiap kali sentuhan dan gesekan terjadi di antara bagian-bagian tubuh kami. Respon spontan alami yang dia berikan kepadaku tidak bisa membohongiku, bahwa ternyata dia juga terhanyut dalam alunan gelombang yang dahsyat itu. Semua hasrat yang selama ini kuendapkan di dasar hatiku, terasa seperti terlepas keluar tanpa sedikitpun yang menghalangi. Tidak cukup kalau hanya dengan selembar kertas untuk bisa mendeskripsikan semua keindahan yang kurasakan pada malam itu. Terbatasnya perbendaharaan kata yang kumiliki mungkin akan membuat gambaran yang sempit jika dibandingkan dengan kenikmatan yang kurasakan sebenarnya. Jika aku melukiskannya dengan merinci setiap kegiatan yang kami lakukan, akan terkesan vulgar dan menghilangkan kesan indah luar biasa yang sesungguhnya.

    Di sela-sela kegairahan itu aku sempat berfikir, beginikah mungkin yang dirasakan oleh sepasang pengantin baru yang memadu kasih di malam pertama? Sama-sama belum punya pengalaman, sehingga setiap detik seakan mendapatkan kejutan-kejutan baru dengan merasakan sensasi yang tiada tara. Hal yang selama ini tidak pernah berani aku memimpikannya – mengingat keadaanku.

    Akhirnya aku seperti terhempas dalam sebuah pantai yang indah dan sejuk, dengan angin semilir menghembus dan menembus kedalam semua pori-pori di seluruh tubuhku. Terasa lelah tetapi lapang. Ingin rasanya kusampaikan kepada seisi dunia kenikmatan luar biasa yang baru saja aku alami. Aku melihat Nicky telentang menatap ke atas dengan pandangan menerawang dan dada yang naik turun agak cepat menunjukkan nafasnya yang masih terengah-engah. Ketika aku menatapnya, iapun menoleh tersenyum. Tak ada kata terucap, tapi tatapan mata kami seolah menembus ke dalam lubuk hati kami masing-masing. Kubalas senyumannya dan kukatakan : “Thanks.............., let’s sleep.”

    Dia meraih tangan kananku sambil membalikkan tubuh telanjangnya membelakangiku. Tanganku dirapatkan didadanya yang telanjang, sehingga aku berada dalam posisi memeluknya dari belakang. Tak terasa air mataku menetes, tidak kuasa menahan rasa bahagia yang meluap.


    Aku terbangun dini hari itu, seperti kebiasaanku pada malam2 sebelumnya.

    Setelah selesai melepas hajatku di kamar mandi yang memang tersedia di dalam kamar, kukenakan pakaian tidur dan sweaterku, kuperiksa keadaan Nicky. Aku masih mengkhawatirkan kondisinya yang baru saja sembuh dari sakit. Tapi sepertinya tidak ada masalah dengannya, karena nampaknya dia tidur nyenyak dengan selimut tebal menyelubunginya tubuhnya sampai ke leher. Dia tidur dengan posisi miring sambil memeluk guling, tarikan nafasnya terdengar panjang dan teratur.

    Aku yakin bahwa Nicky menikmati permainan yang baru kami lakukan beberapa jam yang lalu. Tapi yang masih menjadi pertanyaan bagiku adalah, bagaimana sesungguhnya perasaan dia kepadaku? Aku sama sekali tidak bisa memastikannya, karena tidak ada satu patah katapun terucap dari bibirnya. Selama permainan itu berlangsung, yang aku dengar dari mulutnya hanyalah suara desahan dan erangan yang menunjukkan kegairahan, tidak lebih dari itu. Padahal dari mulutku beberapa kali aku menyebut namanya tanpa sadar.

