It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Ditunggu kelanjutan x....
dan tadi sempat berasa aneh juga saat baca diary rizki ada dialognya...ternyata di tambahin ya...tapi seru juga karena mimpi di atas...
lanjut dah
lanjut dah
keren kak ceritanya, masih fresh tus flashback.
emosi & perasaanku jadi ikut terombang-ambing
semangat menulis kak. semoga teman kakak cepat sembuh, Aamin.
hahaha, ternyata cuma mimpi. aku kira beneran bang.
loh kenapa? sibuk ye?
Kini Gua duduk di depan teman Gua, teman yang sedang berbaring tak berdaya, matanya masih terpejam, dengan selang infus masih ada di tangannya. Sambil ngetik tulisan ini, sambil membayangkan ketika sudah satu bulan ini gua tinggal di apartemen yang sama. Ya, semenjak 20 September lalu Gua mendapatkan sahabat, teman, sekaligus saudara. Teman satu kelas matrikulasi, teman yang mempunyai jiwa besar dan mengubah hidup di sepanjang hari-hariku, sekarang sedang tak berdaya, dan nyata ada di hadapku.
Semenjak pencarian Rizki ke Jakarta, mungkin jalan hidup gua berubah. Jalan hidup yang harusnya gua bisa mendapatkan Rizki kembali, gua bisa bertemunya lagi, tapi waktulah yang berkuasa. Waktulah yang akan menentukan apakah Gua bisa bertemu dengan Rizki kembali atau tidak.
Tenang teman, Cerita perjalanan gua ke Jakarta akan berakhir di part ini, nanti Gua ceritakan, nanti juga secara gamblang akan gua jelaskan, tapi sebelumnya saat ini gua ceritakan terlebih dahulu di hari-hari kuliah Gua.
Masih ingatkah di sesi perkenalan satu kelas kemarin, ? ya sejak sesi perkenalan itu, hari-hari gua di sibukan dengan kuliah, kuliah dan kuliah. Padahal awal kedatangan gua ke Bandung ini, gua sudah diterima kerja di sebuah perusahaan distributor logistic. Posisi yang bisa gua sambi kerja, tapi apa daya, pembagian waktu yang tidak sebanding, membuat hidup gua seperti "gedandapan". Toh akhirnya, gua putuskan untuk resign, Gua fokus kuliah 100%.
Minggu pertama kuliah diisi dengan materi-materi dasar, tentang kuantum energi, hukum kekalan energi, Ekonomi Energi, pembentukan postulat, dan dasar dalam pembentukan karya ilmiah modern. Bukan mata kuliah ataupun materi kuliah yang akan gua bahas di sini, tapi temen-temen Gua. Kelas yang pada dasarnya orang-orang penerima beasiswa ini ada 40 mahasiswa dengan latar belakang yang berbeda-beda, mereka berpencar, ada yang ikut kelas matikulasi A, Matrikulasi B, dan ada sama sekali yang terbebas dari konversi mata kuliah mereka. Gua termasuk mahasiswa yang semi matrikulas, artinya, gua masih terkena konversi, tapi tidak separah temen-temen gua, Apalagi temen Se apartemen Gua, temen yang ketika pagi hari atau satu taksi sama Gua. Hampir separuh Mata kuliah di S1 nya dulu, terlibas oleh konversi. Sehingga dia kelelahan, dan berbaring di Rumah sakit sekarang.
Di pihak lain salah satu temen Gua bernama Lulu. Kebetulan Lulu merupakan temen yang selalu bareng Gua, se kelas sama Gua, hanya 1 mata kuliah yang beda sama Gua. Sudah gua duga, dia Mahasiswa yang tajam pemikirannya. Jika dosen menjelaskan, dia akan serius menatap tajam pandangan ke depan. Sorot matanya tidak pernah terlepas dari layar LCD , dan setiap tidak paham, dia akan selalu mengacungkan tangannya, membantah dosen dengan dasar pemikirannya sendiri, menguraikan dengan gaya pemikiran dan kukuh terhadap pendiriannya. Apalagi ketika membantah tentang konsep Lubang Hitam yang bertanggung jawab terhadap Radiasi kuat, yang dipancarkan oleh objek-objek astronomi tertentu, seperti inti galaksi aktif dan miktrokuasar. Ah.. Gua hanya bengong melihat perdebatan mereka, Gua seperti anak kecil yang sedang melihat ilmuan-ilmuan canggih berdebat dengan postulasi mereka. Sudah di pastikan, Lulu akan bisa mengantongi nilai A di mata kuliah ini.
