It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
apa neil mati kena tembak, trus miro hidup, ato ...ah ini gara gara si garth...#eh
semoga semuanya selamat...
diinstagram. bentar...
Alan = @geheichou
Neil = @jeffseid
Miro = (?)
Shin = @uyujung
Oscar = (?)
Lyra = (?)
Garth = (?)
*Yang lainnya belum nemuin. Kalo diwattpad ini namanya cast. Tp aku belum bikin sih, cuman bayanganku kalo Alan, Neil dan Shin seperti itu. Lainnya belum nemu yg sesuai ama imajinasiku.
Bahkan abs seneng" n bahagia bs lsg aku jatohin jd duka lara. wkwk
@1ar7ar justru dampak dari efek perkembangan tekh. yg semakin luar biasa maju, jadi bikin bumi makin rusak. nanti bakal beneran kejadian kok kaya gitu entah berapa abad lagi. Yang pasti nanti manusia udah g bs tinggal dibumi.
yang pasti tiap ada karakter baru muncul aku selalu ksh gambaran secara fisik gmn mereka.
contoh simple udah ditemuin gadged atau alat elektronik canggih lainnya. km pikir pabriknya ga ngehasilin limbah dan ngerusak lingkungan? asapnya? limbah padat dan cairnya yg lama diurai tanah jd bkin tanah g sbur, airnya yg ngerusak ekosistem aer sungai. asap pabriknya?
blm lg ditambah polusi mobil, motor dn kndaraan laenx.
itu baru 1 contoh. nah ada brp byk barang canggih n temuan atau barang" lainnya yg blm keitung? mereka pabriknya aja pny cabang dimana". trus total kendaraan dibumi brp? kendaraan kan kebutuhan utama bwt kmn" walau udh tau efeknya apa n diminimalisasi sm pnanaman pohon, g akn bs nutup cukup krna totalx byk bgt.
contoh: punahnya kupu" brrti daerah itu udh ga sehat udaranya. trus matinya ikan" disungai, tandusnya atau g sburnya tanah. ditanamin ga kaya dlu cpt tumbuhnya, skrg lamaa... harga jd serba mahal.
matahari skrg g sehangat dlu. skrg ngebakar dan panas bgt. gletser es didua kutub makin lama makin abis. dn mah ada byk cntoh laennya.
bkn ga mungkin tapi sebentar lg dan tinggal nunggu waktu aja bumi ancur.
nnti sampe dmn tanah tandus dan g subur. susah ditanami. susah makanan. rantai makanan jd terganggu.
kebutuhan air bersih susah. skrg aja aer galon itu yg dijual" dipiggir jalan m air pdam bwt mandi dll kan ngambilx dr filterisasi air sungai kotor bgt awalnya. gatau nnti dimsa depan bakal gmn.
trua udara yg makin kotor,polusi makin parah. asap pabrik, asap kendaraan, penggunaan barang" yg bs ngotori udara n merusak ozon, atmosfir makin hari makin tipis, gmpg kena meteor.
krna udara n perairan pada kotor, susa dpt yg bersih akhrnya byk yg kanker dan sakit organ dlm. dijaman skrg aja dh byk kok.
intinya makin luar biasa tekh. makin rusak bumi n abis SDA nya. makin tahun makin byk populasi manusia. kita lama" rebutan makanan dan air bersih.
dan enaknya cmn tekh. makin keren dan memudahkan aja.
Kamtiiiipp kaamtiiippp kyaaaa
Woooyyy lariiii wkwkwk
Yeaahh tokohnya pada koit ya kak?
Aku tak dapat merasakan apapun. Hanya ketakutan yang menelusup cepat ke dalam hatiku.
Jantungku seakan berhenti berdetak. Nafasku melambat...
Dalam hitungan detik aku merasa sekarat. Segala rasa sakit merambat, tubuhku kaku, lidahku kelu.
Aku berlari menghampiri Neil. Mengangkat kepalanya, menempatkannya ke pangkuanku. Aku memeluknya erat, menciumi pipinya berkali-kali.
Tangisku pecah, memekik sekuat tenaga walau tak bersuara.
Aku takut bahwa perasaan ku ketika merasa akan dipisahkan atau kehilangan mulai terangkai nyata, dimulai dari sini.
Ia menatapku kosong, tak berkata-kata. Matanya berkaca-kaca, membelalak lebar, seakan menahan rasa sakit yang ia derita.
Perlahan tangannya membelai wajahku. Tangannya bergetar hebat.
