BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Semua Tentang Kita

11112141617

Comments

  • Tiba dirumahku, Kak Ardit langsung pamit dan pulang. Aku kemudian melangkahkan kakiku, membuka gerbang dan masuk ke rumah. Disana ada sepasang sepatu yang entah milik siapa. Aku masuk ke rumah dan ternyata disana ada Arsya. Entah sejak kapan dia ada dirumahku, namun dilihat dari pakaiannya dia masih memakai seragam sekolah dan ini sudah sore. Arsya tengah mengobrol dengan Bi Sekar, aku menghampiri mereka dan duduk diantara mereka.
    “Yang lainnya kemana, Bi?”
    “Si Om dan Tante ke supermarket dari tadi siang ngajak si Teteh sama adik kamu, tapi sampai sekarang belum pulang. Kalau si Mamah sama si Bapak ada di ruang Tv lagi nonton Tv” Ucap Bibi ku, di keluarga ini emang semua manggil Om dan Tanteku dengan sebutan yang sama, padahal harusnya itu sebutan khusus buat keponakannya. Tapi dari dulu juga begitu, aku gak tahu. Sebutan teteh itu untuk Ibu aku.
    “Oh, kamu dari kapan disini, Sya?” tanyaku berbalik menghadap Arsya.
    “Sejak pulang sekolah.Tadi dijalan aku lihat bibi kamu sedang jalan kaki, ya aku putusin buat nganterin bibi kamu pulang” Jawab Arsya
    “Oh,, Kok kamu bisa tahu sama bibi aku?” Tanyaku yang setahu aku, aku belum pernah kenalin Asrya ke bibiku.
    “Sekolah dia sama sekolah kitakan deketan, Al. Lagipula bibi kamu sering mampir ke warung mamahku, dan dia sempet nitipin kamu ke aku” ucap Arsya. aku menoleh ke arah bibi tanda meminta penjelasan.
    “Gini lo, Al. Bibi kan sering tuh nongkrong di warcin (baca:Warung Cinta) nah terus bibi lihat Arsya ini pake seragam sama atributnya sama kamu, ya bibi ajak kenalan dan nitipin kamu ke dia. Karena bibi tahu kamu suka dijailin teman-teman kamu, Kan. Terus si Candra gak bisa nganterin Bibi pulang karena dia ada urusan sama mamahnya. Katanya mamahnya lagi sakit dan mau nganterin mamahnya ke dokter. Pas bibi lagi jalan kaki buat pulang, eh Arsya dengan baik hati nganterin bibi pulang” Jelas Bibiku, Candra adalah nama pacar bibiku.
    “Terus kenapa kamu belum pulang, Sya?” tanyaku balik ke Arsya.
    “Aku nunggu kamu, ada yang ingin aku tanyain sama kamu” jelas Arsya.
    “Ya sudah kita ke kamarku, yu” ajakku ke Arsya dan dibalas anggukan kepala olehnya. Aku dan Arsya berdiri dan melangkahkan kaki masuk ke kamar meninggalkan bibiku yang baru saja mengangkat telpon dari pacarnya kayaknya. Tiba dikamar Arsya duduk di kasurku dan aku izin pergi ke kamar mandi dulu untuk bersih-bersih badan karena seluruh badanku sungguh sangat lengket. Aku menyuruh Arsya menunggu sebentar sambil membaca beberapa komik kepunyaanku.