Lain lulu lain Adi A dan Adi B, dua pasangan Adi ini lebih dahsyat dari Lulu. Dua Adi ini juga mendapat beasiswa dengan jalur yang lebih mulus daripada lainnya. Adi A, setelah lulus dari ITS dia langsung di terima sebagai Calon dosen di sebuah Universitas di Surabaya, di saat yang sama pula, di mendapat beasiswa dari Pemerintah karena kejeniusannya. Gua lebih deket kepada mereka berdua, karena low profil dan suka senyum. Adi A, dengan usia dua tahun lebih muda dari gua, mengantongi IPK S1 3.92, lulus dengan 3 tahun, 4 bulan, bagiku merupakan sosok sempurna dalam bidang perkuliahan, Baginya dia berperinsip kalau "kuliah itu sekali, dan pengaplikasiannya jutaankali".
Maka tidaak heran kalau sedang kuliah, Adi A ga bisa di ganggu gugat, jangankan diajak bercanda, ditanya atau dipinjam pen nya saja dia tidak bergeming sedikitpun. Ibarat ketika ada serangan dari Belanda, perang dari negara Api, atau ada serangan Bom dari ISIS, Adi A akan setia memperhatikan dosen yang sedang berkutbah.
Adi B lebih fleksibel, walaupun dia jarang memperhatikan dosen, tapi kalau ada sesi debat dan menjelaskan apa yang di dapat kuliah hari ini, dia akan segera angkat tangan, maju ke depan, menjelaskan dengan gaya bahasa pleg seperti professor, mirip mesin fotocopy. Pengetahuannya yang tinggi dan pengalamannya di bidang sains, membuat Dia selangkah lebih maju daripada teman-temannya. Mungkin dia kandidat sebagai mahasiswa lulusan terbaik di jurusan Gua.
Satu lagi pemuda yang gua kenal, Topan.. Ya pemilik nama Lengkap I Wayan Topan xxxx ini, lebih gila lagi dari Lulu, Adi A, dan Adi B. Tubuh kecil dan mungil membawanya ke arah lebih "diperhatikan" atau setidaknya jadi bahan perhatian temen-temen sekelas. Pemuda jenius ini mahir dalam bidang Statistik, Fisika Modern, Kimia Organic, dan Matematika Ekonomi. Dengan Analisisnya yang luar biasa, dengan gaya penjelasan yang imiah, Dan hanya dengan melihat data mentahnya saja , dia sudah bisa memperkirakan kemungkinan-kemungkinan nilai di Tabel ANOVA yang terjadi, dan bisa sekaligus memprediksikan output nilai signifikasinya. Tak jarang dosen sering memujinya, tak jarang pula temen-temen sekelas mengaguminya. Topan mendapatkan Beasiswa memang sudah diniatinya, dia 1 tahun belajar memang khusus buat mengejar beasiswa itu.
Lain Topan, lain lulu, lain Adi A, dan lain Adi B. Gua di sini termasuk mahasiswa yang "Berantakan". Gua dan temen sebelah gua,yang tidak lain dan tidak bukan adalah teman seapartemen gua, berdua menjadi duet Mahasiswa "Dong-dong". Selalu duduk di tengah, ambil posisi aman, kalau di tanya dosen biar bisa tanya kanan kiri dulu. Hahaha menyedihkan, Tiap dosen menjelaskan, kita berdua hanya bisa manggut-manggut, dalam artian paham yang dibuat-buat, sebenarnya ga paham sih, cuma manggut-manggut saja biar di kira paham. Berangkat kuliah bareng, cari makan bareng, dan kadang curhat bareng.
