BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

keluarkan aku (tamat)

2456710

Comments

  • *berubah jd detektif Chunan*...
    Hmm ada yg gak beres nih.
  • Aku masih gak percaya kalo Ugi ngubur kucing. Kalo cuma kucing, dia gak perlu segugup itukan? Pasti ada yang dia sembunyikan dariku. Tapi, apa mungkin Ugi berbuat sejahat itu? Selama mengenalnya, aku gak pernah melihat keanehan pada diri Ugi.

    Selesai makan tadi aku memutuskan masuk kekamar ku. Tapi gak lama aku keluar lagi untuk minum dan memdapati Ugi tengah belajar diruang tamu. Apa bisa orang yang baru saja menghabisi nyawa orang lain bersikap setenang itu?
    Meski Ugi bukan orang yang mudah bergaul tapi kalo dipikir-pikir dia gak mungkin bunuh orang. Mungkin yang dikuburnya itu memang kucing, aku aja yang terlalu serius.

    Kepala ku sakit, aku terlalu banyak mikir yang gak-gak. Aku melangkah kekamar ku, merebahkan tubuhku ketempat tidur. Aku ngantuk.

    Aku tersentak saat kudengar tembok kamar ku berderak. Aku segera berlari kearah pintu berniat keluar dari kamar, tapi pintu kamarku terkunci.

    "Mau kemana Firman?"
    "U... Ugi!! Kapan kamu masuk?!" kenapa aku gak tau Ugi ada dalam kamarku
    "Tenang, gak usah takut gitu" Ugi tergelak, tawanya membuatku takut. Aku kembali tersentak saat tembok kamarku berderak lebih keras.
    "Gali!! Kebenaran yang kamu cari harus digali!!" ucap Ugi keras, dia berjalan mendekati ku. Mengurung tubuhku dengan kedua lengannya.
    "Apa maksudmu, Gi?"
    "Gali, maka kamu akan tau" Ugi kembali tergelak. Lalu menarik lenganku mendekati tembok yang berderak makin keras.
    "Disini, kamu harus menggalinya disini" ucap Ugi lalu mendorongku kearah tembok yang tiba-tiba ambruk, hingga membuatku melindungi tubuhku dengan kedua lenganku dan kepala itu menggelinding keluar dari dalam tembok kepangkuanku.

    "Toloong~ Kembalikan tubuhku~"


    Gyaaaaaa !!!!
  • Wow ... engga nyangka ...
  • "Man!! Firman, bangun!!"
    Aku membuka mataku dan mendapati Ugi yang tengah menatapku bingung.
    "Kamu mimpi buruk? Sampai teriak-teriak gitu?" tanya Ugi sambil memberiku segelas air. Aku menerima air itu lalu meminumnya sampai habis.
    Mimpiku seperti beneran, aku juga masih deg-degan.
    "Man..., kamu gak apa-apakan?" ucap Ugi seraya menyeka keringat dikeningku.
    "Aku mimpi aneh, Gi" kusandarkan kepalaku dibahu Ugi
    "Mimpi apa?"
    "Aku mimpi kamu jadi aneh, kamu nyuruh aku gali tembok. Ada kepala dalam tembok" jelasku, Ugi menjitak kepalaku
    "Kamu pasti kepikiran setan kepala itu, makanya mimpi buruk" ucap Ugi, sebenarnya bukan cuma setan kepala itu aja yang kupikirkan tapi juga sesuatu yang Ugi kubur disamping rumah.
    "Gi"
    "Apa?"
    "Malam ini temani aku tidur ya" ucapku, Ugi hanya menghela nafas sambil mengusap punggungku.
    "Iya, tapi malam ini aja" ucap Ugi akhirnya.

    Ugi memboyong semua buku-buku pelajaran miliknya. Dia kemudian sibuk mengerjakan tugas sekolah yang baru akan dikumpul lima hari lagi. Ugi selalu seperti itu kalo ada tugas.
    Kubiarkan saja Ugi dengan bukunya, aku kembali memejamnkan mata. Besok pagi, aku akan menelpon ayah. Siapa tau ayah mau percaya ceritaku dan bisa member

    ____________________________________________________


    Paginya setelah mandi, aku segera menghubungi ayah. Dan ternyata ayah memang akan pulang, aku gak jadi cerita ditelpon, nanti aja kalo ayah sudah dirumah aku ceritakan semuanya.

    "Man, ayo berangkat"
    "Iyaaa" aku segera menghampiri Ugi yang sudah menunggu ku diteras. Kami berpapasan dengan mbak Denok tetangga depan rumahku.
    "Sudah mau berangkat Firman, Ugi?" sapa mbak Denok.
    "Iyaa mbak, mbak Denok lagi apa?" tanyaku
    "Oh ini lagi nyari si katy, gak tau kemana?" jawab mbak Denok
    "Emang katy apa mb?" tanyaku
    "Hoy mau ngobrol apa sekolah?" potong Ugi, membuat mbak Denok tertawa.
    Setelah berpamitan lagi dengan mbak Denok, aku segera menyusul Ugi yang sudah berjalan didepanku. Sikapnya aneh sekali pagi ini. Apalagi waktu ngobrol sama mbak Denok.