    Tak butuh waktu lama untukku mandi dan aku sudah kembali ke kamar dan duduk bersebelahan dengan Arsya.aku lihat Arsya sedang menggambar sesuatu di sebuah kertas. Yang aku tahu Arsya memang paling jago kalau ngegambar, sama dengan Si Dadan juga dia jago kalau ngegambar terutama gambar anime jepang. Aku memperhatikan apayang digambar Arsya. Tangannya sungguh cekatan menorehkan garis-garis pada kertas hingga membentuk suatu gambar yang cukup indah. Dia melukiskan dua orang yang menghadap belakang sambil berangkulan satu sama lain, kayaknya dia menggambar dua orang lelaki. Entah siapa mereka, karena Arsya hanya menggambar bagian belakang mereka. Setelah selesai menggambar, Arsya menulis dua buah kata disana ada tulisan AKU dan KAMU. Entah siapa aku dan kamu itu, namun aku pikir Arsya menggambar dua orang sahabat yang amat dekat. Jadi aku simpulkan untuk sementara bahwa itu Arsya dan Dadan karena yang aku tahu Dadan adalah sahabat terdekat Arsya sejak SD dulu.
    Arsya menoleh ke arahku dan menyimpan semua peralatan gambarnya. Dia memberikan hasil gambar tangannya itu ke aku dan memintaku untuk menyimpannya. Aku menuruti permintaannya. Dan sebelum aku melanjutkan obrolanku sama Arsya, aku menyuruh Arsya untuk mandi terlebih dulu. Diapun menurut dan masuk ke kamar mandi. Aku menyiapkan pakaian untuk Asrya. Untung ada beberapa pakaianku yang memang agak kecil dan kayaknya pas dipakai Arsya. aku juga mengambil celana dalam baru di lemariku yang baru kemarin dibeliin tanteku.
  • Tak butuh waktu lama buat Arsya mandi dan kini dia hanya memakai handuk di bagian pinggangnya. Aku menyuruh Arsya untuk memakai pakaian yang aku siapkan dan diapun mengikuti perintahku dan memakai pakaian di depanku. Aku yang kikuk terutama saat Arsya hendak memakai celana dalam, itu artinya Arsya akan melepaskan handuk yang menutupi bagian terlarangnya. Aku kikuk dan memutuskan untuk berbalik dan membelakanginya pura-pura memperhatikan gambar yang dibuat Arsya tadi.
    “Aku sudah selesai berpakaian, Al” Ucap Arsya. Aku berbalik dan melihat kearahnya. Arsya terlihat tampan saat rambutnya basah gitu. Masih ada tetesan air di rambutnya, aku berdiri melangkah mendekatinya dan mengambil handuk di tangannya kemudian mengusap tetesan air di rambut dan wajahnya. Aku mengucek rambutnya dengan handuk itu. Arsya hanya diam mendapat perlakuan seperti itu. Aku menatap kedua matanya, dia terlihat sangat tampan seakan aku lupa bahwa aku punya seseorang yang sudah menjadi kekasihku. Arsya mendekatkan wajahnya kearahku dan perlahan namun pasti bibir itu semakin mendekat ke wajahku. Aku memejamkan mata dan merasakan benda kenyal itu menempel manis di keningku. Aku membuka mataku dan melihat Arsya menjauh dan duduk di tempatnya duduk tadi pas aku mandi. Aku yang sedikit spechless langsung tersadar dan menaruh handuk yang aku pegang ke tempatnya. Aku kemudian duduk disebelah Arsya dan menanyakan apa yang ingin Arsya bicarakan.