Tapi, temen Gua sekarang sedang sakit teman, dia sekarang terbaring lemas Di RS. Teman, mungkin Diary Rizki yang pendek berikut ini akan menentukan, ke arah mana perjalanan hidup gua selanjutnya, daan mungkin akan ada hubungannya dengan temanku yang sedang sakit sekarang ini.
Diary Rizki, Page 27 (maaf halaman setelah halaman 5 tidak bisa saya ceritakan, karena memang privasi yang harus gua pegang amanahnya)
27 Maret 2005
Selamat Sore diary, sudah lama Aku vakum nulis, sudah lama pula aku rindu membuat rangkaian-rangkaian kata, karena aku terlalu sendiri, sepi, hanya berteman senja dan dirimu, aku di sini. Sore ini aku masih di teras Kost, di temani hujan dan sepiring pisang goreng, yang di kasih Istrinya Pak Ibnu.Tau kan Pak Ibnu, dia bapak kost yang selama ini aku hormati.
Adi dimana? Kalau ada pertanyaan itu, aku ga peduli lagi dengan urusan Dia, semakin aku dekat dengannya, semakin aku sadari kalau aku sayang dia. Ya, perasaan sayang ini timbul ketika aku seminggu hidup dengan dia, ah sudahlah, mungkin ini jalan hidupku, mencintai laki-laki normal. Huh, seandainya dia tau perasaanku, atau setidaknya dia bisa mengerti akan kondisiku saat ini.
Bulan januari lalu, atau tepatnya 50 hari dari sekarang, merupakan hari yang paling menyedihkan buatku. Ketika HP ku berbunyi, dan mendapat telpon yang menyesakkan. Kabar kematian Ayahku. Ayahku meninggal kecelakaan ketika mau perjalanan ke Banyumas. Sore itu pula aku pulang, aku tidak mengatakan pada siapapun, termasuk Adi. aku baru pulang Kost seminggu setelah ayahku dikuburkan, selama seminggu pula HP ku aku matikan. Baru balik Kost aku menceritakannya pada Adi. Ya, aku tau, itu egois, Adi marah, marah kenapa aku tidak memberi tau, marah kenapa saat itu dia tidak bisa ada di dekatku, marah karena keegoisannku. Adi Memelukku, itulah pelukan Hangat, pelukan dengan rasa persaudaraan, dan aku yakin, ketika itu Adi menitikan air mata, hanya dia pura-pura tegar di depanku.
Sepeninggal kematian Ayahku, Biaya sekolahku menjadi tanggung jawab ibuku. Ibuku posisi masih di Bandung, Tiap bulan dia mengirim uang sebagai biaya hidupku. Aku tidak pernah menuntut lebih pada ibuku, walaupun aku sering kekurangan hidup di Kost. Pernah suatu hari aku menjual sendok, kejadian yang sangat memilukan. Apalagi Adi juga sudah satu bulan belum pulang ke rumahnya. Tiap minggu ada saja kegiatan di sekolahnya, Sejak dia menjadi Orang "terpenting" di SMA nya, nyaris tiap sore dia jarang lagi bersamaku, Entah itu Pramuka, Basket, PMR, KIR, Band, dia ikuti semua. Pulang selalu magrib, dan ada waktu ketika makan malam saja, habis itu dia mengerjakan PRnya, Belajar, lalu tidur.
Perasaanku ke Adi, semakin lama semakin besar, Aku sudah menyadarinya, Aku sayang Adi, tapi aku gak berani mengakuinya. Waktu dengan dia pun semakin terbatas. Apalagi ada Nanda yang ada di sampingnya, membuat diriku semakin jauh.
Sore ini hujan semakin deras, aku lihat Jam yang ada di teras kost ini, sudah Jam 5 sore lebih, tapi Adi masih belum juga balik ke Kost. Setidaknya, aku tau, dia nanti pulang bareng sama Nanda, dan pasti menyapaku dengan senymnya, senyum yang menawan bagiku.
Aku tau Adi pulang dengan Nanda, dia satu motor, hujan-hujanan, Romantis. Ah, kalau aku mengungkapakn perasaanku, kemungkinan yang paling buruk adalah Adi akan meninggalkannku, atau kemungkinan lain, kalaupun dia menerimaku, Dia harus menjauh dari Nanda. Aku ga mau merusak kebahagiaan mereka, toh Jika Adi bisa bahagia, Aku juga ikut berbahagia.
