It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@RenataF the power of emak2 emang gtu yes. Hahay ... Anggap saja begitu yes.
@Alvinchia715 Alvinnya udah dapat pacar, atau akunya? Hehehe
@happyday Thanks yes...
@b_hyun sipo2 bang, pasti di mention kok, tenang aj yes.
"Silahkan duduk nak," ujar Bu De mempersilahkan Gaga untuk duduk bergabung dengan kami di meja makan. Mahasiswa FE itu menatapku meminta penjelasan, sehingga aku mengisyaratkannya untuk duduk terlebih dahulu di kursi yang ada di sampingku. Dengan senyum yang di paksakan, dia lalu duduk sambil menggaruk tengkuknya. Tidak lama, pria yang baru aku kenal itu kembali menoleh ke arahku.
Dengan senyum geli, aku mendekatkan wajahku ke arahnya sambil berbisik, "Santai aja kak, ibu kosku emang gitu kok," bisikku sekenanya.
Gaga masih terlihat bingung dengan sambutan dari ibu kosku yang berlebihan dan tidak disangka-sangka itu. Aku sendiri -yang anak kosnya- juga sempat bingung tiba-tiba diajak oleh Bu De makan bersama. Apalagi Gaga yang baru saja keluar dari mobilnya, langsung di sambut oleh ibu kosku bak tamu agung.
"Silahkan dimakan nak," ujar Bu De sambil menyodorkan sepiring nasi goreng lengkap beserta lauk-pauknya ke hadapan Gaga. Sambil tersenyum, Gaga menerimanya dengan sungkan. Bu De yang terlihat senang itu melirik Pak De yang acuh tak acuh dengan tingkah laku istrinya itu. Tidak ada tanggapan dari suaminya, Bu De mendengus lalu kembali tersenyum seperti bintang iklan Peps*dent sambil menggosok-gosok kedua telapak tangannya, menatap Gaga seperti hendak memulai interogasinya.
Sesuai dengan tebakanku, Gaga harus menjawab rasa penasaran ibu kosku itu. Cukup banyak pertanyaan yang di lontarkan ibu kosku kepada Gaga. Aku seperti tengah berada di ruangan kompre dengan Gaga sebagai yang diuji dan Bu De sebagai pengujinya. Terkadang Gaga menoleh ke arahku sebelum menjawab pertanyaan Bu De yang kebanyakan aneh. Aku sendiri memilih untuk bungkam dari pada nanti menjadi sasaran rasa penasaran Bu De dan anaknya Sarah.
Setelah selesai dengan jamuan sarapan sekaligus interogasinya. Bu De akhirnya izin untuk ke dapur menyibukkan diri dengan piring-piring kotornya. Pak De seperti biasa acuh tak acuh, dengan koran menutupi wajah beliau. Hanya Sarah yang memandangi Gaga dengan wajah aneh sambil memelintir-melintir ujung rambutnya yang bergelombang. Aku tidak suka melihat tatapan Sarah yang menjijikkan itu, membuatku mual. Aku lalu menggamit pinggang Gaga, mengajaknya untuk pergi. Pria itu terlonjak, membuatku tidak dapat menahan tawaku karena ekspresi keterkejutannya.
"Terkejut ya kak?" bisikku sambil menahan tawa. Dia nampak syok sebelum tersenyum jahil kepadaku. Tidak lupa dengan sebelah alisnya yang terangkat, membuatku teringat dengan Reza. Kenangan itu kembali terbayang di benakku disaat dia menggodaku dengan ekspresinya jahilnya di kamar. Aku yang sangat malu saat itu, lalu memunggunginya semalaman.
"Dek?!" Gaga mengguncang tubuhku. Aku terkesiap sambil berusaha menyingkirkan kenanganku bersama Reza.
"Eh maaf kak, tadi aku kefikiran sama tugasku," jawabku bohong. Aku pura-pura melirik jam tanganku, "Kak, kita bisa berangkat sekarang?"
Aku melirik Sarah dengan ujung mataku. Yes, gadis kelas XII SMA itu nampak kecewa, membuatku merasa menang karena telah berhasil memisahkan mereka berdua. Gadis itu melirik ibunya yang ada di depan tempat pencucian piring.
"Kalian mau berangkat?" tanya Bu De yang tengah sibuk membereskan piring-piringnya, menoleh ke arah kami. "Kalau belum terlambat, Bu De bolehkan minta tolong tebengi Sarah sekalian."