    Apakah dia mengetahui kalau aku mencintainya? Kupastikan iya tahu tentang itu. Trus apakah dia juga memiliki perasaan yang sama denganku? Atau dia melakukan permainan itu hanya berdasarkan pada kepuasan badaniah saja? Ingin sekali kubangunkan Nicky saat itu juga dan langsung kuajukan pertanyaan2 itu kepadanya.

    Tapi keinginan itu kemudian hilang, karena tiba-tiba aku berfikir, ahh, masa bodo teuing, yang penting mah, aku telah melepaskan hasratku yang selama ini terpendam di dalam hatiku. Setidaknya dia sudah bisa meraba seperti apa perasaanku selama ini kepadanya.


    Duduk di kursi beranda kamar, tampak jelas cahaya lampu gedung BNI Viaduct yang lebih tinggi dari bangunan di sekitarnya. Suara gemericik air sungai Cikapundung terdengar sambung menyambung tiada henti. Kuhirup dinginnya udara Bandung dini hari dan kutengadahkan wajahku menatap langit dengan bintang-bintangnya yang nampaknya seperti dekat. Pada saat seperti itu biasanya aku merasakan kedekatan diriku dengan Tuhan.

    Teringat akan Tuhan, kurasakan hati kecilku seperti memberontak, memaksa aku untuk mengakui bahwa aku telah melakukan dua buah kesalahan. Kesalahan pertama, karena jelas Tuhan tidak menyukai apa yang telah aku lakukan. Kesalahan kedua, adalah karena aku telah menjerumuskan Nicky pada dunia yang salah.

    Aku termenung dengan pemikiran itu, lama sekali.
    Kuambil dan kubuka laptopku yang memang sengaja kubawa di dalam koperku. Aku mulai mengetik :

    Tuhanku,
    Aku tahu bahwa aku telah melakukan kesalahan malam ini
    Dan aku tahu bahwa Engkau tidak menyukainya.
    Tetapi aku merasakan keindahan yang luar biasa pada kesalahan itu.
    Dan aku tidak tahu, adakah yang lebih indah dari itu?

    Jika Engkau tanyakan kepadaku apakah aku merasa bersalah dan menyesal?
    Maka jawabnya adalah, ya, aku merasa bersalah dan menyesal.
    Tapi penyesalanku berujung pada sebuah pertanyaan.
    Kapankah aku bisa merasakan keindahan seperti ini tanpa ada perasaan bersalah dan penyesalan?

    Seperti yang selalu kutanyakan kepada-Mu, ya Tuhanku.
    Tidak bolehkah aku merasakan keindahan yang seperti ini dengan lapang?
    Seperti keindahan yang telah Engkau berikan kepada Adam ketika Engkau menciptakan Hawa untuknya.
    Seperti keindahan yang telah Engkau berikan kepada berjuta2 pasangan di dunia ini.

    Kenapa dari sekian juta manusia yang kau ciptakan hanya aku yang tidak boleh merasakan keindahan itu?
    Kenapa? Kenapa? Kenapa?
    Betapa inginnya aku mengetahui rahasia-Mu dibalik semua ini.
    Tunjukkan padaku rahasia-Mu itu ya Tuhanku.


    Sengaja aku kutip tulisan ini, sebab sampai sekarang dialog semacam itu selalu terjadi di dalam hatiku. Aku tidak ingin membohongi hati kecilku sendiri, bahwa aku merasa nyaman seratus persen dengan kesalahan-kesalahan yang aku lakukan seperti malam ini. Tidak, sama sekali tidak. Selalu ada penyesalan yang mengakhiri kenikmatan sesaat yang aku dapatkan. Tapi aku masih memiliki harapan. Harapanku adalah Tuhan mau memaafkanku dan memberi jalan kepadaku untuk menjadi yang terbaik bagi-Nya.