22 Agustus 2005
Hai diary, maaf ga sempat lanjut nulis kamu, kesibukan dan rasa males!!
Rasa males karena ga ada hal yang sepesial buat kamu. Aku sekarang menjadi kelas 12. Itu artinya, tidak ada satu tahun lagi aku akan lulus sekolah. Belum tau, apakah aku bisa kuliah atau tidak, tapi satu yang pasti, Aku akan hidup Di Bandung, menjaga Ibuku di sana.
Aku baru tau, siapa itu Astra. Seseorang yang sering di ceritakan Adi kepadaku, seseorang yang di gadang-gadang Adi sebagai sahabat terbaikknya. Ternyata benar perkiraanku, Dia memang Anak yang "Artis" mungkin di kalangan semua orang. Sifatnya yang tidak sombong dan suka menolong. Dan yang paling bikin aku cemburu, sekarang dia hadir, dan menjadi temen sekelas Adi!!!
Entah kenapa aku kurang suka dengan sifatnya, antah kenapa aku juga tidak menyukainya ketika dia mulai Akrab dengan Adi, ah tau lah, ada rasa panas di hatiku ketika melihat mereka sedang berdua. Apalagi sore kemarin dia mengajak kami berdua ke pantai, rasa hati ini sudah tidak karuan. Aku segera panas dingin
Malam itu di pantai aku memutuskan untuk mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya ke Adi, kapan lagi aku bisa mengakuinya, kalau aku memang bener sayang ke adi. Kemungkinan-kemungkinan Buruk sudah aku pertimbangkan, Toh kalau Adi akan meninggalkanku, Aku juga sudah siap, setidaknya, Hatiku juga akan lebih tidak tersiksa melihat mereka berdua, Aku akan jadi lebih tenang !!!
Malam ini. Aku ungkapkan rasa sayangku ke Adi, di bawah langit yang bertabur bintang, di saksikan oleh 8 planet di atas sana, dan di lihat oleh gulungan-gulungan ombak. Aku bilang Ke Adi kalau Aku mencintainya. Huh, mungkin kalau orang lain tau pasti akan konyol, atau aku disebut kagak waras, Laki-laki yang mencintai laki-laki. Aku tidak membutuhkan balasan dari Adi, entah dia akan menolak atau menerimaku. Entah dia akan menjauh atau mendekatiku, yang jelas, setidaknya perasaan ku sudah lega ketika aku mengatakannya.
Seketika, aku menangis, dan yang tidak ku duga, Adi Juga menangis, entah dia menangis karena menghinaku, aku dianggapnya sebagai anak yang ga normal, atau menangisi hal yang Lain. Dadaku sesak, mulutku terkunci, pelukan dari Adi ketika setelah aku mengungkapkannya, seperti pelukan yang paling nyaman. Aku memutuskan untuk sendirian, membawa Jagung yang dibelikan Oleh Astra. Aku tatap langit, aku perhatikan Konjungsi Mars dan Jupiter. Aku perhatikan sudut 0 drajat 22 menit. Mungkin menggambarkan Aku dan Adi, ketika tadi merasakan fase konjungsi. (jujur ketika Gua membaca bagian ini, Gua sempet menyesal, kenapa Ga Gua jawab waktu itu juga)
Sebualan setelah kejadian itu, Aku mulai bisa menerimanya, bahwa menjadi Sahabat itu lebih baik dari pada menjadi "sahabat dengan perasaaan lebih". Aku menjadi lebih terbuka ke Adi, Aku ceritakan semua keluargaku, tentang kisah cintaku, dan teman-teman bermainku dulu ketika SMP. Hubunganku dengan Adi juga semakin Akrab, bahkan membahas hal-hal yang Fulgar pun sudah tidak canggung lagi. Kalau boleh jujur, ketika aku berda di dekat Adi, rasa ga karuan ada di hatiku, jantungku berdebar hebat, dan yang ga kalah ketinggalan, Burungku berdiri ketika melihat leher belakang Adi.
