BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

AFTER YOU GO

edited June 2018 in BoyzStories
Pics_Art_01_01_04_48_48.png

Hallo guys. Karena terinspirasi dari beberapa cerita keren yg aku baca, salah satunya di BF tentunya , akupun memberanikan diri untuk kembali membuat cerita dengan judul baru. Cerita ini adalah cerita keduaku, cerita pertamaku berjudul My Beloved Askar. Oleh karena itu, aku mohon bimbingan dan komentar membangun dari teman-teman semuanya. Terima Kasih n selamat membaca.
R~

Daftar part buat yang baru baca;
Part 1 halaman 1,
Part 2 halaman 2,
Part 3 halaman 3,
Part 4 halaman 4,
Part 5 halaman 6,
Part 6 halaman 7,
Part 7 halaman 8,
Part 8 halaman 9,
Part 9 halaman 10,
Part 10 halaman 12,
Part 11 halaman 13,
Part 12 halaman 14,
Part 13 halaman 14,
Part 14 halaman 16,
Part 15 halaman 17,
Part 16 halaman 18,
Part 17 halaman 21,
Part 18 halaman 22,
Part 19 halaman 23,
Part 20 halaman 24,
Part 21 halaman 25,
Part 22 halaman 26,
Part 23 halaman 26.
Tagged:
«13456727

Comments

  • Part 1

    "Nomor yang anda hubungi sedang sibuk atau berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi," terdengar suara seorang wanita di ujung panggilan. Aku melirik sekilas sahabat-sahabatku yang menungguku di ujung tangga sehingga aku menutup panggilanku dan memasukkan ponselku kedalam saku. Ini sudah yang panggilan yang ke tiga belas kalinya semenjak tadi pagi.

    "Bagaimana?" tanya Doni sesampainya aku di depan mereka. Aku lalu duduk di salah satu meja yang entah kenapa ada ditempat seperti ini. Mereka berdua kelihatan sedang menunggu jawaban dariku.

    "Nggak ada jawaban," jawabku. Mereka lalu menghela nafas seperti baru lepas dari ketegangan penerimaan amplop kelulusan. Mereka lalu kembali memandangiku lekat-lekat, pandangan miris tepatnya.

    "Emang dia nggak ngasih lo kabar apa?" tanya Rini, cewek berambut panjang terurai antusias. Dengan lemah aku menggeleng sambil menatap mata coklatnya.

    "Nggak Rin," jawabku pasrah. "Dia nggak pernah ngasih kabar ke gue sejak 2 hari yang lalu," jawabku lagi sambil mengeluarkan ponsel dari saku dan menatap layar yang menampilkan latar belakang foto mesraku dengan Reza. "Mungkin dia sibuk."

    "Kemana sih tuh orang," Doni berdecak kesal sambil geleng-geleng kepala dengan muka sungut, "nggak tau apa kalau ada orang yang lagi nyemasin dia sekarang," cerocosnya bak mesin jahit bergema di tangga lantai dua gedung B MKU. Syukurlah nggak ada lagi orang yang tersisa disini sehingga Doni tidak membuat malu dirinya sendiri. Dia nampak kesal sambil mempelototiku tanda tak terima.

    "Semoga aja dia tahu," aku membatin sambil memasukkan ponsel kembali kedalam saku. "Yuk kita ke kantin, lapar nih," ujarku sambil bangkit dari meja yang aku duduki. Aku lalu menarik Doni yang nampak tidak begitu tertarik dengan ajakanku sehingga aku harus mengeluarkan kata-kata sakti yang akan membuatnya kembali tersenyum sumringah. "Gue yang traktir," bisik gue sehingga Doni langsung melompat dari mejanya dan menyeretku ke arah kantin.

    Sedangkan Rini, cewek itu hanya bisa tertawa kecil sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua sahabat gilanya.

    ---

    Salah seorang teman melambaikan tangannya kearah kami sesampainya kami di ruangan kantin yang penuh sesak. Dari pada mencari meja yang kosong di saat pergantian jam seperti ini, kami bertiga akhirnya memilih untuk bergabung dengan mereka. Ada Dita, Eva dan beberapa gadis lainnya yang tidak begitu aku kenal. Aku hanya tahu bahwa mereka satu kelas denganku di mata kuliah Bahasa Inggris. Eva nampak menenangkan salah seorang gadis yang sesegukan menangis. Begitupun dengan beberapa gadis lainnya yang mengerumuni gadis itu, menenangkan.

    Kitapun duduk di kursi yang masih kosong berjejer menghadap kearah kumpulan cewek tadi. Aku memilih duduk di paling ujung dekat kaca yang bersebelahan langsung dengan parkiran MKU.

    "Ada apa Eva?" tanya Rini melirik gadis yang sedang menangis. Nampaknya dia baru mendapatkan masalah yang sangat berat saat ini.

    "Lo tau Fauzan nggak?" tanya Eva.

    "Fauzan yang anak Ekonomi Pembangunan itu?" potong Doni, "ada apa dengan dia?"

    "Dia itu pacarnya Widia," Eva memeluk cewek bernama Widia itu ke bahunya, "tadi pagi, Widia memergoki Fauzan dengan selingkuhannya sedang 'main' di kosnya," ujar Eva sambil memeluk Widia yang tambah kencang menangis, tak lupa Widia memanggil-manggil nama pacarnya yang telah menyelingkuhinya.