    “Mau makan apa?” tanyaku pada Nicky. Dari tadi kepalanya menoleh kesana kemari mengamati ramainya lapang Gasibu di pagi hari. Kebetulan hari itu hari Minggu, jadi lapangan Gasibu berubah seperti pasar pagi, penuh dengan lapak-lapak dan rombong-rombong penjual mingguan, mencoba menjaring calon pembeli dari sekian banyak warga Bandung yang memenuhi lapang Gasibu. Sengaja kuajak Nicky jalan kaki ke Gasibu, menikmati udara pagi kota Bandung, sambil sekalian melatih kakinya.

    “Sama dengan kamu aja, bubur ayam.” Katanya sambil tidak berhenti menoleh kiri kanan.
    “Minumnya?”
    “Hmm.. soda susu, ada ga?” Sudah kuperkirakan permintaannya itu, karena setiap makan di warung, pasti yang diminumnya adalah soda susu pake es, ga pernah yang lain. Kalau ga ada soda susu, maka dia akan minta pindah ke warung lain atau minum air putih saja.

    “Nick, kamu tau ga, kenapa susu soda harus pake es?” tanyaku menggoda dia. Aku jadi ingat si Onal di extravaganza pernah melontarkan pertanyaan ini ke si Aming.
    Dia berfikir serius mendengar pertanyaanku itu, lalu katanya : “Ya, harus lah. Karena kalau ga pake es .....bla...bla...bla.........”. Nicky menjelaskan panjang lebar dengan teori es susu sodanya. Aku pasang muka serius mendengar penjelasannya, dan setelah selesai dia berbicara, maka dengan santai aku berkomentar :”Salah!!”
    “Jadi menurut kamu kenapa?”
    “Karena.................. kalau ga pake ‘s’ jadinya bukan susu soda, tapi u-u oda”. Jawabku sambil tertawa ngakak.
    “Sialan lu, aku dikerjain.” Katanya dengan semu merah di wajahnya.
    “Abis, dari tadi kamu tuh toleh sana toleh sini, ketauan banget kalau bukan orang sini.”
    “Eh, Di, kamu sering ke sini ya?” tanyanya.
    “Ya, biasanya sih janjian sama teman kuliah dulu. Biasalah..... sambil cuci mata lihat yang bening-bening disini.” Kataku sambil tertawa.
    “Tapi yang kucari yang beningnya seperti kamu.” Aku melanjutkan sambil berbisik di telinganya.
    Nicky memukul bahuku pelan, wajahnya seperti tersipu-sipu, sambil melirik cepat ke kanan dan kiri, takut ada yang dengar rupanya.


    “Andi!!!.......... Andi ya?” suara itu seperti aku kenal, dan mengagetkanku sebab bahuku digoncang-goncang dari belakang. Hampir saja bubur yang mau aku suapkan tertumpah kalau tidak segera kuletakkan kembali di mangkok. Kutolehkan wajahku ke samping dan nampaklah wajah yang sangat familiar.

    “Atin!” kataku sambil berdiri menghadapnya, “Kok, disini? Sama siapa?” Kuedarkan pandanganku ke sekitar, tapi aku tidak melihat seorangpun yang kukenal.

    Atin memelukku erat sekali. Dan dengan tidak sungkan langsung mencium pipiku kiri dan kanan. Aku serba salah, tapi kubiarkan saja dia melakukan itu.

    “Tega kamu ya, setahun ga pernah ngasih kabar. Aku ke rumah nenekmu, tapi dia bilang ga tahu nomor hape kamu yang baru. Sampe putus asa aku nyari info tentang kamu kemana-mana, sebel….sebel…., kamu tuh ya, jahat banget sama aku…….. Sudah berapa hari sih disini? Kok ga ngasih kabar ke aku? Untung mamih ngajak aku ke Gasibu, kalau ngga, ngga bakalan deh aku bisa ketemu sama kamu.” Sementara dia berbicara nyerocos begitu, tangannya masih merangkul pinggangku dan kepalanya disandarkan di dadaku.