Malam itu, ketika aku ada sparing Basket dengan Anak SMK 2, aku diberi kabar yang kurang enak lagi. SMS dari Emon, Aku segera di suruh ke rumah sakit. Adi Pingsan di sana. Aku segera kabur dari Lapangan Basket, entah temanku mau bilang apa, yang past,i saat itu fikiranku hanya tertuju ke Adi. Kalau sudah masuk Ruma Sakit, pasti keadaannya mengkhawatirkan. Aku tiba di Rumah Sakit, masih memakai Kostum Basketku, kulihat Adi tak berdaya, Apalagi darah banyak ada di bajunya. Aku segera Panik, pengen nangis sekencang-kencangnya. Aku segera tanya ke Nanda, tapi Nanda banyak diam, Akhirnya Emon yang menjelaskannya padaku. Sebuah kenyataan yang getir, Bahwa Hari itu Astra meninggal.
skiipppp... (maaf diary halaman selanjutnya Gua potong, tidak bisa Gua tulis, karena ada suatu hal, berikut halaman terakhir di bukunya Rizki)
...
22 Mei 2006
Sudah saatnya pengumuman, sudah saatnya aku harus meninggalkan kota ini, kota dimana aku menemukan jatidiriku, Kota dimana aku bisa memperjuangkan hidupku dengan Adi. Pengumuman Jam 2 siang, Orang tuaku datang. Ya, Ibuku datang buat mengambil Pengumuman itu, Jauh-jauh dari Bandung, cuma menyempatkan untuk mengambil hasi ujianku. Ibuku juga bilang, kalau aku besuk mau langsung ke bandung, Aku sempat kaget, Aku belum siap meninggalkan semua ini, Apalagi Adi, satu-satunya teman Kost ku. Tapi aku tidak bisa menceritakannya. Bercerita Pada Adi sama saja akan membuka kesedihan baru, Aku akan membuat keruh di air yang nyata-nyata sudah jernih.
Aku putuskan untuk menjual HP ku. HP kembaran dengan Adi, HP bulan Januari tahun Lalu. N Gage QD warna hitam. Lumayan, masih laku 1.370.000. Uang 350 ribu aku bayarkan kost. Sebenarnya cuma 175 ribu, karena yang separuhnya Adi yang bayar, tapi kapan lagi aku bisa membantu Adi, kalau ga sekarang.
Aku lulus, Ibuku masih ada di sekolah, aku pamit sebentar buat ambil barang-barang di kost ku. Sebenarnya Ibuku pengen ke kost ku, tapi aku tidak mengijinkannya, karena nanti kalau ada yng lihat, aku dikira anak manja. Aku lihat teman-temanku mengajak buat merayakan kelulusan. Mereka saling coret-coretan dan bersiap-siap akan konvoi. Aku tolak, dengan Alasan aku akan pulang ke rumah, dan mungkin ga ketemu lagi. Teman-temanku memelukku. Aku lihat Agung, Doni, Izal, Tara, Febri, Fitri, Alya, mereka saling menyalamiku. Ingin sekali aku menitikan air mata ini, tapi aku segera meninggalkan mereka, meninggalkan halaman SMK ini.
Aku kemasi barang-barang Kostku, aku ingin menangis ketika aku mengemasinya. Aku ingat, sudah 3 tahun aku tinggal di kost ini. Tiba-tiba Aku kangen Adi, dia pasti sedang merayakan kelulusannya dengan teman-temannya. Aku tinggalkan diari di meja belajar, dan Aku akan pamitan sama Pak Ibnu.
Itulah cerita terakhir di diarynya Rizki, Gua tutup kenbali. Gua masukan Tas, tersimpan rapi, bercampur dengan pakaian-pakaian Gua di Tas ini.