    Rini nampak terkejut dengan penuturan Eva tadi. Begitupun Doni yang langsung geram seperti hendak memukuli cowok yang bernama Fauzan itu. Aku lebih memilih untuk tidak ikut hanyut terbawa realita cinta yang sering terjadi, perselingkuhan. Cerita lama buatku sebagai anak psikologi. Ada banyak faktor yang membuat seseorang untuk selingkuh dari pasangannya. Ya..., daripada mengurusi masalah Widia, mending aku memikirkan masalahku sendiri.

    Aku kembali merogoh saku dan melihat foto mesraku bersama Reza di pantai setahun yang lalu. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana dia memintaku menjadi pacarnya dengan berani di depan semua orang. Dialah pacar pertamaku dan aku yakin dia jugalah pacar terakhirku. Kami nampak sangat gembira dengan tawa yang tidak dibuat-buat. Aku kangen Reza, dan aku khawatir dengannya sekarang.

    Aku kembali memasukkan ponselku kedalam saku ketika pelayan kantin datang membawakan makanan pesanan kami. Aku masih tetap mendengarkan curhatan hati seorang Widia yang ditinggal selingkuh oleh pacarnya yang bernama Fauzan -anak Ekonomi Pembangunan tahun ke dua, walaupun fikiranku menerawang entah kemana-mana. Sesekali aku memandang kearah parkiran yang hanya dibatasi oleh kaca tembus pandang sambil tetap memasukkan sendok demi sendok bubur ayam ke dalam mulutku. Berbeda dengan Rini yang nampak antusias dan Doni yang bersemangat mengata-ngatai orang yang bernama Fauzan dengan berapi-api. Aku tahu kalau Doni sekarang bukannya prihatin dengan apa yang terjadi dengan Widia, tapi lebih kearah modus untuk mengambil hati gadis malang itu. Dimana ada kesempatan, sang buaya pasti melancarkan jeratan mautnya.

    Rini melirikku sekilas, mungkin dia menyadari kalau aku lebih banyak diam sekarang. Berbeda dengan biasanya, yang setidaknya akan memberikan sedikit solusi untuk orang-orang semacam Widia.

    Dia mendekati wajahnya ke wajahku, "Udah ada kabar?" bisiknya dengan suara pelan, selagi Doni berkoar-koar disampingnya. Gue hanya menjawab pertanyaannya dengan gelengan. Tak lupa senyum yang dipaksakan setelah dua hari Reza tidak menghubungiku. Rini lalu menggenggam tanganku sekedar menguatkan sambil kembali fokus ke forum yang telah membuat Widia seenggaknya sudah dapat tersenyum karena tingkah aneh sahabatku Doni.

    Suasana yang tadinya seperti suasana putusnya salah seorang selebgram dari pacar brondongnya yang ganteng dan hot, penuh tisu dan air mata serta drama tangis-tangisan, sekarang telah berubah seperti sesi curhat satu sama lain. Saling menceritakan pengalaman mereka putus dengan mantan mereka masing-masing.
    Aku yang tidak begitu tertarik, hanya bisa mengaduk-aduk bubur ayam sambil memikirkan Reza yang sampai detik ini belum memberi kabar.

    Reza nggak pernah seperti ini sebelumnya. Dia pasti selalu memberi kabar sesibuk apapun dia. Pernah suatu malam, Reza kehabisan baterai saat ada acara di fakultasnya. Aku menghubunginya berkali-kali namun tidak ada jawaban, sehingga membuatku sangat cemas. Tapi syukurlah tak lama berselang, Reza mengirimiku pesan melalui ponsel temannya kalau baterai ponselnya habis dan dia tidak membawa charger ataupun power bank ke kampus. Tapi sekarang? Aku tidak tahu seberapa sibuknya Reza, sehingga dia sudah dua hari tidak memberiku kabar. Aku sudah sangat ketergantungan denganmu saat ini Za.

    Aku meletakkan kepalaku diatas tanganku yang terlipat. Bubur ayam yang tinggal separuh itu tidak sanggup menggugah seleraku untuk menyantapnya. "Za, kamu dimana?" Aku membatin sambil memain-mainkan sendok bubur. Aku butuh Reza sekarang.

    Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh motor yang terparkir di depan kaca kantin tersebut. Aku tetap terus memperhatikan satu persatu manusia yang sedang berada di parkiran sekarang tanpa ada rasa semangat. Mungkin aku harus menghabiskan bubur ayam ini supaya aku bisa kembali memikirkan Reza. Tepat ketika aku mengangkat kepalaku hendak berniat untuk menghabiskan bubur ayam yang ada di depanku, mataku menangkap sesosok orang yang sangat aku kenal, yang sangat aku sayangi dan sangat aku rindukan saat ini.

    "Reza?!"

    Rini dan Doni sontak menoleh kearahku.

    --- tbc
    R~
  • Ih om Adrian mah. Aku cuma mention yes... :weary:
  • edited October 2016
    menarik ... tapi belum tau namanya nih ...^^ semua pada tau ya ...
  • @Aurora_69 whahahaha..... Iya gw cuma bercanda adek sayang. Why? itu kan judul your fiction. Jadi maksud gw bertanya Why "WHY?" is the title getoh.
  • 13 kali panggilan kek trit sebelah XD
  • 13 kali panggilan kek trit sebelah XD
  • Ulala cetar membahenol.. Nunggu lanjutannya..
  • Masih nge-why dulu :v
  • sayah ga dimention huhh :(
  • Ish aku gak di mention ama Uda rora

    Huft

    Kzlllll
  • Ciiieee ob buat cerita bauuu :D eh!!
  • Reza selingkuh, why...#eh
Sign In or Register to comment.