Aku memeriksa lengan dan perutnya. Tanganku dibasahi oleh darah segar.
Aku menangis sejadi-jadinya. Memukul-mukul dadaku, mencoba membuang pilunya rasa sakit.
Jangan tinggalkan aku Neil... Jangan pernah!
Aku masih ingat janji-janjimu. Aku masih merasakan tulus kasihmu.
Untuk apa aku hidup kalau tanganku tak kau genggam, tubuhku tak kau dekap, dan hatiku tak berdebar lagi karna hadirmu.
Wajah pucatnya basah oleh air mataku. Tangannya bergerak perlahan, mengusap air mataku.
Aku memeluknya, mendekapnya erat...
Tuhan... Jangan ambil dia! Tuhan... Jangan pisahkan kami! Tuhan... Beri kami waktu bersama walau hanya sehari lagi saja! Atau gantikan diriku. Biar aku yang menanggungnya. JANGAN dia!
"Aa... Alan... Pe-pergilah!" ia mencoba berbicara.
Aku mengecup bibirnya, berusaha membungkam mulutnya. Aku menciuminya sambil terisak.
Aku tak mau dia pergi... Apabila dia pergi untuk apa aku masih hidup. Biarkan aku ikut bersamanya. Ke surga bersama-sama. Hanya ada aku dan dia.
Untuk apa aku melawan mereka, biarkan kita mati bersama-sama. Untuk apa aku bebas dan terus hidup bila tak ada dia.
Sejumlah tentara Alle lainnya tampak menuruni lembah tersebut, berlari ke arah kami. Mereka tak lagi menembak, menganggap kami telah kalah dan menyerahkan diri.
Mereka juga takkan sampai membunuh kami, karna tentu mereka disuruh membawa kami hidup-hidup.
Mereka semakin dekat. Namun aku hanya terus terpaku mendekap erat Neil. Aku tak mau mereka memisahkan kami. Aku akan benar-benar marah bila mereka beraninya memisahkan kami.
Namun tiba-tiba ada suara tembakan dari arah lain. Tembakan-tembakan tersebut begitu cepat dan tepat, membuat seluruh pasukan Alle mati satu per satu. Setelah mereka semua mati, tembakan itu pun berhenti.
Aku mengedarkan pandanganku, berusaha menemukan siapa orang itu.
Tiba-tiba ada sesosok pria hitam keluar dari semak-semak.
"Ayo cepat pergi, Alan! Sebelum pasukan udara berdatangan menemukan kita."
Ia mengajakku segera merangkul Neil dan membawanya pergi bersama-sama.
Aku menatap pria itu tak percaya, syukurlah kau selamat, Garth!
Aku menangis haru. Berkali-kali mengucap syukur pada Tuhan.
Garth satu-satunya keluargaku yang tersisa dan Tuhan masih membiarkan kami bersama-sama lebih lama lagi.
Garth tampak sangat kotor. Tubuhnya hitam, dipenuhi oleh abu. Aku nyaris tak dapat mengenalinya.
Ada beberapa luka didahi, lengan dan pahanya. Masih memerah dan menganga. Seperti luka bakar.
Kami berjalan beberapa meter, lalu bersembunyi didalam semak-semak dan dibalik pepohonan lebat setiap ada Ble yang melintas diudara, memeriksa hutan. Hingga akhirnya kami tiba ditengah-tengah hutan, dengan pepohonan lebat disana-sini.
Disana ada Ble milik Miro. Entah siapa yang membawanya kemari. Setibanya disana, kami segera memasukkan Neil dan membaringkannya dikursi panjang.
Lyra tampak sibuk tengah mengurus Miro. Membersihkan lukanya. Saat ia melihatku, ia langsung memelukku.
"Syukurlah kau selamat, Alan!" ia terisak, sembari memelukku.
Lyra keadaannya sama seperti Garth. Sangat kotor dan ia mendapat luka bakar dibeberapa bagian tubuhnya.
Aku memeriksa kabin belakang, lalu menulis.
(Dimana Oscar?)
Garth mengalihkan pandangannya dariku. Seakan tak mau menjawabnya.
Lyra menatapku beberapa saat, lalu mengusap air matanya. "Oscar tertangkap!"
APA?!
Ia menggigit bibir bawahnya, "Mereka menangkap Oscar. Setelah kita semua pulih, kita harus segera menyusun rencana dan menyelamatkan Oscar."