Agustus 2008
Sejak dari Harmony menuju Cengkareng, Suasana yang ada panas banget. Gua sempat berhenti sebentar di koridor, entah namanya apa, Gua di atas jembatan Penyeberangan, Rasa mual, pening, dan panas telah merasuk ke tubuh Gua. Gawat.. sepertinya Gua sakit, Gua kelelahan. Depan gua gedung-gedung pencakar langit, smentara bawah gua, terdapat ratusan, bukan bahkan ribuan kendaraan yang sedang bermain ular-ularan. Gua ke bawah, di sebelah Bank CIMB Niaga, Gua izin sama satpam buat ke kamar mandi. Gua basuh muka ini, sementara Jam masih menunjukan Pukul 3 sore. Gua lanjutkan perjalanan, Gua lihat lagi tulisan yang di berikan Bang mail , tulisan yang menunjukan Alamat Rumah dimana mungkin Rizki masih ada di situ. Setelah tanya-tanya, Gua akhirnya menemukan Rumah itu.
Rumah di Jakarta, setau gua berbeda dengan Rumah di Bandung maupun Semarang, Rumit, rengket, dan membingkungkan. Hampir nyaris gak ada halaman buat bermain bola, jarak antar rumah yang berdempetan dan berdekatan, hanya jalan gang-gang kecil saja sebagai akses untuk jalan.
Gua temukan sebuah Rumah, Rumah lantai dua, dimana nyaris ga ada halamannya, depannya langsung jalan. Rumah dengan kramik putih dan samping kanan kirinya sudah berdempet-dempet rumah yang lain. Gua Pencet Bel nya, Dan tidak lama kemudian muncul sesosok wanita. Yes.. Gua mengenali wanita itu, itu ibunya Rizki.
"Assalamualaikum, Ibu.. " secepatnya Gua Mencium tangan Ibu ini
"Waalaikumsalam,,, kamu,,,,,???"
"Adi Bu, temennya Arzy" jawab Gua. Ibunya Rizki sampai ga bisa berkata apa-apa, terlalu bengong melihat kedatangan gua
"Iya,, Nak Adi, sini nak, masuk.. masuk... haduh, gimana ceritanya bisa sampai sini, nak Adi dari Jawa langsung ke sini ?" (orang Jakarta menyebut entah dari semarang, solo, atau mana kalau berasal dari jawa tengah, pasti menyebutnya jawa)
Gua mengangguk, dan gua menceritakan semuanya ke Ibunya Rizki, termasuk Gua ke Bandung dulu.
"Sebentar ya Nak Adi" Ibunya Rizki ke dalam, segera mengambilkan Gua Minuaman, dan makanan Ringan. Dia bercerita banyak, menceritakan Rizki ketika tiba di Bandung, menceritakan Rizki ketika bekerja di sebuah mall, tapi tidak menceritakan keberadaan Rizki sekarang ada di mana. Ibunya seperti menutup-nutupi, sampai akhirnya aku berani bertanya
"Bu, Arzy sekarang ada di mana ?"
Sang ibu terdiam, dia seperti ga tega menjawab pertanyaan Gua
"Nak Adi, Arzy sekarang bekerja di Perkebunan Sawit, Di Kalimantan, Dia juga Kuliah di sana, Dia nekat ke sana sendirian, karena cari kerja di Jakarta susah"
Jawaban dari ibunya Rizki, membuat Gua ngilu, detik jam serasa berhenti, otakku serasa ada di tengah pasar malam, rame, tapi sunyi di dalammnya. ya di tahap ini Gua Nyerah.
"Tapi ada Nomer HP nya kan Bu?" Gua masih bersikukuh menanyakan keberadaan Rizki.
"Ada nak, tapi entah kenapa, sudah dua bulan ini , nomernya tidak bisa di hubungi, ini nomernya kalau nak Adi mau menghubunginya.
Gua pencet nomer itu, gua telpon, jaaban dari operator
"Nomer yang anda panggil, Salah, silahkan periksa kembali nomer tujuan anda". Dua kali gua periksa nomernya, ternyata ga bisa. Kalau jawaban dari operator seperti itu, pasti nomornya sudah hangus.
Gua lelah, gua lemes, sudah ratusan kilo meter, dari Bandung, sampai Jakarta, belum Gua temukan. Akhirnya malam ini Gua menginap di Rumahnya Rizki, dan pagi hari baru pulang menuju Semarang.
Dalam hati gua bicara, "Riz, masihkah Lu ingat Janji-janji yang elu ucapkan dulu? janji kelak kita akan Ke ITB bersama, janji Lu akan menemui orang yang Lu sayangi, apakah Lu sudah lupa dengan semua ini??" Gua pulang, naik kereta dari Pasar Senen menuju setasiun Poncol.