    “Aku minta maaf sama kamu, Al. Karena akhir-akhir ini aku jauhin kamu. Jujur aku sebenarnya sudah tahu perihal hubunganmu sama si Ardit. Awalnya aku sangat kecewa karena kenapa bisa-bisanya kamu jadian sama si Ardit yang notabene pernah jadiin kamu bahan taruhannya sama teman-temannya. Aku juga kecewa saat kamu yang dengan mudah menerima dia bahkan hanya dalam waktu yang sangat singkat. Pas kamu ditembak sama si Ardit aku sebenarnya sembunyi di dekat sana. Aku berharap kamu nolak dia saat itu, namun yang aku lihat kamu malah nerima dia. Makanya sejak saat itu aku jauhin kamu, selain kecewa, aku juga mau ngilangin rasa sayang aku sama kamu. Namun semakin aku berusaha melupakanmu semakin aku terus memikirkan kamu, Al.” Ucap Arsya panjang lebar yang membuat aku diam seketika. Arsya terlihat menghela nafas dan melanjutkan ucapannya. “Maaf kalau aku lancang karena sudah sayang sama kamu, tapi rasa ini bukan aku yang buat. Bukan aku yang rencanain, jika saja lelaki itu bukan kamu maka aku gak mau jadi seperti ini. aku sayang sama seseorang yang punya gender yang sama sama aku namun aku gak bisa berbuat apa-apa. Kamu mungkin merasakan apa yang aku rasakan. Tapi bedanya cinta kamu terbalas, tapi aku bertepuk sebelah tangan”Lanjutnya.
    “Sejak kapan kamu suka sama aku, Sya?”
    “Entah kapan rasa ini hadir. Namun aku baru sadar bahwa aku suka sama kamu pas kamu mulai deket sama si Ardit. Aku gak suka kamu deket-deket sama si Ardit, aku gak suka kamu perhatian sama dia dan aku gak suka saat liat dia sok perhatian sama kamu. Dan” belum sempat Arsya melanjutkan perkataannya ia terhenti seperti mengingat akan sesuatu. Aku menunggu apa yang akan dia katakan selanjutnya. “Maaf Al, aku gak seharusnya ngomong semua itu, aku gak bisa nahan semua perasaanku sendiri” lanjutnya
    “Gak apa-apa, Sya. Aku ngerti kok. Terima kasih karena kamu sudah mau menyayangiku, Sya. Tapi kamu sendiri tahu sekarang aku sudah punya seseorang”
    “Iya, Al. Aku kesini bukan untuk nembak kamu, kok. Aku hanya ingin menyampaikan perasaanku aja. Hanya itu”
    “Iya, Sya. Makasih ya”
    “Aku boleh minta sesuatu, Al”
    “Apa?”
    “Kamu mau kan buat tetap temenan sama aku”
    “Kita tetap berteman kok, Sya”
    “Berarti besok kita bisa istirahat bareng, kan?”
    “Kalau masalah itu, kamu ngomong sendiri sama Kak Ardit, ya”
    “Emang kenapa?”
    “Kak Ardit kayaknya cemburu sama kamu”
    “Masa sih dia sampe cemburu sama aku?”
    “Entahlah, yang jelas kalau masalah itu kamu tanya sendiri sama dia. Ya udah malem ini kamu makan disini aja, ya”
    “Iya”
  • yaaa... knp dikening sih? hahahaha
    lanjuut
  • Akhirnya @Yudhistira_putra Sekarang aku tw klo Arsya suka sama Al :wink: Hehehee.... Dan perasaanku semakin kuat bahwa cerita cinta Al akan sangat memarik kedepannya.... Semangat nulisnya brow... Ditunggu kelanjutannya :smiley:
  • cinta segitiga nih ...
  • @Aurora_69 pengennya dmna?

