It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
yupz!
tunjukkan dengan prestasimu!
apa yang bisa kau berikan bagi negara ini
bukan apa yang negara bisa berikan bagi dirimu!
8)
hmmmm
OOT dikit
sebenere, yg takut ama gay yg open tuh, ya gay yg discreet, yg str8? ga, saam sekali ga.
gw udah buktiin. semua temen kantor gw, oke2 aja dg ke gayan gw. tapi, temen2 gay yg baru2 gw kenal, langsung gemetar pas tau klo temen2 kantor gw tau klo gw gay. so?
jadi gay itu kaadng2 serba susah
mo open, di bilang cari sensasi
mo discreet, di bilang munafik.
so?
hey thx for respon
tapi takut disini yg gw maksud adalah
perasaan ngeri mereka
coz u know gay itu melawan kodrat
dan parahnya gay itu gak keliatan wujudnya
alias masih berbentuk laki-laki
mereka jauh lebih enjoy ketika bersma org yg berwujud (maaf) waria
karena udah keliatan banget bentuk dan wujudnya
nah kalo mereka bersama gay open berwujud manly cowok
they feel so uncomfortable
ini di Indonesia loh ya
bukan di Amrik
8)
hmmmm
itulah resikonya klo hidp dalm demokrasi, apalagi dmeokrasi yang berdasarkan suara tbanyak. mau ga mau, yg paling banyak yang menang.
klo emang dukung demokrasi, mau ga mau ya harus nerima.
lha wong masyarakat banyak maunay gitu.
kadangkla, demokrasi bagaikan pisau bermata 2
hehehe,
gw tau ini indonesia, bukan marik
tapi, kedewasaan masyarakat indonesia sekarang udah di level 8 dari 10 ( kaat dahlan iskan)
so, mereka tau kok, meskipun kita gay, kita ga ML dg semua lelaki.
tapi, harus di inget, bahwa mereka juga ga suka di "ganggu"
sepoperti umumnya mnusia, mereka akan menghormati orang yang menghormati mereka.
sejauh ini, gw oke2 saja. gw yakin, begitu juga ma temen2 yg uda come out.
yg ngerasa takut, kembali lagi, mnurut gw, gay yg masi discreet. tapi itu juga masi bisa di mengerti kok
Tetapi yakini sebagai sebuah hal yang positif aja keberadaan UU tidak selamanya dapat digunakan sebagai senjata yang ampuh...karena apa resistensi dari lingkungan sosial adan mengurangi efektifitas dari UU itu sendiri...
Masalah Demokrasi,sangat sulit di lihat bentuknya...apakah kubus...bulat atau segitiga...karena semua orang semua negara bicara DEMOKRASI...dengan perspektif yang berbeda...dikalangan Ahli Hukum Tata Negara aja kadang bingung mana arti demokrasi yang sebenarnya dapat dijadikan pegangan...
Tapi sekarang ini faktanya adalah ada RUU ini, yang akan mengancam kehidupan gay mau dia open maupun tidak.
Sekarang kita masih ada kesempatan untuk menolak RUU tersebut. Disini lah saya minta teman - teman untuk ikut terlibat dalam bentu apapun.
Salam
Toyo
sebaiknya kita pahami dulu duduk perkara secara jelas dan tidak parsial,banyak hal yang seharusnya dapat dibicarakan lebih mendetail sebelum mengambil tindakan yang lebih agresif...
saya tidak bermaksud menghalangi niatan-nya tetapi sekedar saran yang saya telah kemukakan diawal ada tindakan yang sifatnya lebih halus untuk dilakukan...jangan samapi seperti"menepuk air didalam Gantang terciprat muka sendiri..."akan membuat pandangan yang nantinya lebih tidak baik lagi pada kaum kita...
Saya sudah katakan diawal bahwa kalau mau tahu soal RUU ini saya bisa kirim via email
Sampai sekarang baru dua orang yang minta dari gresik dan medan.
Saya paham bahwa kita memang harus hati - hati.. Bolak - balik saya katakan bahwa saya tidak akan teriak soal homoseksual.
Advokasi ini akan menggunakan media masyarakat adat sebagai bahan advokasi nya.