Tiga tahun kemudian, 2011
Gua masih berada di depan Nanda, Masih Di Hokben, Di Pusat perbelanjaan di Semarang
"Nan, sampai saat ini, Rizki... belum ada kabar sama sekali, Baik dari Facebook, twitter, Gua cari ga ada, ". Nanda Diam, dia hanya mengucapkan pada Gua,
"Jika takdir akan mempertemukan kalian berdua, Lu pasti akan ketemu dengan Sahabat lama Lu" Nanda pun Senyum. Senyum yang mendamaikan, senyum yang seperti memberi harapan. Oh,, Nan, jika gua suka perempuan, mungkin Gua hari ini juga akan segera melamar Lu, mengajak Nikah, dan kita kan hidup bersama. Tapi tunggu Nan, Gua mulai akan belajar menyukai Lu, dan akan gua mulai hari ini.
HP nanda berdering, Segera dia senyum dan mengangkatnya
"Iya,, sudah.. tadi jam 5 sore, "... (diam)
"Iya, ini lagi makan, di Hokben, ..... sama Teman SMA dulu.." (diam)
"Iya, tenang sayang, Love u too" (di pencet tombol end)
Sayang??? Love U?? Pertanyaan-pertanyaan itu menari indah di otak Gua, mengalir dari otak menuju bibir gua.
"Dari siapa ? " Tanya Gua
"Hehe,, oh ya , itu tunangan Gua, Anak Pati, dulu se angkatan ama Gua waktu di UGM, Oh ya Adi, dua bulan lagi gua Nikah, Lu satu-satunya teman SMA yang gua beri tau terlebih dahulu, "
Jawaban Nanda membuat Hati gua semakin teriris-iris. Nyeri dan perih, Oh Nan, kenapa dulu Gua menyia-nyiakan rasa Lu kepada Gua. Seandainya Gua dulu bisa terima cinta Lu, mungkin ga akan terjadi seperti ini
Pembicaraan menjadi caggung, Gua Liat Nanda, masih seperti dahulu, bibirnya dan Dagunya, masih Cantik, Anak yang dulu seorganisasi dengan Gua, Anak yang dulu sering ngajak makaan malam Gua, dan Anak yang dulu menjadi saksi kematian Astra, ada di samping Gua. Kini menjadi wanita yang sempurna, cantik luar dalam.
Juli 2015
(Gua Adi)
Gua masih di halaman Gedung ini, Gedung yang membantai Gua selama 30 menit, Gedung yang memeriksa Rencana Studi Gua, Gedung yang memaksa gua buat menjawab pertanyaan-pertanyaan Profesor. Tentang keputusan 1 jam yang lalu, Gua diumumkan, diterima di kampus Tujuan Gua.
Gua sedot sedotan yang ada di minuman Teh Botol, dan Gua nikmati Nasi kotak ini, dari arah depan pintu keluar terlihat sesosok anak memakai kemeja kotak-kotak, lari tergopoh-gopoh, dengan setumpuk kertas di tangannya. Tas punggung yang hanya di cangklong satu, dan gaya berjalan yang ga asing buat Gua. Rizki??? apakah benar dia itu?? Tapi tingginya sudah berubah, dia lebih tinggi dari sebelumnya.
Gua masih ragu, apakah dia Rizki atau bukan, Gua amati, semakin lama, semakin jelas, semakin nyata. Gua segera Berdiri, Gua temui anak itu, Gua tepuk Pundakya
"Riz...." anak itu menoleh, menatap Gua, bibirnya bergerak, agak bergetar
"Kamuu... Kamuuu..,Adi???" Bingung, bengong, campur jadi satu
"Rizki kan?? Ya..Gua Adi"
"Adi, woooy... " seketika Rizki memeluk Gua, Pelukannya sama, masih sama rasanya seperti 9 tahun yang lalu dia meninggalkan Gua di teminal .
"Lu kok disini... Ayo duduk, kita cari tempat yang nyaman.." Rizki bicara kepada gua.