    @cowokkumal iaaa, jangan lupa share yaa

    @lulu_75 segi 5 gimana?? Hihihi
  • Pengennya siih di situ, tapii arsya nya gx beranii
    Hihihihi
  • Semalam Arsya pamit pulang pukul 10 malam. Aku pikir bahwa Arsya akan menginap di rumahku, namun ternyata dia malah pamit. Dan pagi ini seperti biasa Kak Ardit menjemputku untuk pergi kesekolah. Tak lama berdiam dirumahku aku dan Kak Ardit berangkat kesekolah.

    Tak perlu waktu lama untuk aku dan Kak Ardit tiba disekolah, di parkiran aku melihat beberapa siswa/i yang baru sampai dan diantaranya ada Arsya. Entah dia sedang apa, tapi aku kira dia sedang menunggu seseorang. Aku menatap ke Arsya dan setelah Kak Ardit menghentikan motornya, Arsya menihat kearahku dan tersenyum lalu menghampiriku dan Kak Ardit. Kak Ardit sempat menatapnya sinis. Aku turun dari motor diikuti Kak Ardit. aku melihat Kak Ardit tak henti-hentinya menatap tajam kearah Arsya.

    “Pagi, Al. Pagi, Dit” sapa Arsya ke kami berdua, aku membalas sapaannya namun Kak Ardit hanya melengos dan menggenggam tanganku kemudian pergi meninggalkan Arsya. Aku tersenyum malu ke Arsya, terlihat Arsya yang membalas senyumanku, aku kira dia paham dengan sikap Kak Ardit. Aku bisa bernafas lega.

    Sepanjang perjalanan ke kelas, aku dan Kak Ardit tak mengeluarkan suara apapun, tangan Kak Arditpun tak kunjung lepas dari tanganku. Aku tak mau protes, karena aku yakin nantinya aku yang akan kalah berdebat sama dia.

    Sampai di depan kelasku, Kak Ardit baru melepaskan genggaman tangannya dan pergi meninggalkanku, aku hanya menggelengkan kepala. Aku yakin kalau Kak Ardit cemburu karena tadi aku membalas sapaan Arsya. Aku masuk ke kelasku yang didalamnya sudah banyak orang. Seperti biasa pas aku masuk ke kelas, hampir semua mata tertuju padaku, terutama para penggemar Kak Ardit, mereka seakan tak rela kalau Kak Ardit dekat-dekat denganku. Pernah suatu ketika aku dikerjain sama para cewek-cewek fans nya Kak Ardit ngerjain aku dengan memasukan anak kucing kedalam tasku, entah dari mana mereka tahu kalau aku punya pobia sama kucing. Sontak saat itu aku menjerit dan melempar tasku sembarangan, aku naik ke meja belakang dan meminta tolong orang-orang dikelas untuk mengeluarkan kucing itu namun tak ada satupun yang menolongku, mereka malah menertawakanku. Namun untungnya saat itu Dadan datang dan menolongku, dia mengeluarkan anak kucing itu dan mengeluarkannya dari kelas. Aku sedikit lega karena kucing itu sudah gak ada di dalam tasku. Aku membersihkan tasku takutnya ada bulu-bulu anak kucing itu.

    Aku duduk di tempat biasa dan tak lama bel pertamapun berbunyi dan kelas dengan seketika hening, disusul dengan datangnya guru matematika.

    Selama mata pelajaran berlangsung, Arsya terus mencuri pandang ke arah ku. Selanjutnya dia malah berpindah tempat duduk kesampingku, beberapa orang melirik kearah kami, namun seperti biasa aku hanya mengabaikan mereka dan fokus ke guru yang menerangkan mata pelajaran yang paling aku sukai.

    Tak terasa bel istirahat berbunyi, dan guru matematika itupun mengakhiri pelajarannya dan langsung keluar kelas. Serentak beberapa siswa/i pun bergegas keluar. Aku diam di tempat dudukku menunggu Kak Ardit menjemputku. Aku melirik kesamping dimana Arsya berada. Arsya masih duduk ditempatnya, dan gak beranjak pergi. Tak lama Kak Ardit masuk ke kelasku dan memberiku isyarat untuk menghampirinya. Aku berdiri dan melangkah melewati Arsya. Arsya hanya menatapku tanpa bergeming. Aku menghampiri Kak Ardit dan dia malah pergi keluar kelas. Akupun mengikuti langkahnya, namun tak ada tanda-tanda dia mau ngomong. Sepanjang perjalanan aku dan Kak Ardit hanya saling diam. Aku menyerah dan menghentikan langkahku. Tersadar kalau aku berhenti mengikutinya, Kak Ardit yang sedah melangkah agak jauh dariku berhenti dan berbalik kemudian mendekatiku sambil menyilangkan tangannya di dada. Tatapan tajamnya membuat aku sedikit merinding, membuatku gugup seketika. Tapi aku gak mau kalah, aku pelototi dia balik akhirnya kita saling menatap dengan cukup lama. Sampai akhirnya seseorang datang menghampiri kami.
  • “Ooii kalian disini rupanya?” tanya orang itu yang ternyata Kak Dedi. Sontak aku dan Kak Ardit menatap kearah Kak Dedi, Kak Dedi cukup terkejut saat melihat tatapan horor nya Kak Ardit dan aku. “Kalian kenapa menatapku kayak gitu? Aku cuman mau ngasih tahu kalau makanan buat kalian sudah ada dari tadi tapi kalian gak nongol-nongol makanya aku kesini buat nyari kalian” lanjut Kak Dedi yang terdengar dari suaranya kalau dia lagi gugup. Mungkin dia ketakutan karena mendapat tatapan tajam dari Kak Ardit. “Ya sudah, kalian selesain masalah kalian dulu aja, aku pergi” ucap Kak Dedi dan langsung kabur menuju kantin.