Aku merasa sulit bernafas. Dunia seakan berputar-putar. Segala macam kemungkinan terburuk berkecamuk didalam kepalaku. Membuat sekujur tubuhku mati rasa.
Lelehan bening hangat mengalir deras dari pelupuk mataku. Lyra memelukku, mengusap-usap punggungku. Ikut meringis kesakitan dalam tangis bersamaku.
Disebelah kiri ada Miro yang tak sadarkan diri. Kemudian Lyra sibuk membersihkan luka dikepala dan dadanya. Luka bakar yang cukup serius.
Aku tak kuasa melihat keadaan Miro. Tangisku makin deras, oleh begitu banyak nestapa yang seketika itu membuat orang-orang yang ku sayangi mengalami berbagai macam sakit dan bencana.
Aku segera mengurus luka Neil. Membersihkannya, lalu dengan Telekinesis perlahan-lahan mengangkat peluru didalam lengan dan perutnya.
Ia mengerang kesakitan. Aku tak tahan melihatnya. Ia seakan sekarat dan aku merasa garis pemisah diantara kami makin lebar. Aku tak mau hal itu terjadi, Tuhan...
Tiba-tiba Garth menggenggam tangan Neil dan berkata, "Thanks, Neil! Kau pasti telah menjaga Alan dengan baik. Bahkan kau tak memikirkan dirimu, hingga kau terluka seperti ini." matanya mulai berkaca-kaca.
Neil mengangguk lemah, lalu tersenyum tipis.
"Kau beruntung punya kekasih sepertinya! Jaga dia baik-baik!" Garth menepuk pundakku. Aku mengangguk, menangis haru.
"Aku akan mendukung hubungan kalian. Maafkan aku sebelumnya... Terutama kau, Neil."
Garth meraih tanganku, lalu meraih tangan Neil dan menempatkannya diatas tanganku.
Aku langsung memeluk Garth, terisak penuh haru...
"Jaga adikku satu-satunya! Karna aku sangat menyayanginya.
Dia satu-satunya hal paling berharga yang ku miliki saat ini."
Neil mengangguk, menatap Garth hangat. Kami pun saling berpelukan bertiga.
***
Kami terpaksa bermalam disana. Aku dan Lyra menyiapkan makanan, sedangkan Garth membuat api unggun.
Miro masih tak sadarkan diri, sedangkan kedaan Neil mulai baikan setelah istirahat beberapa jam.
"Makanlah, Alan!" pinta Lyra.
Aku menulis,
(Nanti saja! Aku mau menyuapi Neil dulu dan membantunya minum obat.)
"Setelah itu kau harus langsung makan!"
Aku mengangguk...
Lyra berlalu, masuk ke kabin belakang. Entah apa yang ia cari.
Tiba-tiba beberapa menit kemudian Lyra kembali dengan sesuatu, "Alan, lihat ini! Ternyata Miro punya ini."
Aku menatapnya penasaran.
"Ini healer liquid. Semacam spray untuk menyembuhkan luka dengan cepat." Lyra pun segera menyemprotkannya ke luka Miro.
Beberapa menit kemudian perlahan lukanya mengecil. Jaringan kulit baru mulai merambat, membentuk dan menutup luka tersebut hingga benar-benar hilang.
Aku mengamatinya takjub! Benar-benar terobosan dunia medis yang luar biasa.
"Aku tak tahu kalau ternyata Miro punya ini dan membawanya." cetus Lyra, lalu beralih menyemorotkannya ke luka Neil, kemudian Garth. Beberapa menit kemudian luka-luka mereka berdua langsung sembuh dan hilang.
Aku membantu menyemprotkannya ke luka-luka Lyra, lalu lukaku.
Kami semua sangat bersyukur, dengan spray itu dapat segera sembuh.
Namun Miro masih tak sadarkan diri. Kami semakin cemas.
"Baiklah, kalau begitu kita lanjutkan perjalanan. Disini tak aman." Lyra segera membantuku mendudukkan Miro ke kursi dan memasang safe belt.
Kami bertiga segera duduk dan memasang safe belt. Lyra pun segera menyalakan mesin dan membawa kami pergi dari sini.
"Kita akan kemana?" tanya Neil.
"Aku masih memikirkannya. Yang pasti kita tak jadi pergi ke Tampa." timpal Lyra.
"Apa kita kembali ke Mars saja? Kita sudah tak ada tujuan lagi di Bumi." saran Neil.
"Baiklah! Bagaimana, Alan?"
Aku mengangguk mantap.
"Aku tak sabar ingin melihat Mars!" cetus Garth.