Aku kembali melirik Sarah yang nampak bersuka cita dengan ide ibunya. Aku menatap ibu kosku, "Tapi Bu, kita..."
"...Kasihan Sarah, nanti dia terlambat. Udah jam berapa sekarang kan? Lagian kalian juga satu arah," potong Bu De tak mau kalah. "Boleh ya nak Gaga?" pinta beliau memelas. Gaga melirikku sekilas sebelum mengangguk menyanggupi permintaan wanita berdaster loreng macan itu.
Aku memutar bola mataku tanda tidak setuju, karena aku tidak dapat berbuat apa-apa dengan keputusan yang telah diambil Gaga. Sarah yang terlihat sangat senang, dengan segera menyandang tasnya lalu berpamitan dengan kedua orang tuanya. Begitupun aku dan Gaga juga turut berpamitan dengan Pak De dan Bu De, walau hati kecilku sedikit kesal dengan ide gila Bu De. Dengan ogah-ogahan aku menyalami wanita yang sangat dekat dengan ibuku itu. Aku yakin, Sarah akan bersikap aneh sehingga memberikanku kesan buruk di mata Gaga.
Tanpa malu, gadis itu menggamit Gaga dengan manja menuju mobil, meninggalkanku yang sedang berkemas di meja makan. Gaga menoleh ke arahku, sebelum anak gadis ibu kosku itu menyeretnya dengan paksa. Aku mendesah sambil menyandang ranselku, menatap punggung Gaga yang tengah menuju mobil. Nama baikku telah tercoreng oleh prilaku anak ibu kosku.
Gadis itu semakin menjadi-jadi dengan duduk di kursi samping pengemudi dan tanpa rasa bersalah membiarkanku duduk di belakang sendirian. Seharusnya aku yang berada di samping Gaga saat ini, bukan dia. Gaga yang ada di kursi kemudi nampak melirikmu dari kaca spion tengah. Aku yang kesal, membuang muka menatap keluar.
"Sekolah kamu dimana dek?" terdengar suara Gaga memecah kesunyian setelah mobilnya keluar dari halaman kosku. Dari pantulan kaca depan, aku bisa melihat gadis manja itu menggigit bibirnya, menatap Gaga dengan genit sambil memain-mainkan ujung rambutnya yang tergerai.
"Di SMA 13 kak," jawabnya malu-malu.
"Wah sekolah anak pintar dong."
"Mmm..., begitulah kak," sahut Sarah di depan sana. "Kok kakak tahu sih?"
"Taulah dek, kan SMA 13 kumpulan anak-anak pintar. Selain itu cewek anak 13 kan terkenal cantik-cantik."
"Aku masuk nggak kak?"
"Oh pasti, salah satunya kamu dek," ujar Gaga yang pasti telah sukses membuat muka Sarah bersemu merah.
Aku tidak suka dengan kelakuan Gaga, sehingga aku berdehem sambil sambil berpura-pura memperbaiki dudukku. Apa-apaan dia menggoda anak ibu kosku yang ganjen itu di depanku. Gombalannya membuat perutku bergolak.
Gaga nampak melirikku dari kaca spion tengahnya. Aku pura-pura acuh tak acuh menatap jalanan seperti sebelumnya tidak pernah terjadi apa-apa, walau indra pendengaranku menangkap semua percakapan mereka berdua.
Gaga terdiam sejenak, sebelum dari sudut mata aku melihat seulas senyum terpatri di bibirnya. Dengan semangat, dia menoleh ke arah Sarah, "Kamu udah punya pacar dek?" tanyanya lagi. Aku langsung terlonjak dengan mataku yang otomatis melirik Gaga melalui kaca spion tengahnya. Mata kami beradu membuatku lalu mengalihkan pandanganku ke sembarang arah. Aku jadi salah tingkah karena ketahuan sedang mendengarkan pembicaraannya.
"Eng..., belum kak," jawab gadis itu malu-malu. Aku memutar bola mataku jengah mendengar jawaban bohong Sarah. Sedangkan Gaga mengangguk-angguk, melirikku dari kaca spion tengahnya lagi.
"Wah, bisa dong Sarah jadi..."
"Kak, boleh pinjam bukunya?" potongku sambil mengangkat sebuah buku bewarna hijau stabilo dengan gambar abstrak yang aneh yang aku ambil dari tumpukan buku yang ada di sampingku. Yang paling penting, aku harus menghentikan pembicaraan yang telah menjurus kepada sesuatu yang tidak pantas.