    Aku dan Kak Ardit saling menatap kembali, seperti biasa Kak Ardit selalu tak mau mulai duluan. Akhirnya aku yang membuka suara pertama.

    “Kak Ardit kenapa sih dari tadi diemin aku mulu? Aku salah apa coba?” tanyaku yang memang bingung dengan sikap Kak Ardit hari ini.

    “Kamu masih tanya kesalahan kamu?” Ucap Kak Ardit nanya balik. Aku mencoba berfikir tentang kesalahan aku hari ini yang buat dia jadi diemin aku kayak gini. Apa mungkin karena Arsya? tapi masa sih?

    “Kak Ardit marah karena Arsya tadi pagi nyapa aku dan aku membalas sapaan dia?” tanyaku memastikan bahwa itu memang dianggapnya sebuah kesalahan.
    “Itu yang pertama” jawab Kak Ardit datar.

    “Yang pertama? Berarti ada yang lainnya?” tanyaku yang dibalas dengan anggukan kepalanya. Aku mencoba berfikir lagi kesalahan yang aku buat. Apa mungkin..

    “Karena Arsya duduk disampingku?”

    “Ada lagi”

    “Lagi??”

    “Iya, masih ada lagi yang terakhir. Tapi kamu boleh jelaskan dulu man minta maaf atas dua kesalahan kamu dulu”

    “Kesalahan pertama, aku menjawab sapaan Arsya karena Arsya menyapaku, dan kesalahan kedua Arsya duduk disampingku karena dia yang nyamperin aku, masa sih aku harus usir dia. tapi walaupun aku gak yakin kalau keduanya sebuah kesalahan aku mina maaf” jelasku ke Kak Ardit.

    “Lain kali kamu gak boleh balas sapaan si Arsya, dan kalau si Arsya duduk di sampingmu maka kamu wajib pindah. Ngerti?”

    “Iya ngerti” jawabku mengalah. Aku gak mau masalah sepele kayak gini jadi panjang kayak kemarin.

    “Masih ada kesalahan kamu satu lagi”

    “Apa?”

    “Kamu memelototi aku, maka dari semua kesalahan yang kamu buat hari ini, kamu harus dihukum”

    “APA??? Hukum????”

    “Iya, kamu akan aku hukum”

    “Tapi, Kak...”

    “Gak ada tapi-tapian, kamu harus mempertanggung jawabkan kesalahan yang kamu buat pada pacarmu ini. dan hukumannya adalah kamu harus ikut aku liburan minggu nanti” Ucap Kak Ardit. Aku hanya melongo, mencoba mencerna ucapan Kak Ardit, apa gak salah hukuman kok diajak liburan.

    Kalau hukumannya di ajak liburan, mending setiap hari aja aku bikin kesalahan. Ini entah Kak Ardit yang terlalubaik atau emang dia agak bodoh. Yang aku tahu hukuman itu menyakitkan, ini malah dikasih kenikmatan. Ah fine aku mah fine. Akupun menganggukan kepalaku seakan aku pasrah dengan hukuman yang akan aku dapatkan nanti.