"Kau akan menyukainya! Kau akan merasa nyaman tinggal disana." seru Lyra bersemangat.
Kami pun mulai membumbung semakin tinggi. Meninggalkan planet biru ini.
"Mulai sekarang kita harus benar-benar sering berpindah-pindah. Kita harus selalu waspada dan berhati-hati!
Sepertinya orang-orang Allegos selalu dapat menemukan keberadaan kita karna mereka memanfaatkan kemampuan sekte Vision - Alathoma." Terang Lyra memperingatkan.
"Benar juga! Kemungkinan seperti itu." sahut Neil.
"Aku tahu betul sejauh mana batas kemampuan mereka. Tenang saja, kelemahan mereka takkan dapat membaca keberadaan kita kalau kita sering berpindah-pindah dan berada dikeramaian."
"Begitu ya?!"
"Ya! Berpindah-pindah tak berarti harus selalu pindah keluar kota atau bahkan negara. Cukup sering berjalan-jalan dan berpindah tempat saja. Jangan sering berada disatu tempat yang sama." sambung Lyra menjelaskan.
"Aku mengerti sekarang." timpal Neil. "Mereka bisa membaca masa lalu namun terbatas jangka waktu dan tempat. Mereka punya batas waktu dan jeda. Beda dengan Vision - Aleios sepertimu."
"Brilliant!" seru Lyra. "Jadi kalian tahu kan apa yang harus kita lakukan ke depan? Aku jamin mereka takkan dapat menemukan kita lagi sampai kapanpun kalau kita bisa terus hidup seperti itu."
"Apalagi kalau mereka mendapatkan Aleios baru digenerasi ke-8. Mereka takkan terlalu keras untuk berusaha menemukan dan menangkap kita. Bahkan cepat atau lambat akan melupakan kita. Dan kita bisa hidup tenang di Mars." ujar Neil.
"Ku harap begitu!" Lyra mulai menyalakan mesin. Kami pun segera meninggalkan kawasan tersebut.
***
Kami memutuskan untuk kembali tinggal di Ellafreis. Miro meminta kami untuk sementara tinggal diapartment nya.
Apartmentnya memang besar dan terlalu cukup untuk kami berlima.
Lyra mendapat satu kamar, Garth tidur bersama Miro, dan aku sekamar bersama Neil.
Miro memberikan chip dan data untuk Garth, agar bisa tinggal di Mars seterusnya.
Setiap hari kami harus selalu keluar dan jalan-jalan. Agar golongan Vision - Alathoma sulit untuk membaca keberadaan kami.
Dan kami terus memikirkan dan menyusun rencana untuk menyelamatkan Oscar. Bila kami terlambat sedikit saja, mereka akan membunuh Oscar setelah memakainya.
Allegos Corp. dijaga begitu ketat. Memiliki sistem keamanan yang luar biasa kompleks dan pasukan tentara yang terlatih luar biasa. Untuk dapat masuk ke dalam akan lebih susah. Dan kemungkinan terburuknya adalah kita gagal dan tak dapat keluar dari sana. Ini seperti menyelamatkan satu orang, tapi bila gagal sama saja seperti menyerahkan diri.
Ini rencana tergila yang pernah ada! Ini rencana untuk masuk ke dalam Allegos yang begitu sulit, menyelamatkan Oscar, lalu keluar lagi. Peluang gagal kami cukup tinggi.
Dan bila kami semua tertangkap, segalanya akan berakhir begitu saja. Kami semua akan dimusnahkan, dan aku tak mau hal itu terjadi.
Aku melarang Garth dan Miro untuk ikut. Terlalu berbahaya untuk mereka. Aku tak mau hal buruk terjadi pada mereka. Lagipula ini masalah kami.
Disisi lain sebenarnya kami butuh orang lagi. Aku mengusulkan untuk pertama-tama mencari Shin. Tapi Lyra dan Neil dengan tegas menolak. Tapi aku bersikukuh...
Kita benar-benar butuh bantuan Shin saat ini. Tapi kemungkinan terburuknya, Shin tak mau membantu kami. Masalah ini benar-benar kompleks.
***
@irfandi_rahman @greent @gabriel_valiant @monster_swifties @lovelyozan @hendra_bastian @daser @vanilla_icecream @readhy_pda @sully_on @akina_kenji @rabbit_1397 @dadanello @gadismanis1990 @melkikusuma1 @1ar7ar
@jj.yuan alan memang gak bisa ngomong lagi ya.....jadi sedih...