Gua berbincang-bincang pada Rizki, di depan Gedung ini, di bawah pohon Beringin. Rizki ternyata masih ingat akan tujuan hidupnya, dia masih ingat akan mimpinya, untuk kuliah di ITB.
"Maafkan Gua sob, Nomer teman-teman Gua hilang di Bis, dan Nomer Lu gua hubungi juga ga bisa�. Deg!!,, iya Gua masih ingat, 3 bulan semenjak lulus, gua ganti Nomer HP, karena operator yang Gua pakai terlalu mahal buat ukuran mahasiswa. Gua ga memikirkan dampaknya, kalau ganti Nomer, berarti akan memutuskan Gua dan Rizki.
"Oh ya, 4 tahun Lalu, gua ke Jakarta, Nemui Ibu Lu, Nomer Lu juga ga bisa di hubungi?"
"Maaf sob, waktu itu HP gua jatuh di kebun sawit, sebulan ketika gua mulai kerja di sana ".
Hari ini Gua menjadi orang yang paling bahagia, karena dipertemukan dengan orang yang selama ini Gua cari. 9 tahun lamanya kita terpisah
"Oh ya, Lu jadi ambil di ITB?"
"Iya, Bandung, dekat dengan Kakek gua, Lagian Mimpi dan Janji Gua ke elu akan ke kampus itu kan, Lu sendiri, kenapa baru ambil S2 sekarang"
"Gua udah ada feeling, kalau tahun ini, mungkin tahun dimana Gua bisa ketemu ama Lu"
"Hahaha .. Bisa aja Lu.. Eh, dapet Fasilitas tinggal di Mana,? Rizki lalu mengeluarkan lembarannya, dia membaca dengan seksama, Apartemen xxxxxxx, sama persis dengan Punya Gua, hanya beda lamtai, dia di lantai 2, dan Gua di lantai 3
"Sama, gua tunjukan lembaran Gua juga". Lalu kita saling berpandangan, dan tertawa bersama... hahahahah... ini mimpi kita teman...."
23 Oktober 2015
Masih di ruangan Di Rumah sakit, Gua masih melanjutkan ketikan ini, Di dalam ruangan yang terdapat Duo Mahasiswa "Dong-dong," yang selalu ambil di posisi tengah , yang selalu duduk di belakang Lulu, Itu Gua, Gua dan Rizki. Menjalani kelas Matrikulasi bersama, walaupun beda Jurusan. Kini Dia ada di Depan Gua, Seseorang yang selama 9 tahun terpisah dari gua, sekarang menjadi temen sekelas Gua. Sekarang bukti Gua masih sayang ke Dia, tanpa seorangpun yang bisa menggantikannya. Gua menjaga ketika dia sakit. Dialah Rizki. Rizki Gua!!
Bersambung........
(thanks Buat teman-teman, dek Bagas, dek rere, yang selalu menyemangati Rizki ketika sakit )
Maaf blm bisa bales koment satu-satu
@Readhy_PDA
@melkikusuma1,
@p4t,
@hendra_bastian,
@black_skies
@crueldecision
@steveAnggara
@Kim_Hae_Woo679
@half_blood
@harya_keifends
@Mustajab3
@khonk
@onewinged_bird
@boyzski
@fends
@alhadi_pramana1
@regieallvano
@rioz
@otsutsuki97s
@lulu_75
@Dasta97
@adi_suseno10
@arieat
@Madz_inhouse
@dhani_123
@kiyomori
@hon3y
@akina_kenji
@alfa_centaury
@yansah678
@idans-true
@balaka
@monster_swifties
@tioherm
@viji3_be5t
@line
@amir_tagung
@RifRafReis
@abyyriza
@gaybekasi168
@aurora_69
@kaha
@new92
@lovelyozan
Yg ga mau dimention .. bilang ya .. suwun
Nice a Story, ya walaupun agak sedikit klise dan agak drama tapi keren.
rizky sakit apa?
Nice a Story, ya walaupun agak sedikit klise dan agak drama tapi keren.
rizky sakit apa?
@arieat : makasih mas .. heheh klise ya .. ya sakit mas .. doain cepet sembuh ya