    Tapi kalo di ingat-ingat kayaknya aku pernah liat wajah seperti mbak Denok. Dimana ya? Rasanya wajahnya gak asing. Apa karena mbak Denok tetanggaku jadi wajahnya nempel dalam ingatanku. Ahh mungkin juga begitu.
  • wah updatenya cepet, ga pelit
  • Kayak nya om @seabird spesialis horor ..
    Lanjut om hantuin guwee~ hekhekhek
  • Nah, yang mati itu saudaranya mbak Denok...hihihihi kepalanya di tembok, badannya di halaman rumah...
  • RaraSopi wrote: »
    Nah, yang mati itu saudaranya mbak Denok...hihihihi kepalanya di tembok, badannya di halaman rumah...

    gyaaaaaa tamat
  • Ikh kesel lah !

    Kok gak di mensyen sih!!!!!
  • boyszki wrote: »
    Ikh kesel lah !

    Kok gak di mensyen sih!!!!!

    hahahahaha lupa dedek @boyszki
  • Huhuhu

    Penasaran nih

    Ayo dong kak sibirt lanjutttt

    Hihihi
  • makin seru ... loh @seabird tamat ...?
  • lulu_75 wrote: »
    makin seru ... loh @seabird tamat ...?

    hehehe tpi mgkin gak surprise lg ya, ceritaku mudah ditebak soalnya, Lu.
  • @boyszki


    Usai jam pelajaran berakhir, aku segera membereskan perlatan belajarku. Aku ingin segera bertemu ayah lalu menceritakan semua yang ku alami sama ayah. Ayah pasti bisa memberiku jalan keluar terbaik buatku.

    "Buru-buru banget Man?" tanya Ugi heran
    "Ayah pulang hari ini Gi" jawabku sambil menatap Ugi yang terlihat tegang saat aku menyebut ayah. Kenapa dia? Kutinggalkan Ugi yang masih sibuk memasukan bukunya kedalam tas.
    "Tunggu Man!" aku menghentikan langkahku sampai Ugi bisa menyusul langkahku.

    Jarak sekolah dan rumahku gak terlalu jauh, aku dan Ugi biasa berjalan kaki ke sekolah. Kadang naik sepeda kalo kami berniat kelayapan dulu sebelum pulang. Kadang naik motor Ugi, tapi lebih sering jalan kaki.

    Gak lama aku dan Ugi sampai dirumah, tapi rumah masih sepi. Mobil ayah juga belum terparkir dihalaman rumahku.

    "Ayah belum sampai" keluhku sambil menghempaskan tubuhku ke kursi diteras.
    "Masih dalam perjalanan mungkin" ucap Ugi sambil melepaskan sepatunya.
    "Gi, minum" ucapku lalu mendorong tubuhnya. Dan dengan kejam Ugi menarik rambutku.
    "Akkkhh sakit Giiii !!!!!!" kubalas menarik kerah baju Ugi hingga membuat Ugi tertarik kearahku. Wajahnya tepat berada didepan wajahku.
    Untuk beberapa saat Ugi salah tingkah, tapi setelahnya Ugi justru mengadukan keningnya dengan hidungku.

    Aku keliengan setelahnya, dan bisa dipastikan hidungku bocor.
    "Tega kamu, Gi. Kalo hidungku patah gimana?" ucapku sambil menutup hidungku dengan tangan.
    "Ma... Maaf, aku ambilkan kompres" Ugi segera berlari dengan wajah merona. Dia malu?
    Aku menyusul Ugi kedapur, dan mendapatinya sibuk dengan baskom dan es batu. Dia bahkan gak menyadari kehadiranku.

    Melihatnya panik begitu, sejenak aku lupa tentang sesuatu yang dia kubur disamping rumah.
    Aku memandanginya yang tampak sibuk mondar mandir menyiapkan kompres buatku. Lalu saat matanya menemukan sosok ku yang berdiri menatapnya. Ugi terlonjak kaget, dia imut dengan reaksinya tadi.

    Aku hanya tertawa saat Ugi ngomel karena terkejut. Ugi lalu menarik ku dan mendudukan ku dikursi meja makan.
    Dia memberikan kompresnya padaku lalu sibuk mengusap darah yang mengalir dari hidungku.

    "Gi, kalo dari dekat gini kamu keliatan tambah cantik" ucapku, meski wajah Ugi kembali merona tapi reaksinya sungguh diluar dugaanku.
    Ugi merebut kompres ditanganku lalu dengan kejam menekannya tepat dihidungku yang jelas masih sakit.

    "Giiiii !!!! Sakit" protesku
    "Diam!! Atau kupatahkan betul hidungmu!" ucap Ugi emosi
    "Aku ngomong kenyataan, Gi" balasku manyun
    "DIAM !!" bentak Ugi sewot.

    Ahh... Ugi malu.
  • Lanjutttt

    Jan lupa mensyen tuh!!
Sign In or Register to comment.