    “Ya udah yuk ke kantin” ajak Kak Ardit menggenggam tanganku dan membawaku masuk ke kantin.

    Kita berdua jalan ke tempat yang biasa kita tempati, disana sudah ada Kak Dedi dan Kak Lukman jugaaa
    “Arsya? kok kamu bisa duduk disini?” tanyaku kemudian menoleh ke arah Kak Ardit, benar saja terpancar aura kemarahan di muka Kak Ardit.

    “Iya, Al. Aku boleh kan gabung bersama kalian?” tanya Arsya.

    “Aku sudah usir anak ini, Dit. Tapi anak ini malah gak mau pergi” Ucap Kak Dedi mencoba menjelaskan.

    Kak Ardit hanya diam, dan malah mau menyeretku pergi dari kantin. Aku hanya mengikuti dia. Aku gak nyangka segitu cemburunya Kak Ardit sama Arsya. Padahal Arsya kan gak mungkin ngerebut aku dari Kak Ardit. Lagipula perasaan aku ke Arsya sudah biasa aja. Tapi disisi lain aku senang berarti Kak Ardit bene-bener sayang ke aku dan gak mau kehilangan aku.
  • Kak Ardit membawa aku keluar gerbang sekolah dan berjalan kearah kedai bakso yang ada dekat sekolahku. Kita masuk ke kedai itu dan Kak Ardit memesankan 2 porsi bakso. Aku hanya diam tak berkomentar soalnya aku tahu Kak Ardit lagi kesal, kalau aku berkomentar nantinya aku yang akan di omelin, jadi mendingan aku nurut aja. Aku duduk di salah satu kursi panjang yang ada di kedai.

    Di kedai ini ada dua kursi panjang dan di tengah kedua kursi itu ada meja panjang juga. Kedai ini tempatnya cukup sempit, hanya muat beberapa orang aja, makanya kedai ini cukup sepi, tapi menurut Kak Ardit bakso yang dijual sangat enak, dan orang-orang biasanya memesan dan dimakan di rumah karena kalau makan disini sempit dan gerah jadi gak nyaman.

    Setelah memesan bakso, Kak Ardit kemudian duduk di kursi tepat di hadapanku. Tanpa banyak bicara dia terus menatapku, aku tahu kalau dia ingin aku yang mulai pembicaraan. aku akhirnya mengalah dan mencoba berfikir apa yang akan aku ucapkan.

    “Kak Ardit jadi minggu depan turnamen di B****?”

    “Jadi, soalnya mulai hari ini aku disuruh latihan setiap hari sampai akhirnya nanti aku ke kota B***”

    “Berapa lama? Sama siapa aja?”

    “Kalau terus lolos sampai ke final sekitar semingguan. Kamu jangan selingkuh ya selama aku diluar kota.”

    “Harusnya aku yang bilang gitu, Kak Ardit jangan sampai kepincut sama cewek/cowok disana”

    “Hahahaha ya enggaklah. Lagipula gak ada yang bisa buka hati aku selain kamu, Al”

    “Gombal”

    “Hahaha”

    “Sama siapa aja, Kak?”

    “Aku, Pak Adi, sama seorang lagi yang katanya akan jadi lawan latihanku selama seminggu ini, juga buat referensi tahun depan, jadi kayaknya adik kelas.”

    “Ooooh”
    ***
  • Hmmm tambah menarik ceritanya,
    K Ardit mw pergi??, hohoho... Sprtinya bkal ad sesuatu nih :blush:
  • jadi sama Arsya ... ?
  • Hati2 sama pria perebut pacar orang yes. Jumlahnya lagi banyak sekarang. Hahahaha.
    Di satu sisi gue suka sama kecemburuan Ardit, tapi di satu sisi kok gue malah kesal yes, kesannya si Al terkekang gitu.
    Okeh... Lanjut...
Sign In or Register to comment.