Jadi soal gay hanya ikutan saja dan tidak perlu ditampilkan. Mungkin bahkan untuk aksi juga teman - teman waria tidak terlibat, ini untuk strategy yang baik.
Saya bukan mau tidak mau menerima masukan teman - teman. tapi kita tidak bisa debat terus tanpa melakukan apapun.
Misalnya teman - teman LSM perempuan tanggal 30 dan tanggal 1 Juli akan mendatangi DPR dan DPD. kemudian sekalian buat dialog publik.
Ini semua proses sobat, pertanyaan saya adalah apa yang bisa kita bantu untuk teman - teman LSM yang akan melakukan advokasi RUU itu. Itu saja...
Jangan sampai kita asik debat saja RUU teru jalan dan kita tidak melakukan ataupun bantuan kepada teman - teman.
Kita akan dijadikan orang yang tidak tahu diri nantinya.
Misalnya saya mau kongkret saja, misalnya jika teman - teman LSM perempuan mau aksi tolak ini. Trus saya bisa katakan bahwa ada teman - teman gay yang ikut aksi. Atau ada dana bantuan dari komunitas gay..
Itu loh maksud saya, bukan saya menolak diskusi,. Tapi ini butuh gerak cepat teman - teman.
Salam
Toyo
masa sih?? engga semua ah 8) 8) 8)
Tapi saya akui bahwa saya juga bingung dengan arah bicara saudara Toyo soal RUU ini. Pertama anda sangat fokus dengan substansi anti-homoseksual dlm RUU ini sehingga sampai membicarakan sebuah rencana 'tutup salon' segala. Tapi akhirnya anda bicara bahwa anda tidak akan teriak soal homoseksual. Ke mana sebenarnya arah untuk diperjuangkan? Ini yang perlu untuk dirumuskan. Sebab saya berpikir bahwa para penyusun RUU Pornografi ini jelas pasti punya rumusan agenda dan plot yang matang. Kita berjuang di sisi seberang, seharusnya kita juga mantap dengan apa yang kita perjuangkan.
Kalau rumusan kita adalah perjuangan kebebasan berorientasi seks, jelas kita akan salah sasaran kalau memakai RUU Pornografi ini sebagai momentum untuk melawan. Karena menurut saya RUU ini jelas tidak secara signifikan mengkriminalkan orientasi homoseksual.
Menurut saya, yang paling rawan untuk berbenturan dengan RUU ini adalah aspek seni budaya masyarakat. Di Indonesia hidup ritual suku Bissu, Ludruk dan Gemblak (yang sarat nilai homoseksual) yang mana telah menjadi sebuah budaya yang transparan di beberapa daerah, bahkan di keraton2 di Jawa setahu saya kaum wadam sangat dihormati dan ditafsir dengan nilai mistik yang tinggi. Dunia entertain seperti modeling dan perfilman pasti juga tak akan berharap eksplorasi aspek seksualitas menjadi sangat dibatasi.
RUU Pornografi yang melarang pe-media-an hal2 yang bersinggungan dengan aspek seksual (baik hetero maupun homo), lebih bersinggungan terhadap budaya, bukan orientasi seksual yang secara privasif. Jadi, menurut saya perjuangan untuk melawan RUU ini adalah perjuangan budaya. Bukan perjuangan kebebasan berorientasi seksual.
Saya setuju agar RUU ini dilawan. Bukan karena saya seorang gay, tapi karena RUU ini saya yakin akan bermuara pada Islamisasi hukum dan budaya di Indonesia (mengingat siapa penggagas dan pendukung RUU ini). Dan bagi saya itu akan menjadi kiamat bagi pluralitas Indonesia.
Selamat berjuang. Saya akan ikut berjuang, dengan apa yang saya bisa meski sekedar berdebat dengan orang di sekeliling saya dengan harapan mereka lebih bisa melihat dengan jelas bahwa pita "Bhineka Tunggal Ika" tidak dibentangkan oleh burung Buraq. Tapi dibentangkan oleh burung Garuda, elang Jawa. Pluralitas, seperti warna pelangi, itulah Indonesia.