    “Sssst, Tin, malu tuh dilihatin orang-orang.” Kataku perlahan sambil berusaha melepas pelukannya, karena kulihat beberapa orang berhenti beraktifitas menonton tingkah Atin yang sangat ekspresif dan tidak malu2 memelukku. Sekilas kudapatkan pandangan iri dari beberapa orang lelaki. Memang, siapa sih yang tidak iri melihat aku dicium dan dipeluk erat oleh seorang wanita secantik Atin.

    “Biarin! Abis kamu jahat banget, sih. Kangen tau!” katanya cuek, tangannya malah tambah erat memeluk pinggangku. Aku hafal betul wataknya yang cuek, manja dan keras kepala itu.

    “Eh, duduk dulu, Tin.” Akhirnya kupaksa dia melepaskan pelukannya, dan berhasil. “Sini kuperkenalkan dulu sama………….. eh, kemana dia?” aku celingukan mencari Nicky, sebab kulihat tempat duduknya sudah kosong, tinggal mangkok buburnya yang sudah bersih dan es susu sodanya yang belum diminum habis.
    “Siapa, Di? Cewekmu, ya?” katanya dengan nada menyelidik.
    “Bukan, Tin, temenku tuh cowok? Kemana dia ya? Tadi duduk di sebelah aku.”
  • duh...aya tokoh pengacau...
    jadi ingat waktu saiah lagi jalan bareng BF gw tau2 ada mahluk pengacau yg mirip sprti si Atin itu kelakuannya...
  • jah...

    bersambung lagi...

    cerita lo bikin gw iri hati.... :evil: napa tuh si Nicky...??
  • Nicky cemburu?
  • Ane tuh bayangin si Nicky, mukanya kek Nicky Westlife... :oops:
    (Uh.. ngefans banget dulu ane ma dia.....)

    lhoh, katanya si Nicky tuh sosoknya kayak Nicky Tirta?
  • B3t3ngboy wrote:
    Ane tuh bayangin si Nicky, mukanya kek Nicky Westlife... :oops:
    (Uh.. ngefans banget dulu ane ma dia.....)

    lhoh, katanya si Nicky tuh sosoknya kayak Nicky Tirta?

    Itu kan khayalannya Bang Remy. Terserah dia dong mau ngebayangin Nicky kek siapa.

    Kalo lo mau bayangin Nicky kek Aming juga boleh. :lol: tapi keknya ga mungkin ya?

    Memang Nicky tuh sepintas kayak Nicky Tirta, tapi ga mirip2 amat. Nicky gw lebih cool, lebih tinggi, putihnya kurang lebih lah, suaranya sama ngebas gitu. Wajahnya serius, jarang senyum. Tapi sekali dia senyum, lumer deh hati gw.
  • bunny.blue wrote:
    B3t3ngboy wrote:
    Ane tuh bayangin si Nicky, mukanya kek Nicky Westlife... :oops:
    (Uh.. ngefans banget dulu ane ma dia.....)

    lhoh, katanya si Nicky tuh sosoknya kayak Nicky Tirta?

    Itu kan khayalannya Bang Remy. Terserah dia dong mau ngebayangin Nicky kek siapa.

    Kalo lo mau bayangin Nicky kek Aming juga boleh. :lol: tapi keknya ga mungkin ya?

    Memang Nicky tuh sepintas kayak Nicky Tirta, tapi ga mirip2 amat. Nicky gw lebih cool, lebih tinggi, putihnya kurang lebih lah, suaranya sama ngebas gitu. Wajahnya serius, jarang senyum. Tapi sekali dia senyum, lumer deh hati gw.

    kalo Nicky Tirta yg asli sih lebih 'cantik' daripada 'cool'
    dia juga murah senyum, malah sepanjang ingatanku dia tersenyum terus
    tapi aku bs ngebayangin bagaimana senyuman Nicky bs membuat lumer

    coo cwiiittt :oops:
Sign In or Register to comment.