Gaga menatapku, "Emang kamu suka buku gituan?"
"Suka kak, pasti ceritanya asik," jawabku asal. Palingan isinya tentang cerita sainsfiction, seperti beberapa novel sainsfiction bersampul mirip yang pernah aku baca.
Gaga tertawa, "itu buku pelajaran kakak dek, bukan novel."
Aku terperangah sambil membalik-balik buku tersebut. Sambil tersenyum kecut, aku kembali meletakkan buku yang aku kira novel itu kembali ke tempatnya.
"Aku kira novel tadi kak," sahutku sambil menggaruk-garuk tengkuk yang tidak gatal.
"Bukan dek," jawab Gaga sambil menahan tawa. "Tapi pinjam aja kalau suka dengan ceritanya."
"Nggak jadi deh kak, kalau bukan novel," tolakku. Aku lalu menggeser dudukku kembali sambil menahan malu. Syukurlah ponselku bergetar sehingga aku dapat menutupi maluku. Dari Rini rupanya.
"Halo? Ada apa Rin?"
"Lo udah siap-siap kan bro? Gue mau on the way ke kosan lo nih," ujar Rini di seberang sana.
Aku menggigit bibir bawah sambil melirik Gaga yang sedang berbincang dengan Sarah. "Maaf Rin, gue udah di jalan nih. Gue ke kampus bareng kak Gaga," jawabku. Mendengar namanya di sebut, Gaga menatapku dari kaca spion.
"Owh lo di jemput Gaga?" ujar Rini.
"Huum... gue di jemput kak Gaga," gue melirik Gaga sambil menggigit bibir. "Maaf ya Rin. Gimana kalau ntar siang aja? Sekalian kita main. Gue free ntar siang."
"Ntar siang ya? Kalau siang ini gue nggak bisa bro, gue udah ada acara sama Alfi."
"Owh gitu. Nggak apa-apa kok kalau begitu."
"Maaf ya..."
"Santai aja Rin. Kayak orang lain aja lu minta maaf sama gue. Gue nggak apa-apa kali."
"Ya udah deh kalau begitu, gue langsung ke kampus aja ya," gadis itu diam sejenak, "hmmm..., have fun ya sama kakak baru lo," ujarnya sambil menutup panggilannya. Aku mengendus mendengar kata terakhirnya yang disertai kikikan, terdengar menggodaku.
"Siapa dek?" tanya Gaga. Dia terlihat penasaran karena namanya yang tadi aku sebut.
"Owh, tadi Rini kak. Dia ngajak barengan," jawabku.
"Owh udah di bilang yang jemput kamu kakak?"
"Udah kak. Rini langsung ke kampus katanya."
Gaga mengangguk-angguk mendengar penuturanku. "Kamu emang sering di jemput sama Doni dan Rini ya dek?"
"Iya kak," potong Sarah. "Kak Rini sama Kak Doni emang sering bergantian jemput ke rumah kak," jawab Sarah.
Aku melirik kursi yang diduduki Sarah dengan geram. Gadis itu sedang cari perhatian Gaga lagi rupanya, dengan menjawab pertanyaan yang di tujukan kepadaku. Ketidak sukaaanku semakin bertambah dengan anak ibu kosku yang menjawab begitu saja pertanyaan yang di tujukan kepadaku. Dia kira dia siapa, juru bicaraku?
"Owh, kalau begitu besok-besok kakak yang jemput boleh ya?" ujar Gaga. Aku menggaruk tengkukku sambil tersenyum tidak enak kepadanya. Sedangkan Sarah pasti sangat senang dengan tawaran Gaga padaku.
"Boleh kak," ujar gadis berambut sebahu itu terdengar bersemangat. Gaga melirik Sarah yang ada disampingnya sebentar, sebelum dia mengulang pertanyaan itu kembali kepadaku. Aku hanya bisa mengangguk menyetujui, sedangkan Sarah pastinya bersuka cita di depan sana.
---
"Kamu suka sama Sarah ya Dek?" tanya Gaga yang tengah fokus ke jalan raya setelah kami mengantarkan cewek centil itu ke sekolahannya. Dia tersenyum malu-malu sambil melambaikan tangannya seperti anak alay ke arah Gaga. Aku lalu pindah ke kursi di samping Gaga setelah gadis itu masuk ke dalam kompleks sekolahnya.
"Nggak kok kak," jawabku. "Siapa juga yang suka sama cewek kayak gitu."
"Owh... Kirain kakak kamu suka sama dia," Gaga terdiam, "trus, kok kamu kayak nggak suka gitu saat kakak ngobrol sama Sarah? Kayak orang cemburu gitu."
Aku terdiam sebelum Gaga menoleh ke arahku dan menanyakan pertanyaan itu kembali.
"Aku nggak cemburu kak. Aku hanya nggak suka aja sama kelakuan Sarah kak," jawabku tanpa mau menatap matanya. "Sarahkan udah besar, trus punya pacar juga, jadi nggak sepatutnya dia manja-manja aneh gitu ke kakak. Lagian juga dia udah ngerusak citraku di mata kakak."
Gaga tersenyum. "Owh gitu, kakak kira kamu cemburu kalo kakak dekat sama Sarah."
Aku tersenyum seadanya lalu membuang pandangan ke jalan raya yang tengah ramai. Aku juga tidak tahu perasaan apa yang menyelimutiku tadi di saat Gaga dekat dengan Sarah.
"Adek udah punya pacar?"
Aku terlonjak sambil menatapnya tidak percaya. Aku menggigit bibir sambil tersenyum kecut.
"Aku single kak," bisikku sambil memalingkan wajah. Bunyi klakson dari kendaraan bermotor membuat suaraku yang serak semakin tidak terdengar.
"Oh pantas kalo adek cemburu mah."
"Lah kok kakak bilang gitu?"
"Ya... adekkan jones, jadi pasti ngiri tuh," ujar Gaga sambil melirikku sekilas.
"Heh, aku bukan iri loh kak, tapi nggak suka aja. Lagian walau aku jomblo, tapi menurutku, aku nggak ngenes kok," sanggahku sambil
Gaga tersenyum sambil tetap fokus ke jalanan. Aku tidak tahu pasti apakah dia mendengar jawabanku atau tidak. Aku memang tidak setuju Gaga menuduhku iri ketika dia menggoda Sarah. Aku hanya nggak suka, itu saja.
Gaga berdehem, "Ya udah, jangan ngambek gitu. Jadi biar nggak jones lagi, kamu mau jadi pacar kakak?" ujarnya terdengar samar-samar di telingaku.
---tbc
R~
Malam mina-san~
Sudah sekian lama gue hiatus tanpa ada kejelasan kayak bang Toyyib yang nggak pulang2, akhirnya gue kembali sambil ngelanjutin cerita After You Go n InsyaAllah gue jga bakalan ngelanjutin MBA yg juga belum kelar2 dramanya.
Gue harap antum semua masih tetap ingat dg nih cerita gue, walau udah 1 kali puasa 1 kali lebaran gue telantarin. Antum semua juga bisa baca After You Go di Wattpad dengan judul yg sama.
Gue juga mengharapkan komentarnya, baik unek2, saran, komentar membangun dari antum semua + juga suka jangan lupa yes. So kalo ada yg ditanyakan ke gue ato apa silahkan, daripada di pendam2 ntar tumbuh jerawat. Selamat membaca n semoga terhibur. Yg udah sekolah n kerja selamat kembali ke sekolah n selamat bekerja. Yang masih liburan selamat liburan. N terkhusus buat seseorang, selamat magang yes.
Ikeh kimochi senpai.
Salam
R~
@lulu_75 @digo_heartfire @rama212
@o_komo @RakaRaditya90 @boyszki
@QudhelMars @akina_kenji @Secreters
@Algibran26 @rama_andikaa @DafiAditya
@viji3_be5t @riordanisme @happyday
@CouplingWith @andrik2007 @josiii
@master_ofsun @Feri82 @RenataF @Satria91
@aris_ @b_hyun @Alvinchia715 @ArDewa
Selamat membaca...
Bagi yang nggk mau di mention lagi, bilang ya.
gaga memanas-manasi aku sampai aku jadi cemburu lalu karena lihat aku cemburu gaga dengan berani menembak aku. benar begitu kak?
selama hiatus kemana kak?
Anggap saja begitu dek.
Kemarin2 lgi pergi bertapa mencari hidayah k gunung kembar nan sakti lagi keramat dek. Makanya hiatus bentar yes. @RenataF
Hooh bang d tembak, door!! @lulu_75
Mau apa dek? @QudhelMars